Share

bab 4

Author: Dhea Sabrina
last update Last Updated: 2024-06-12 19:06:11

Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam.

"Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya.

Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah.

"Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi.

"Pagi, Indah."

"Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya."

Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan.

"Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pak Riyan, tolong berikan ke Pak Riyan pagi ini."

"Oh, baik, Laura. Terima kasih," ucap Linda sambil membawa buket bunga dan laporan tersebut.

"Sama-sama, Bu. Terimakasih kembali."

Dengan langkah mantap, Linda menuju meja kerjanya sebagai sekretaris, berada tepat di depan ruang kerja Riyan. Ruangan itu tidak sendiri, ada beberapa staf yang membantu tugas sekretarisnya.

"Pagi, Linda," sapa caca, teman sekerja Linda, di bandung teman yang lain, Linda emang akrab dan dekat sekali dengan Caca.

"Ya, pagi ca."

Linda melirik ke ruangan Riyan untuk memastikan apakah CEO-nya sudah datang atau belum. Ruangan CEO dan staf sekretaris terpisah oleh kaca, memungkinkan mereka saling memantau. Meski ruangan CEO kedap suara, ini tidak menjadi masalah, yang penting mereka bisa melihat wajah tampan Riyan dengan jelas. "Definisi, CEO-ku, semangatku," pikir Linda.

"Aku akan memberikan berkas ini ke Pak Riyan dulu, ya" ucap Linda pada Caca.

"Oh ya, Li."

Linda menghela nafas, masih terbayang aktivitas panasnya dengan Riyan kemarin. Bagaimanapun, sekarang saatnya untuk bersikap profesional.

Tok... Tok...

"Masuk!" ucap Riyan dari dalam.

Ceklek...

Linda membuka pintu dengan hati-hati, lalu menutupnya kembali dengan perlahan. Dia melihat Riyan tengah fokus pada laptop, jarinya lincah menari nari di atas keyboard.

"Ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang Bapak minta," ucap Linda, menyerahkan dokumen itu pada Riyan. Namun, Riyan terlihat tak menggubris Linda sama sekali.

Setelah mengambil dan meletakkan dokumen di samping laptopnya, Riyan meraih berkas lain dan memberikannya pada Linda.

"Ini berkas untuk rapat hari ini. Anda sebarkan ke staf pemasaran dan beritahu mereka untuk mempelajarinya," ucap Riyan, masih asyik fokus pada layar laptopnya.

"Baik..." Linda menyunggingkan senyum jahil. "Om..." Panggilnya dengan nada mersa sambil ter duduk di kursi yang telah di sediakan di depan Riyan.

Riyan mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal. Namun, saat Linda kembali memanggilnya dengan sebutan 'Om'...

"Linda, saya punya pertanyaan," potong Riyan, mengalihkan perhatiannya dari laptop untuk menatap Linda. "Apa sebenarnya yang Anda inginkan dari saya?"

Linda melirik ke luar, bertujuan agar gerak-geriknya tidak terbaca melalui kaca batas ruangan ini.

"Jika saya katakan, saya hanya ingin mencari kesenangan di ranjang, bagaimana?" goda Linda dari kursi di depan meja Riyan.

Riyan kembali fokus ke layar laptop. "Apakah Irpan tidak dapat memuaskan Anda di ranjang?"

Linda tersenyum, merasa senang Riyan ikut bermain-main.

"Dia tak setara dengan Anda, dia Cemen pak!"

Ucapan Linda berhasil membuat Riyan mendongak, menatapnya saat ia memainkan pulpen di jari.

"Semua orang bilang kalau punya 'Om' itu tidak bisa 'bangun' dan lemah. Tapi kemarin-"

"Cukup!" potong Riyan.

Linda mengangguk, lalu berdiri. "Ya sudah kalau gitu pak Riyan, saya akan segera menyebarluaskan dokumen ini."

Namun, sebelum keluar ruangan, Linda berbalik untuk sekali lagi menggodanya.

"Ouh iya, kalau om mau tau, punya 'Om' itu sangat hebat. Dan kemarin saya sangat puas!" ucap Linda dengan senyum nakal.

Sebelum Riyan sempat menjawab, Linda sudah keluar dan menutup pintu.

"Anda sangat salah mencari orang untuk di ajak bermain api Linda!"

Related chapters

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 5

    Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta

    Last Updated : 2024-06-17
  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 6

    "Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m

    Last Updated : 2024-06-17
  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 7

    "Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda."Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya."Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan."Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa."Ayo, Sayang," ajak Irpan.Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk."Terima kasih," ucap Linda.Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh k

    Last Updated : 2024-06-23
  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 1

    Drrtt.... Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin m

    Last Updated : 2024-06-08
  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 2

    "Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan

    Last Updated : 2024-06-08
  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 3

    Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan

    Last Updated : 2024-06-08

Latest chapter

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 7

    "Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda."Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya."Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan."Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa."Ayo, Sayang," ajak Irpan.Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk."Terima kasih," ucap Linda.Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh k

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 6

    "Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 5

    Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 4

    Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam. "Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya. Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah. "Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi. "Pagi, Indah." "Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya." Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan. "Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pa

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 3

    Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 2

    "Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan

  • Balas Dendam Bersama Om Tampan   bab 1

    Drrtt.... Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin m

DMCA.com Protection Status