Share

bab 2

"Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya.

“Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi.

Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan.

“Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras.

“Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang."

Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan.

“Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan.

“Sssstt,”

Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok.

“Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan.

Linda hanya menatap Riyan, dan berbicara di dalam hati “Aku tidak akan mau menyerahkan diriku sendiri pada Irpan. Mungkin dengan Riyan boleh juga. Dia tampan, kaya, ditambah gosipnya dia adalah pamannya Irpan. Itu cukup adil, bukan? Irpan selingkuh dengan kakakku sendiri! Sementara aku, aku akan tidur dengan pamannya! Balas dendam yang sangat menakjubkan!"

Senyum miring Linda membuat Riyan bingung. Terlebih, kini Linda malah semakin mendekat dan meraba dada Riyan yang masih tertutupi jas kerja.

“Pak, apa Bapak masih single? Apa kah bapak tak punya pacar” goda Linda, melihat Riyan yang menatapnya dengan rahang tegang.

Riyan mulai kebingungan dengan tindakan Linda. Terutama saat kedatangannya secara tiba-tiba, sambil menggoda seperti itu.

Bruugh...

Aaakh...

Riyan mendorong tubuh Linda hingga posisinya terbalik. Perempuan itu dikungkung, dengan tangan Riyan menempel di tembok, tidak memberikan kesempatan pada Linda untuk menghindar.

"Apa kamu sedang mencoba mencari masalah dengan ku?" geram Riyan, menatap wajah Linda sambil menilainya.

Mata Linda berbinar dengan nakal, perempuan itu melirik lengan kokoh Riyan yang mengungkungnya.

"Kalau dipikir, sepertinya aku memang ingin mencari masalah dengan bapak," goda Linda.

Riyan tersenyum sambil memalingkan wajah. Namun tiba-tiba, Linda meraih dasi laki-laki itu dan membuat Riyan semakin mendekat ke arahnya.

"Pak, aku sudah hampir lima tahun menjadi sekretaris Bapak. Tapi, sampai saat ini aku belum pernah mendengar bahwa Bapak memiliki pacar atau teman dekat." Linda meraih rahang Riyan dan mengelusnya pelan. "Jangan-jangan gosip yang beredar di kantor benar adanya."

Riyan mengerutkan kening, sementara tangan Linda semakin membuat Riyan gelisah, bermain di dadanya.

"Kalau punya Bapak nggak bisa bangun, alias letoy!..." bisik Linda tepat di sisi telinga Riyan, sambil tersenyum menggoda.

Linda sedikit menurunkan tubuhnya, melepaskan diri dari cengkraman Riyan. Riyan tetap sabar menghadapi tingkah Linda, terutama saat Linda duduk di atas meja sambil meneguk anggur yang ditinggalkan oleh Riyan.

"Linda, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?" tanya Riyan.

"Aku hanya ingin membuktikan apakah punya Bapak bisa dipercaya atau tidak. Dari gosip yang aku dengar, sepertinya punya Bapak tidak sekuat yang dibayangkan," ucap Linda, sambil menunjuk milik Riyan dengan pandangannya.

Riyan menghela nafas, membasahi bibir bawahnya sambil tersenyum miring.

"Bisakah Bapak membuktikannya kepadaku?!" goda Linda lagi.

"Apa? Apa kau serius?"

Linda tak memperdulikan ucapan Riyan, dia hanya meletakkan gelas anggur yang dipegangnya, membuat Riyan secara naluri melangkah mendekat. Nampaknya Linda benar-benar serius ingin bermain dengan Riyan. Perempuan itu menarik dasi yang dipakai Riyan dan mendekatkan wajahnya ke bibir pria itu.

Cup!

Sebuah ciuman hangat terjadi, Linda memberikannya. Tidak sampai di situ, Linda juga menciumi rahang Riyan dengan tangan yang bermain di bahu pria itu. Riyan merasa tingkah Linda harus segera dihentikan, namun saat ia hendak menjauhkan tangan Linda, perempuan itu mengambil tangan Riyan dan membawanya ke pinggulnya, memberi isyarat bahwa Riyan bebas untuk meremasnya.

"Pak..."

Riyan mengikuti alur permainan Linda, laki-laki itu cepat meraih tengkuk Linda dan menciumnya dengan kasar dan penuh gairah.

"Kamu cukup berani menggoda ku seperti ini, Linda," bisik Riyan, tepat di dekat bibir Linda. Bahkan, hembusan nafas mereka saling bertautan.

Linda hanya tersenyum, karena sejujurnya ia juga gugup dengan tindakan yang dilakukannya sekarang.

"Tentu saja aku berani, karena aku penasaran dengan benda yang punya Bapak," Linda semakin terlihat menggoda.

Riyan mengelus bibir bawah Linda, menariknya sedikit ke bawah sebelum mencium Linda lagi yang sudah duduk di atas meja.

"Kalau kau memaksa! Ya sudah! Akan aku buktikan!" balas Riyan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status