Share

bab 3

Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu.

Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda.

Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja.

"Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam.

Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis.

"Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda.

Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya.

"Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda.

"Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan rokok ke Linda.

Linda langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, ngerokok itu cuman buang buang duit. Selain itu, bisa bikin kecanduan," ucap Linda.

Riyan tersenyum sinis. "Lalu saat kamu mencoba ku, apakah kamu tidak takut kalau nanti bakal kecanduan kedepannya?"

Linda merasa Riyan menantangnya.

"Yaaa, sebenarnya aku takut sih!" jawab Linda, beranjak dari ranjang dan duduk di sofa tepat di samping Riyan. "Tapi kalau sama kamu mah, kan, ngga akan buang buang duit."

Riyan mengamati langkah Linda yang semakin mendekat dengannya dengan perlahan.

"Lagipula, Pak..." Linda berbisik di telinga Riyan, "Aku sebenarnya sudah lama mengagumi Pak Riyan! Dan apa yang telah terjadi semalam, aku melakukannya benar benar atas kemauan ku sendiri."

Riyan menghela nafas, karena Linda memainkan ujung jari di rahangnya. Di elus, kemudian di ke cup dengan sensual.

"Apaan sih!" Riyan menepis tangan perempuan itu untuk menjauh dari rahangnya. "Kamu pikir, aku akan percaya dengan ucapan sampah kamu itu?"

Linda tersenyum menggoda, masih bersandar santai di bahu Riyan.

"Heh, bukankah satu bulan lagi, kamu akan menikah dengan keponakanku?" Tanya Riyan sambil meraih tengkuk Linda dan berbicara tepat di depan bibirnya, "Tapi sekarang, kamu malah berani bermain-main begini denganku?"

Riyan mengelus bibir bawah Linda, menariknya sedikit ke bawah. "Hmm, tingkat keberanianmu sangat tinggi, Linda!"

Linda menghela nafas dan duduk sedikit menjauh.

"Kemarin Bapak melihat sendiri, kan? Irpan dan kakakku sedang apa? Mereka benar benar mengkhianati ku!" ujar Linda.

Riyan mendecak, tertawa sinis. "Jadi maksudmu, aku hanya dijadikan alat untuk membalas dendam karena kelakuan pacarmu itu?"

"Aku hanya..." Linda terhenti ketika Riyan tiba-tiba menarik tengkuknya dengan kasar. "Irpan itu keponakanku! Kamu jangan coba coba menjadikan aku alat balas dendam mu! Atau aku akan..."

Linda merasa tertantang. Dia tidak mundur saat Riyan menarik tengkuknya; malah, ia mendekat dan ingin mencium bibirnya.

"Akan apa?" bisik Linda, nafasnya bercampur dengan Riyan.

Riyan menatap bibir tipis yang menggoda di depannya. "Kamu nggak perlu tahu!"

Riyan mendorong kepala Linda agar menjauh.

"Huhh! Padahal aku sangat ingin tau," ucap Linda.

Di detik itu juga tiba tiba saja handphone Riyan berbunyi, ternyata itu panggilan dari Irpan.

"Halo?" ucap Riyan menjawab panggilan.

"Halo, Om."

"Kenapa?"

"Aku hanya ingin tanya, apakah Linda ada di sana?"

Riyan melirik Linda, yang sedang menggoda. Sambil tersenyum, ia ingin menciumi rahangnya.

"Untuk apa kamu bertanya tentang Linda padaku? Emangnya aku mamanya apa?"

"Hehe, iya maaf, Om! Aku pikir dia ada di sekitar om? Kan dia sekertaris mu, soalnya aku telah menghubungi dia beberapa kali, namun dia tak menjawab satupun!"

Riyan menghela nafas, "Sepertinya sekarang dia sedang ada di kantor."

"Oh, baiklah kalau begitu. Terima kasih, Om."

Tut...

Riyan meletakkan teleponnya dan disambut dengan cekikan oleh Linda.

"Aku tidak menyangka kalau Om mau berbohong kepada pria itu untukku," ucap Linda kembali menggoda. "Mungkin Om juga menyukai aku, ya?"

"Dengar ya, Linda! Jangan panggil aku Om!" tegaskan Riyan. "Dan seharusnya kamu itu tidak datang ke hotel seperti ini!"

Sebelum pergi, Riyan menatap Linda dengan rahang keras. "Dan juga, aku bukan orang yang bisa kau ajak main-main! Ingat itu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status