Share

Wahyu Bingung

last update Last Updated: 2022-09-23 15:38:17

Panas terik matahari mulai terasa di kulit Wahyu.Benar saja karena jarum jam sudah menunjukkan angka satu. Di tambah lelaki dengan tubuh tegap itu hanya mengenakan kaos oblong warna abu. Ia berdiri di tepi jalan dengan mata awas menatap setiap penjuru. Mencari putri kecilnya yang hilang begitu saja.

Rasa lelah mendorongnya untuk berhenti sejenak. Menepi duduk di bawah pohon beringin sambil memesan es kelapa muda yang ada tak jauh dari tempatnya duduk.

Wahyu memijit kepala yang terasa berdenyut. Lagi, dia mengingat kapan terakhir kali bersama dengan Diana. Seingat lelaki itu, dia meninggalkan Diana ke kamar mandi untuk buang air besar. Kamar mandi memang terletak terpisah dengan rumah. Hanya berjarak tiga meter saja.

Rasa kantuk membuatnya enggan mengantar Diana ke kamar mandi. Hingga dia terbangun dan mendapati putrinya sudah tak ada di kamar mandi. Di rumah pun tak ada sosok kecil yang dijadikannya alasan untuk tetap mengikat Wulan dalam ikatan pernikahan.

Bodoh, dia merutuki dir
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Telepon

    Wulan menanti kata yang keluar dari mulut Wahyu dengan perasaan tak menentu. Ia yakin putrinya tidak tidak baik-baik saja. Diamnya lelaki di sambungan telepon meyakinkan hatinya jika putri kecilnya kini tak bersama Wahyu. "Kenapa diam Mas? Dimana Diana?" Bentak Wulan karena Wahyu hanya diam membisu. Hening, Wahyu tak kunjung menjawab pertanyaan Wulan. Dia masih berpikir bagaimana caranya agar Wulan tan marah jika dia berkata jujur"Mas Wahyu ...!" Bentak Wulan lagi. "Maaf Lan, Diana ... Diana hilang." Ucap Wahyu terbata. "Kamu apakan anakku Mas? Bahkan dia memilih kabur dari pada tinggal bersama ayah kandungnya. Ayah macam apa kamu?hiks ... Hiks ...."Ucap Wulan diiringi tangis. Wanita yang memakai hijab warna ungu itu tak bisa lagi membendung air mata. Dadanya terasa sesak kala membayangkan Wahyu bertindak kejam pada putrinya. Dalam hati ,tak ada lagi rasa cinta dan hormat untuk lelaki yang masih menyandang gelar suami. Kini bagi Wulan, suaminya telah mati. Rasa benci dan kecewa

    Last Updated : 2022-09-24
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Bertemu Diana

    Pov WulanAssalamu'alaikum ...," sapaku sedikit ragu. "Waalaikumsalam, maaf apa benar ini nomor ibu Wulan?" tanya seorang pria di seberang sana. Entah siapa aku tak tahu. Karena ini pun nomor baru. "Iya, ini siapa ya?"tanyaku penasaran. "Maaf Bu, putri ibu ada di rumah saya,"ucapnya. Mataku membola,mencubit tangan barang kali aku salah mendengar atau apa. Aku tak ingin terbawa suasana hingga dengan mudah orang lain membohongiku bahkan menipun. Sekarang banyak orang melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan uang, tidak perduli itu halal atau haram. "Maaf dengan siapa,ya? Dari mana anda tahu jika saya sedang mencari putri saya? Dari mana anda mendapatkan nomor saya?" Kuberondong dengan berbagai pertanyaan. Sejenak dia diam, aku semakin penasaran dengan kata yang akan dia ucapkan padaku. Ya Allah, semoga saja Diana benar ada di sana. Aku tak tahu harus mencari kemana lagi. "Hallo ...," ucapku lagi. "Di loudspeaker,Lan!" perintah Mas Rohmad dengan berbisik. Kuanggukan kepal

    Last Updated : 2022-09-25
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Kepergian Diana

    Aku menata beberapa pakaian Diana ke dalam tas besar. Ya, hanya pakaian yang masih terlihat bagus yang aku masukkan karena sudah lama Diana tidak kubelikan pakaian. Bagaimana mau membelikan baju sedang untuk makan saja sudah pas-pasan. Mas Wahyu bahkan tak memperdulikan semua itu. Hanya kesenangan sendiri yang ia pikirkan. Dadaku terasa sesak kalau mengigat semuanya. Foto kopi akta dan kartu keluarga sudah kumasukkan ke dalam tas bagian depan. Ya, karena rencananya Diana akan sekolah di Cilacap bersama Mas Rohmad dan Mbak Lia. Sesekali ku hapus bulir bening yang menempel di pipi. Rasanya begitu berat harus berpisah dengan putriku. "Untuk sementara biar Diana tinggal bersama kami, Lan. Mas akan sekolahkan dia bersama Akbar. Mereka berdua pasti senang. Kalau di sini, aku khawatir Wahyu melakukan hal gila pada Diana. Dia begitu nekad dan egois.""Kamu lihat tubuh Diana, penuh dengan luka lebam akibat ulah Wahyu. Tolong, untuk saat ini nurut sama Mas. Kami akan menjaga putrimu dengan

    Last Updated : 2022-09-26
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Kepergian Diana 2

    Mengeluarkan ayam dari freezer, aku akan memasak ayam goreng tepung, menu kesukaan Diana. Kumasakkan menu sepesial sebagai tanda perpisahan dengan putri kecilku. Sesekali kuhapus air mata yang menetes dengan tangan. Rasanya begitu berat harus berpisah dengan putri kecilku. Karena dialah separuh jiwaku. Tapi aku harus tetap kuat , biar sepahit apapun, toh ini demi kebaikannya. Kuletakkan hasil masakanku di atas meja. Sebagainya sudah kumasukkan ke dalam rantang. Walau belum ku tutup karena masih panas. Sengaja membawakan mereka makanan karena takut anak-anak kelaparan di tengah perjalanan. Ku sisir rambut hitam dan panjang milik Diana. Ku kuncir dua agar tidak berantakan di jalan. "Diana gak boleh nakal ya di rumah pakde Rohmad, nurut dengan apa yang di bilang Pakde dan Budhe." Ucapku sedikit terbata karena menahan air mata yang jatuh. "Kenapa ibu gak ikut ke rumah Pakde? Diana maunya sama ibu saja." Rengeknya membuat hatiku tersayat-sayat. "Lho, katanya kemarin Diana mau ting

    Last Updated : 2022-09-27
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Siapa Yang Datang?

    Kupandangi foto Diana yang ada di geleri ponsel. Tanpa terasa air mata mengalir membasahi pipi. Sesak kembali memenuhi dada. Ibu mana yang tak sedih jika harus berpisah dengan anaknya. Mungkin, ada beberapa ibu yang justru menyiksa dan kejam pada anaknya. Ada pula seorang ibu yang tega membuang anak yang baru dilahirkan. Tapi itu bisa dihitung dengan jari saja. Selebihnya seorang ibu akan memperjuangkan hidup dan matinya untuk buah hati mereka. Begitupun diriku. Inilah bukti pengorbananku demi munculnya senyum indah Diana. Bukan ... Bukan aku kejam membiarkan putriku hidup jauh dariku. Tapi semua ini demi kebaikan dan kebahagiaannya. Seminggu sudah hidup seorang diri. Rumah terasa sepi, tak ada canda dan tawa Diana. Meski setiap hari aku selalu menghubunginya melalui video call. Namun tak bisa sepenuhnya mengobati rasa rinduku. Ingin rasanya kupeluk tubuh mungilnya, menemaninya saat makan maupun tidur. Tapi kini jarak membentang diantara kami. Aku sempat terpuruk, terasa dunia be

