Drrtt....
Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin menginap di hotel, mungkin?" ucap Linda. "Emang wajar sih, tapi masalahnya, dia itu bersama seorang wanita, Linda! Awalnya aku kira itu kamu, eh ternyata lain!" "APAAAA???" Linda terkejut hingga loncat dari tidurnya dan sekarang dia terduduk tegak, tubuhnya yang tadinya merasa lemas ntah kenapa tiba tiba saja langsung bersemangat. "Iya, benar, Linda, aku serius!" "Hahahah, udah lah Linda, jangan bercanda seperti itu? Kau tahu? Aku kan sudah bilang kalau aku baru saja bangun tidur, nyawaku belum ke kumpul Novi! Kalau aku jantungan gimana?!" Protes Linda. "Tapi aku serius Linda! Aku juga punya bukti! Aku akan mengirimkan beberapa foto yang sudah aku ambil!" "Oh, oke, oke." Novi pun mengirimkan beberapa foto. Ternyata, meskipun Irpan terlihat dalam foto-foto itu, Linda masih ragu karena foto-foto itu diambil dari belakang. "Maaf, Linda, aku hanya bisa mengambil foto itu dari belakang! Tapi aku yakin itu adalah irpan! Saat aku mengambil foto, aku sudah berada dalam taksi bersama mamah, dan tiba-tiba mobilku langsung berjalan! Jadi aku tidak punya kesempatan lain!" ucap Novi dalam panggilan. Sementara itu, Linda terdiam, tak percaya dengan apa yang dia lihat. "Linda! Linda! Apakah kamu masih di sana?" panggil Novi. "Linda, aku tidak ingin kamu melewatkan kesempatan ini. Ayo, segera pergi ke sana untuk memastikan! Apalagi kamu akan menikah dengannya, bukan?! Jangan sia-siakan kesempatan ini, Linda!" ucapnya dengan serius. Tiba-tiba, Linda mematikan teleponnya, dia merasa marah sampai sampai meremas ponselnya, lalu dia segera bergegas untuk bersiap-siap dan pergi ke hotel seperti yang disarankan oleh Novi. ____ "Pelan-pelan, sayang. Kalau Adik tiriku tahu, bagaimana?" tanya seorang wanita dengan suara manjanya di bawah kecupan pria tersebut. Lelaki itu hanya tersenyum. "Dia tidak akan tahu, lagi pula anak haram seperti dia tidak bisa dibandingkan denganmu. Aku hanya bermain-main dengannya, ayo lanjutkan lagi, sayang," jawab pria itu sambil mencium bibir wanita tersebut dengan ganas. Suara itu bukan suara Linda! Itu berasal dari dalam kamar hotel nomor 502! Linda mendengarnya dengan jelas, terutama suara pria itu. Dia mengenali suaranya. "Apakah benar? Irpan melakukan itu dengan wanita lain?" ucap Linda dalam hati. Dengan hati-hati, Linda membuka pintu. Ternyata pintu tidak terkunci sama sekali. Krettttt. Linda terkejut, tubuhnya gemetar menahan isak tangis yang hampir keluar. Ia mengepalkan tangannya, tidak percaya dengan kejadian di depannya, itu sungguh memalukan. "Berani-beraninya kalian mempermainkan ku! Apalagi kau iIrpan, aku tidak menyangka bahwa dirimu akan tega mengkhianati ku bersama dengan Kak Keisya, kakakku sendiri!" batinnya, ternyata benar apa yang dilihat oleh keisya! Ternyata itu adalah irpan! "Mama, aku akan mengikuti keinginan terakhirmu di hari ulang tahunku yang ke-24 ini. Aku akan tetap menikah dengan pria itu untuk membalas budi karena dia pernah menyelamatkanmu! Tapi ternyata dia melakukan hal yang memalukan seperti ini di depan mataku! Aku tidak terima! Jangan salahkan aku, Mama! Kalau Aku akan membalas dendam untuknya, bagaimanapun caranya!" batinnya lagi, Linda pun segera meninggalkan tempat itu. Irpan yang mendengar suara pintu tertutup pun menoleh. "Siapa itu?" teriaknya, tetapi tidak ada yang mencurigakannya menurutnya. Ia pun kembali mencumbu panas selingkuhannya. Sementara itu, Linda terhenti sebentar, bersandar di depan pintu kamar yang ia tidak tahu siapa pemiliknya. "Pria itu ternyata benar-benar ingin bermain-main denganku!" Gumam Linda dalam hati. Tak lama kemudian, orang yang berada di dalam kamar membuka pintu, ia pun menoleh. "Sekretaris Linda," ucap pria yang baru keluar dari kamar, ternyata dia adalah bos Linda, paman dari calon suaminya."Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan
Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan
Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam. "Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya. Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah. "Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi. "Pagi, Indah." "Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya." Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan. "Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pa
Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta
"Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m
"Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda."Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya."Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan."Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa."Ayo, Sayang," ajak Irpan.Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk."Terima kasih," ucap Linda.Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh k
"Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda."Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya."Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan."Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa."Ayo, Sayang," ajak Irpan.Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk."Terima kasih," ucap Linda.Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh k
"Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m
Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta
Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam. "Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya. Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah. "Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi. "Pagi, Indah." "Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya." Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan. "Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pa
Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan
"Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan
Drrtt.... Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin m