Cheryl duduk di pinggir Taman, tiba-tiba rasa perih di lututnya dia rasakan, hingga membuat dia mengalihkan pandangan dan memperhatikan bagian lututnya yang ternyata sudah berdarah.
“Sh ah! Pake luka segala!” Cheryl berdecih kesal, hingga kemudian dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Apotik.
Cheryl bangkit, dia langsung melangkahkan kaki. Saat berjalan dengan santai, pandangannya teralihkan memperhatikan banyak orang yang sedang berkerumun dengan 1 Anak kecil di sana.
“Tapi Tuan muda tidak boleh kelayapan, kalau pulang sekolah harus langsung pulang, kecuali kalau Tuan muda mau bertemu dengan Daddy, maka kita akan mengantarkannya.”
“Harus tidur siang, agar nanti tidak mengantuk saat nanti bimbel.”
Bukannya menurut, anak laki-laki itu malah melangkahkan kaki dengan begitu cepat menjauh dari mereka.
“Tuan muda! Tuan, mau pergi ke mana?” teriak mereka sambil mengejar anak kecil yang tengah berlari.
“Hei, kalian! Jangan kasar pada anak kecil!” teriak Cheryl yang langsung melangkahkan kakinya ke arah anak kecil yang tengah berlari itu.
“Hei, kamu gak papa?”
Tidak ada jawaban yang diberikan, anak laki-laki itu hanya terdiam dan kemudian Cheryl mengalihkan posisi Anak kecil itu ke belakangnya.
“Tolong jangan ikut campur, jangan melindungi dia, karena dia harus pulang sekarang!” Salah satu dari mereka berucap.
“Kalian kenapa memaksa Anak kecil?” Cheryl merasa sangat heran.
“Beliau tidak boleh keluyuran, beliau harus pulang tepat waktu, kalau tidak nanti Boss yang akan marah pada kami.”
Penjelasan itu tidak bisa Cheryl terima begitu saja. “Masalah tidak boleh keluyuran dengan kalian yang akan dimarahi itu urusan kalian, karena yang jelas kalian tidak boleh kasar pada Anak kecil!”
Tidak lama dari itu ada sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari mereka dan terlihat kalau banyak orang di hadapan Cheryl mendadak menundukkan kepalanya yang membuat Cheryl penasaran dengan alasannya.
“Maaf Pak, kita sudah berusaha untuk membujuk Tuan muda untuk pulang, hanya saja Tuan muda selalu menolak.”
“Iya, kita sudah berusaha dan membujuknya dengan berbagai cara.”
“El?”
Nama itu membuat Cheryl teringat pada sesuatu dan suara yang baru saja dia dengar juga terdengar tidak asing, hingga kemudian Cheryl mengalihkan pandangannya.
Melihat dengan jelas pria yang tengah menggunakan atasan jas berwarna navy dengan dasi yang melingkar apik, wajah yang sangat Cheryl ingat, membuat Cheryl dengan seketika terdiam.
Pandangan Cheryl terus tertuju memperhatikan wajah tampan milik pria itu, dia merasa tidak lupa dengan netra pria di hadapannya, sebab dia pernah saling menatap dalam suasana yang tidak biasa.
“Pak Dirga?” Cheryl masih tidak percaya kalau dia kembali bertemu dengan pria yang waktu itu menemaninya di Red House.
Dirga mengalihkan pandangannya, dia memperhatikan perempuan yang sekarang tengah menggunakan atasan yang membentuk tubuhnya dengan rok yang juga sangat membentuk pinggul indahnya.
Melihat anak laki-laki itu melangkahkan kaki ke arah di mana Dirga berada, membuat Cheryl mengernyit, dia sebelumnya tidak menyadari kalau anak kecil itu adalah El, padahal waktu melamar menjadi babysitter, dia sangat memperhatikan wajah El.
“Kamu ingin apa El?” tanya Dirga yang sudah berjongkok di hadapan El.
“Main.”
Satu kata yang El ucapkan membuat Cheryl setengah terdiam, karena nada bicara yang El gunakan sangat datar.
“Playkids atau ke mana?”
“Ya.”
Buset, nih anak, udah dingin sejak dini?
Cheryl merasa setengah kebingungan dengan sikap El yang menurutnya sangat cuek.
“Ajak Tantenya untuk main,” ucap Dirga dengan santai yang membuat Cheryl juga El mengernyit kebingungan.
“Siapa?” tanya El singkat.
“Tante ini namanya Cheryl, dia sebelumnya ingin menjadi babysitter-nya El. Bagaimana? Mau mencoba mengajak dia agar El ada yang menemani bermain?” Dirga terlihat merayu anaknya.
Di saa El tengah berpikir dengan apa yang akan dilakukan, begitu juga dengan Cheryl yang merasa kaget, karena dia sebelumnya mengatakan untuk tidak jadi bekerja bersama dengan Dirga, sebab merasa malu akan kejadian di Red House.
Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl dari atas sampai bawah dengan tatapan dinginnya dan hal itu membuat Cheryl terdiam membeku dengan sebuah kebingungan.
“Emh ... bagaimana El? A-apakah mau ditemani oleh Tante?” Cheryl mendadak sangat gugup saat berhadapan dengan El, tapi sebuah hal tak terduga terjadi.
El menarik tangan Cheryl dengan santai sampai berhenti di hadapan sebuah mobil yang kemudian ada orang yang membukakan pintu agar El bisa masuk dengan mudah yang secara langsung membuat Cheryl melangkahkan kaki masuk.
*****
Waktu berlalu di saat El tengah fokus memperhatikan layar sebab dia tengah balapan motor dan duduk asyik di atas motor mainan, Cheryl begitu asyik memperhatikan El yang entah kenapa terasa besar daya tariknya.
“Untuk lukanya,” ucap Dirga.
Pandangan Cheryl dia alihkan, dia merasa kaget akan kedatangan Dirga, apalagi sambil memberikan plester untuknya.
“Eh, Om, eh Pak. Mau ngapain?” Cheryl kaget sendiri saat Dirga tiba-tiba jongkok di hadapannya.
Bukan memberikan jawaban, Dirga malah mengeluarkan tisu basah yang tidak Cheryl ketahui dari mana mendapatkannya.
“Sh arh!” ringis Cheryl saat tisunya Dirga gunakan mengelap luka di lututnya yang terlupakan sebab bertemu dengan El.
Setelah lukanya terlihat bersih, saat itu juga Dirga menempelkan plester di lutut Cheryl dengan cukup lembut, bahkan jari tangannya sambil mengusap lutut Cheryl dan hal itu membuat Cheryl terdiam.
Pandangan Cheryl terfokuskan memperhatikan wajah Dirga yang ternyata dilihat dari posisi seperti ini saja masih terlihat tampan, dia juga melihat kalau tangan Dirga perlahan bergerak naik.
Saat tangan Dirga mengelus bagian pahanya, membuat Cheryl merasakan sebuah sensasi yang tidak biasa, apalagi saat melihat senyuman yang terukir di bibir Dirga yang membuat Cheryl mulai lupa dengan dunia.
“Dad!”
Suara El membuat Dirga dan juga Cheryl dengan seketika mengalihkan pandangannya. Raut wajah mereka terlihat panik.
“Iya El, ada apa?” tanya Dirga sambil berdiri yang langsung melangkahkan kaki mendekat ke arah El, dia mencoba untuk terlihat tenang.
“Lapar,” jawab El.
Jawaban itu membuat Cheryl merasakan yang namanya lega, karena El memanggil Dirga bukan karena apa yang Dirga lakukan.
“Ya sudah, sekarang kita makan.”
El turun dari motor mainannya, dia melangkahkan kaki dengan santai, hanya saja hal yang tak pernah Cheryl duga kembali El lakukan. Di mana El menarik tangannya agar ikut bersama dengannya.
“Dia tidak pandai berbicara, sehingga pahami saja perbuatannya.” Dirga membisikkan itu sambil melangkahkan kaki untuk mencari tempat makan.
“Daddy, El mau itu.” El menunjuk ke sebuah tempat yang mana di sana menjual soft ice cream.
“Berani beli sendiri?” tanya Dirga pada Putranya.
Sebuah anggukkan El berikan yang kemudian setelah itu Dirga memberikan kartu miliknya. “Silakan, Daddy tunggu di sini.”
Semua tentang El begitu diatur, hanya saja melihat Dirga yang menyuruh El membeli apa yang dia inginkan, membuat Cheryl tahu kalau Dirga adalah tipe Daddy yang mendidik Anaknya agar bisa mandiri.
Pandangan Cheryl terus terfokuskan memperhatikan El, hingga kemudian senyuman kecilnya tercipta kala melihat El yang memasukan tangan ke saku celana sambil menunggu pesannya selesai.
“Sudah bersama dengan El, lalu ... apakah kamu tertarik untuk menjadi babysitter El?” Dirga mengajukan pertanyaan yang membuat Cheryl mengalihkan pandangan ke arah di mana Dirga berada.
“Bukankah kamu membutuhkan uang?”
Kening Cheryl mengernyit, dia menatap Dirga dengan tanda tanya. “Eh, tahu dari mana kalau saya membutuhkan uang?” Cheryl kebingungan.
“Saya tahu beberapa hal tentang kamu,” jawab Dirga enteng.
“Agak aneh ya, kalau tahu beberapa hal tentang saya, padahal saya tidak menceritakan banyak hal pada Bapak?” Cheryl menatap Dirga penuh dengan kecurigaan.
“Tidak usah dipikirkan, sekarang jawab saja, apakah kamu ingin bekerja dengan saya?” Dirga bertanya seolah membutuhkan jawaban dari Cheryl, padahal dia merasa sudah bisa menebak jawabannya.
“Cher, hari ini ada yang harus dibayar ya buat ulangan sama praktek minggu depan? Gimana? Udah ada buat bayarnya? Sekarang hari terakhir dan sorry, gak bisa bantu bayar untuk sekarang.”“Kenapa?” tanya Cheryl sambil menatap Reva dengan tatapan tanda tanya.Sebelum memberikan jawaban, Reva tertawa yang membuat Cheryl tanda tanya. “Hehe, kemarin habis taruhan dan kalah.”“Cih, taruhan mulu, mana jarang menang lagi!” cibir Cheryl yang merasa sudah tidak aneh jika temannya itu taruhan dan berujung dengan kalah.“Kalau menang enak tahu, duitnya bisa numpuk dan bisa dipake buat seneng-seneng tanpa sakit kepala nantinya.”“Sekarang kalah sakit kepala kan?”Pertanyaan itu tidak bisa Reva elakan, dia hanya bisa mengukirkan senyumannya dan Cheryl hanya bisa menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, karena bagaimana pun itu uang Reva yang merupakan hak dia, sehingga dia tidak ada hak untuk melarang.“Duh, gimana ya? Belum ada duit lagi! Duit yang waktu itu dipake sama Jordan!” ketus Cheryl yan
Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, d
“Om, ini punggungnya basah berarti?” Cheryl mentap Dirga dengan tatapan yang cukup serius, dia masih ingat dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dirga melirik ke arah belakang yang sebenarnya tidak terlihat, tapi cukup terasa basahnya. “Kenapa Om malah melindungi saya tadi?” Cheryl merasa kebingungan dengan hal ini. “Mereka keterlaluan,” sahut Dirga yang merasa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan. Secara perlahan Cheryl melepaskan jas yang Dirga gunakan sampai terlihat jelas kalau kemeja putih yang Dirga gunakan sudah berubah kotor oleh cokelat yang sudah disiramkan dan Cheryl menarik napasnya dengan cukup dalam, karena melihat bentuk punggung Dirga. “Saya bersihin boleh Om?” Bukannya melarang, dengan santai Dirga membuka kancing kemeja, hingga kemudian Dirga menurunkan kemejanya dan membuat Cheryl melihat dengan jelas bagian punggung Dirga yang pernah dia elus-elus malam itu. Punggung yang terlihat kekar itu membuat Cheryl menelan salivanya dengan cukup kasar, hingg
“Daddy!” “Ya El? Ada apa?” “Aku pergi dengan siapa hari ini?” “Tante Cheryl?” “Dia tidur.” Mendengar kalimat itu, membuat Dirga terdiam sejenak, dia memikirkan beberapa hal. “Tidak kamu bangunkan?” tanya Dirga terlebih dahulu. Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl yang tengah tertidur di sofa dengan raut wajah cape yang begitu jelas. “Gak,” jawab El singkat. “Kamu bangunkan saja sekarang, agar nanti dia bisa menemani kamu untuk kumpulan di Sekolah kamu.” Dirga memberikan solusi yang santai. “Gak mau.” “Ya terus, bagaimana?” “Terserah, kalau Daddy mau ke sekolah ... El akan ikut, kalau tidak ... El ikut tidur dengan Tante Cheryl.” Jawaban yang membuat Dirga sulit untuk menolak, dia memang bisa saja menyuruh orang lain untuk datang ke Sekolah El, hanya saja sekarang adalah acara tahunan Sekolah El yang niatnya Dirga akan datang di siang hari sebab sudah menyuruh Cheryl menemani El di awal. “Ya sudah, kamu pergi saja bersama dengan Om Reno ke Sekolah, nanti Daddy