    Last Updated : 2022-09-28
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Kedatangan Wahyu

    Mataku membola saat melihat seseorang yang berdiri di hadapanku. Rasa khawatir kembali merasuki hati.Mau apa lagi dia kamari? Tak cukupkah rasa sakit yang telah dia beri padaku? "Mau apa kamu datang lagi kemari?" Ketusku.Mas Wahyu tersenyum menyeringai lalu masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak ada sopan-sopannya. "Mau marah karena aku masuk rumahmu begitu saja?"ucap Mas Wahyu lalu menjatuhkan bobot di kursi tanpa rasa bersalah. Kemana urat malunya? Dasar lelaki tak punya pikiran. Aku menyilangkan kedua tangan di dada sambil menatap tajam ke arahnya. Tak ada lagi rasa hormat. Seperti saat masih tinggal bersama. Rasa itu telah mati dengan sendirinya. "Buatkan aku minum,Lan. Suami datang bukan di siapkan minuman tapi justru menyambutnya dengan wajah masam." Tangannya menyalakan rokok lalu mulai menghisapnya."Suami macam apa yang memberi nafkah tak layak pada istrinya?"ketusku.Mas Wahyu menatapku tajam. Kaget mungkin dengan ucapanku. Belum pernah aku menjawab dengan nada tinggi

    Last Updated : 2022-09-29
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Kedatangan Wahyu 2

    Pov Wahyu"Sebentar lagi undangan panggilan sidang perceraian kita akan segera turun. Persiapkan dirimu, Mas."Ucapan Wulan kembali terngiang di telinga. Benarkah ia ingin berpisah denganku. Bukankah dia sangat mencintaiku. Kalau anak muda jaman sekarang mengatakannya bucin. Aku tahu dia pasti berbohong. Mana mungin Wulan senekat itu?Tidak! Tidak! Wulan tak mungkin menggugat cerai. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat. Banyak kenangan manis yang kami lewati bersama. Terlebih ada Diana di antara kami. Mana mungkin dia tega memisahkan ayah dengan putrinya. Duduk di kursi tua dengan pandangan mata lurus ke depan. Sesekali memijit kepala yang terasa berdenyut. Pusing memikirkan cara menarik hati Wulan kembali. Mobil merah berhenti tepat di depan rumahku. Kenapa dia datang lagi? Astaga jangan bilang kalau tante Mona ingin meminta uang? Aku mana punya uang. "Ko lihatinnya gitu sih sayang? Aku tidak diajak masak nih?" Wanita dengan tubuh aduhai itu mengelus pundakku. Geli dan merinding

    Last Updated : 2022-09-30
  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Pesan Misterius

    Pov Wulan"Wulan!" Terdengar jelas seseorang memanggilku. Dari suaranya aku tahu betul dia Mas Wahyu. Untuk apa lagi dia kemari? Dasar lelaki tak tahu malu. Melangkah menuju pintu depan. Aku terkejut saat Mas Wahyu datang dengan seorang wanita patuh baya. Ya, dia pernah ku lihat ada di dalam hotel bersama calon mantan suamiku. Tapi untuk apa dia datang menemuiku dengan bermesraan begitu? Apa dia kira aku akan cemburu melihatnya? Ah,tidak! Aku justru jijik melihat sepasang kekasih beda usia itu. Sengaja tak ku persilahkan masuk karena aku malas melihat wajah ayah Diana. "Aku tak akan mempensulit perceraian kita karena aku sudah menikah dengan Mona. Jangan pernah menghubungiku lagi!"Aku terkejut mendengar pengakuan Mas Wahyu. Dia menikahi wanita yang pantas menjadi ibunya. Ya Allah, apa demi uang dia mau menikahi wanita itu? Memang tak ada larangan seorang lelaki memiliki istri lebih satu. Tapi kenapa tidak menunggu kami resmi berpisah? Atau dia memang sengaja melakukannya agar a

