Share

bab 4

Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam.

"Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya.

Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah.

"Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi.

"Pagi, Indah."

"Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya."

Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan.

"Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pak Riyan, tolong berikan ke Pak Riyan pagi ini."

"Oh, baik, Laura. Terima kasih," ucap Linda sambil membawa buket bunga dan laporan tersebut.

"Sama-sama, Bu. Terimakasih kembali."

Dengan langkah mantap, Linda menuju meja kerjanya sebagai sekretaris, berada tepat di depan ruang kerja Riyan. Ruangan itu tidak sendiri, ada beberapa staf yang membantu tugas sekretarisnya.

"Pagi, Linda," sapa caca, teman sekerja Linda, di bandung teman yang lain, Linda emang akrab dan dekat sekali dengan Caca.

"Ya, pagi ca."

Linda melirik ke ruangan Riyan untuk memastikan apakah CEO-nya sudah datang atau belum. Ruangan CEO dan staf sekretaris terpisah oleh kaca, memungkinkan mereka saling memantau. Meski ruangan CEO kedap suara, ini tidak menjadi masalah, yang penting mereka bisa melihat wajah tampan Riyan dengan jelas. "Definisi, CEO-ku, semangatku," pikir Linda.

"Aku akan memberikan berkas ini ke Pak Riyan dulu, ya" ucap Linda pada Caca.

"Oh ya, Li."

Linda menghela nafas, masih terbayang aktivitas panasnya dengan Riyan kemarin. Bagaimanapun, sekarang saatnya untuk bersikap profesional.

Tok... Tok...

"Masuk!" ucap Riyan dari dalam.

Ceklek...

Linda membuka pintu dengan hati-hati, lalu menutupnya kembali dengan perlahan. Dia melihat Riyan tengah fokus pada laptop, jarinya lincah menari nari di atas keyboard.

"Ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang Bapak minta," ucap Linda, menyerahkan dokumen itu pada Riyan. Namun, Riyan terlihat tak menggubris Linda sama sekali.

Setelah mengambil dan meletakkan dokumen di samping laptopnya, Riyan meraih berkas lain dan memberikannya pada Linda.

"Ini berkas untuk rapat hari ini. Anda sebarkan ke staf pemasaran dan beritahu mereka untuk mempelajarinya," ucap Riyan, masih asyik fokus pada layar laptopnya.

"Baik..." Linda menyunggingkan senyum jahil. "Om..." Panggilnya dengan nada mersa sambil ter duduk di kursi yang telah di sediakan di depan Riyan.

Riyan mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal. Namun, saat Linda kembali memanggilnya dengan sebutan 'Om'...

"Linda, saya punya pertanyaan," potong Riyan, mengalihkan perhatiannya dari laptop untuk menatap Linda. "Apa sebenarnya yang Anda inginkan dari saya?"

Linda melirik ke luar, bertujuan agar gerak-geriknya tidak terbaca melalui kaca batas ruangan ini.

"Jika saya katakan, saya hanya ingin mencari kesenangan di ranjang, bagaimana?" goda Linda dari kursi di depan meja Riyan.

Riyan kembali fokus ke layar laptop. "Apakah Irpan tidak dapat memuaskan Anda di ranjang?"

Linda tersenyum, merasa senang Riyan ikut bermain-main.

"Dia tak setara dengan Anda, dia Cemen pak!"

Ucapan Linda berhasil membuat Riyan mendongak, menatapnya saat ia memainkan pulpen di jari.

"Semua orang bilang kalau punya 'Om' itu tidak bisa 'bangun' dan lemah. Tapi kemarin-"

"Cukup!" potong Riyan.

Linda mengangguk, lalu berdiri. "Ya sudah kalau gitu pak Riyan, saya akan segera menyebarluaskan dokumen ini."

Namun, sebelum keluar ruangan, Linda berbalik untuk sekali lagi menggodanya.

"Ouh iya, kalau om mau tau, punya 'Om' itu sangat hebat. Dan kemarin saya sangat puas!" ucap Linda dengan senyum nakal.

Sebelum Riyan sempat menjawab, Linda sudah keluar dan menutup pintu.

"Anda sangat salah mencari orang untuk di ajak bermain api Linda!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status