    Last Updated : 2022-10-01

Latest chapter

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 6

    Wulan membuka koper untuk mengambil pakaian ganti. Rasa lengket di tubuh membuatnya ingin segera mandi. Namun langkahnya terhenti saat Bagus masuk ke dalam kamar. Lelaki itu berjalan mendekat sambil menatap Wulan tak berkedip. Tatapan itu yang membuat jantung Wulan seketika berdetak dengan kencang. Tubuhnya terasa panas bagai tersengat aliran listrik. "Mas mau aku siapin pakaian ganti?" tanya Wulan sambil mengatur detak jantung yang kian kencang. Rasanya hampir terlepas dari singgasananya. Bagus hanya tersenyum lalu mengambil pakaian yang sudah berada di tangan Wulan. Baju itu diletakkan kembali di atas koper yang sudah dibuka. Mendadak rasa gugup singgah di hati Wulan. Ia tahu betul apa yang diinginkan suaminya. Bagus menuntut Wulan hingga berada di atas ranjang. Pandangan mereka mulai mengunci. Debaran hangat terasa di antara mereka berdua. Hingga akhirnya mereka menikmati indahnya surga dunia. ***Wulan, Bagus dan Diana sudah berdiri di lobi rumah sakit. Sengaja mereka hanya da

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 5

    "Kita mau ke mana, bu?" tanya Diana. "Kita ke rumah ayah. Ayah kangen sama kamu, sayang." "Gak mau! Aku gak mau ketemu ayah!" Diana berlari masuk ke dalam rumah. Wulan dan Bagus saling pandang. Lalu Wulan meletakkan tas di kursi depan. Mengatur nafas yang terasa sesak. Bayangan Diana dipukul kembali menari-nari dalam angan. Dia sadar betul rasa trauma masih bersarang di hati putrinya, meski perlahan terkikis oleh kasih sayang Bagus. "Buar aku saja. Kamu di sini!" Langkah kaki Wulan terhenti mendengar perkataan sang suami. Walau sedikit ragu tapi ia menurut saja. Bagus berjalan cepat menuju kamar Diana yang ada di lantai atas. Perlahan membuka pintu yang tertutup rapat. Gadis kecil Wulan sedang menangis sesegukan di atas ranjang. Kejadian bersama Wahyu kembali berkeliaran di benaknya. Memori kelam yang berusaha ia lupakan. Meski tak bisa sama sekali untuk dihilangkan. Bagus segera duduk tepat di samping anak tirinya. Mengangkat kepala Diana lalu menghapus jejak air mata mengguna

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 4

    Roda kehidupan memang tidak bisa diprediksi. Kemarin sedih sekarang bahagia atau justru sebaliknya. Seperti yang di rasakan Wulan. Penderitaan saat bersama Wahyu kini terganti dengan senyum bahagia. Bagus mampu menjadi suami serta ayah yang baik untuk Wulan dan anak-anaknya. Kini mereka hidup bahagia. Tak pernah ada pertengkaran di rumah tangga mereka. Sedikit cekcok karena perbedaan prinsip adalah hal biasa. "Mau ke mana, sayang?" tanya Bagus saat melihat Wulan sudah duduk di depan meja rias. Gamis soft pink dengan hijab berwarna senada kian menambah aura kecantikannya. Ya, walau tanpa riasan tebal di wajahnya. Wulan menghentikan gerakan tangan lalu menatap Bagus dari pantulan cermin di hadapannya. "Mau ke rumah Mas, pengen lihat laporan minggu ini. Mas mau ikut?""Boleh, tapi jangan ajak anak-anak ya! Sekali-kali jalan berdua," ucap Bagus seraya mengedipkan matanya. Wulan dan Bagus memang tak memiliki waktu banyak untuk berdua. Memiliki tiga anak membuat pasangan suami istri i

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 3

    "Apa ada yang bernama Wulan dan Diana?" Langkah Rudi terhenti mendengar pertanyaan sang dokter.Sri dan Rika pun saling pandang. Mereka sangat terkejut dengan perkataan dokter itu.Dari mana dokter tahu Wulan dan Diana?Pertanyaan yang sama muncul di pikiran keluarga Wahyu. Dari awal mereka menginjakkan kaki di rumah sakit, tak sekalipun menyebut nama mantan istri dan anak Wahyu."Pasien mengigau dan memanggil nama Wulan dan Diana. Apa mereka keluarga pasien?" jawab dokter seperti dapat membaca pikiran mereka.Semua terdiam, bingung harus menjawab apa? Ingin mengatakan iya tapi takut sang dokter bertanya lebih jauh lagi. Di mana istrinya mungkin? Dan itu akan membuka aib Wahyu."Mereka anak dan mantan istrinya, dok," jawab Sri pelan."Kalau bisa mereka diminta ke mari. Siapa tahu pasien akan cepat sembuh saat mereka datang."Sri hanya mengangguk hingga dokter itu kembali masuk ke ruang IGD.Semua terdiam, Rudi yang hendak mengurus administrasi justru diam di tempat. Seakan ada magne

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 2

    Pov Author"Rika!Rika!" Teriak Sri mengejutkan sangat putri. Dengan berlari Rika menuju sumber suara.Rika kebingungan melihat Sri menangis tersedu di samping Wahyu. Apa Wahyu telah meninggal? Pertanyaan itu yang sempat hadir di benar gadis berambut sepunggung itu."Mas Wahyu kenapa, Bu?" tanya Wulan seraya menyentuh pergelangan tangan sang kakak. Dia memastikan apakah Wahyu masih hidup atau sudah meninggal. Masih terasa denyut nadi. Itu tandanya Wahyu belum dipanggil sang Maha Kuasa."Wahyu tidak bangun-bangun Rik. Ibu takut terjadi apa-apa dengannya. Tolong kamu panggilkan Masmu. Minta dia antarkan Wahyu ke rumah sakit." Rika mengangguk lalu segera menuju kamar untuk menelepon Rudi.Sri menangis melihat tubuh Wahyu yang kian kurus. Setelah menelepon Wulan beberapa minggu yang lalu, Wahyu semakin terpuruk. Rasa menyesal tertancap dalam di sanubari lelaki itu. Tak ada lagi semangat untuk sembuh. Dia terpukul mengetahui wanita yang ia cintai sudah memiliki tambatan hati lain."Semanga

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ekstra Part 1

    Pov Wahyu"Ibu! Ibu!" Suara Mbak Yuli terdengar nyaring hingga menghancurkan gendang telinga. "Ibu!" Teriaknya lagi saat ibu tak kunjung menyahut. Kakak iparku itu memang tak memiliki sopan santun. Berteriak di rumah orang pagi-pagi begini. Kalau aku bisa jalan sudah ku tampar dia. Sayang, aku masih mengandalkan uang Mas Rudy untuk biaya berobat. Kalau aku sudah sembuh dia pasti tidak semena-mena kepada kami. Aku memilih diam dan pura-pura tidur saat mendengar teriakan Mbak Yuli. Melawan Mbak Yuli tak akan pernah ada habisnya. Dia selalu bersikap seolah-olah dia paling benar. Sungguh menyebalkan! BRAAKPintu kamar dibuka kasar dari luar. Mbak Yuli menatap nyalang seraya berkacak pinggang di depan pintu. Niat hati pura-pura tidur gagal karena Mbak Yuli lebih dahulu masuk ke kamar. "Ibu tidak ada, mbak. Mungkin sedang ke warung," jawabku asal karena aku tidak tahu ibu ke mana. Dari bangun tidur aku belum keluar kamar. Jangankan untuk keluar, tubuhku saja sudah tak ada tenaganya, l

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Ending

    Aku dan Mas Bagus diam, bingung harus menjawab apa. Kami hanya melihat Bu Handayani tadi setelah memberikan gaji pada karyawan Mas Rohmad. Setelah itu kami berada di rumah. Kami juga tidak mendengar jeritan orang minta tolong. "Saya sudah mencari ke sekitar rumah. Tapi tetap tidak ada." Pak Abdul menjatuhkan bobot di sofa ruang keluarga. Aku dan Mas Bagus berdiri, ingin duduk tapi tidak ada tempat. "Kita lapor polisi saja, Pak. Jangan pegang apa pun. Siapa tahu ini tindakan kriminal." Pak Abdul mengangguk lalu beranjak berdiri. Kami berjalan meninggalkan rumah Pak Abdul menuju mobil Mas Bagus yang masih terparkir di halaman rumah. Mas Bagus segera berlari ke dalam rumah untuk mengambil kunci mobil dan menitipkan anak-anak kepada Bik Lastri. "Sabar, Pak." Pak Abdul mengangguk dengan pandangan lurus ke depan. "Ayo masuk!" ucap Mas Bagus seraya berlari menuju mobil. Aku dan Pak Abdul segera mengekor. Suara mobil berhenti di jalan depan rumah terdengar saat aku hendak membuka pint

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Menjelang Ending

    "Wulan! Akbar!" Sama-sama terdengar suara orang memanggil namaku dan Akbar bergantian. "Mas dengar orang panggil namaku gak?" Mas Bagus diam seraya mempertajam pendengarannya. Tak berapa lama lelaki itu justru tersenyum ke arahku. "Mas juga dengar," ucapnya seraya mencondongkan tubuhnya ke arahku. Aku hanya memperhatikan sikapnya. "Berarti aku gak salah dengar kan, aku keluar dulu, Mas." Aku beranjak berdiri, sambil membungkukkan badan saat melewati Mas Bagus. "Mau ke mana?" Mas Bagus mencekal tangan kananku. Ku hentikan langkah seraya menatap bingung ke arahnya. "Mau ke depan, tadi ada yang manggil, Mas. Katanya Mas Bagus denger!""Mendekat!" Aku mengernyitkan dahi mendengar perintahnya. Ini aku mau melihat tamu tapi justru diminta mendekat. Namun aku tetap saja melakukannya. Entahlah, ucapan Mas Bagus seakan memiliki magnet hingga aku menurut saja. "Yang manggil itu di sini!" Mas Bagus menyentuh dadanya. Seketika wajahku menjadi merah merona. "Ya jadi merah pipinya, sudah s

  • Bahagia Tanpamu, Mas!    Menuai Apa Yang Ditanam

    "Aw ... Sakit!" teriak Handayani saat kakinya menginjak pecahan vas yang berserakan di atas lantai. Kaki tanpa alas mempermudah kaca itu masuk ke dalam kulitnya. Handayani meringis kesakitan. Darah segar keluar dari kaki kanannya. Seketika lantai keramik berwana putih itu berubah warna menjadi merah merona. Handayani berusaha mencabut pecahan kaca yang masuk ke dalam kulitnya. Satu cabutan membuat darah semakin mengalir banyak. Namun rasa sakit itu belum juga reda. Rupanya tidak hanya satu kaca yang masuk. Ada beberapa kaca kecil yang masuk lebih dalam. Mata tua Handayani tak bisa melihat lebih jelas di mana luka itu berada. "Abdul! Abdul!" Teriak Handayani. Handayani lupa jika suaminya sedang pergi. Dia terus saja berteriak. Namun sampai pita suaranya rusak pun Abdul tidak akan mendengar. Lelaki bertubuh tambun itu sedang menjemput tukang urut yang ada di kampung sebelah. Nahas, motor yang dikendarai Abdul mogok di jalan. Lelaki itu harus mencari bengkel yang letaknya lumayan ja

DMCA.com Protection Status