Selesai membereskan barang-barangnya, Cheryl langsung melangkahkan kaki meninggalkan kelas, dia berjalan sangat buru-buru yang sudah pasti bukan ke arah Toilet, karena semula dia hanya beralasan saja agar Dosennya ingat pada waktu. Langkah kaki Cheryl begitu terburu-buru sampai tidak sadar kalau ada laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar ke dinding. “Apakah tidak melihat ada pacarnya di sini?” Kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika menghentikan langkah kakinya, dia merasa sangat kenal dengan suara itu, apalagi dengan kalimat seperti itu sampai akhirnya laki-laki yang sudah memanggilnya berdiri di sampingnya. “Axel?” “Mau ke mana? Kenapa buru-buru?” Penuh dengan keseriusan Cheryl memikirkan jawabannya, karena dia merasa tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya pada Axel, sebab akhirnya akan banyak pertanyaan yang ujungnya dia mendapatkan sebuah larangan. “Ada urusan, makanya buru-buru.” “Urusan apa?” “Ada lah, emangnya kamu harus tahu ya setiap urusan aku? Engga
Cheryl terlihat begitu gelisah, dia mengedarkan pandangannnya ke sana kemari, karena tidak ada Anak yang dia cari, hingga dia menjadi berpikir penuh dengan keseriusan harus pergi ke mana sekarang. Saat tadi dia ke Sekolahan El, dia sama sekali tidak bertemu dengan El, karena sudah lebih dari 1 jam dari waktu El pulang, dia mempunyai pikiran kalau El ada di rumah, tapi ternyata di Rumah juga tidak ada. Tidak ada satu orang pun yang memberikan jawaban baik, sehingga perasaan Cheryl menjadi tidak karuan sampai kemudian dia menarik napasnya dengan sangat dalam dan berlari keluar dari Rumah ini. Sekarang Cheryl merasa cukup beruntung, karena tidak lama keluar dia langsung bertemu dengan Abang gojek yang bisa mengantarkan dirinya untuk ke Kantor Dirga. Rasanya Cheryl tidak bisa diam saja dengan hal ini, dia langsung menemui Dirga yang bahkan sekarang dia berada di hadapan Ruangan Dirga, dia mengetuk-ngetuk pintu Ruangannya beberapa kali. “Permisi, Pak Dirga. Ini saya, bolehkah saya masu
Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu yang jelas membuat Cheryl bangkit dari tempat duduknya, bahkan dia mengabaikan apa yang seharusnya dia selesaikan sampai kemudian membuka pintu. “Ada apa Bang?” tanya Cheryl sambil memperhatikan laki-laki di hadapannya. “Siap-siap, malam ini Axel mau datang dan katanya dia mau ngajak jalan. Jadi, sekarang harus siap-siap dan dandan yang cantik untuk malam ini.” Mendengar hal tersebut membuat Cheryl mengernyit, dia menatap Abangnya dengan tatapan yang cukup serius. “Apa yang sudah terjadi sampai Axel mau datang dan Abang menyuruh untuk siap-siap?” Cheryl merasa curiga. “Gak ada, buruan siap-siap, jangan buat dia kecewa malam ini atau tahu sendiri apa yang bakalan terjadi kalau tidak menuruti apa yang sudah dikatakan untuk pergi bersama dengan Axel!” ancam Jordan dengan serius. “Malam ini Abang mau pergi, makanya kamu buruan siap-siap!” seru Jordan dengan sangat serius dan langsung melangkahkan kakinya, tapi Cheryl menatap tahan Jordan. “B
“Mending sama Om Dirga gak sih? Ya, kalau kamu emang nyaman sama dia, terus udah ngerasa gak betah sama Axel, ya ... untuk apa kamu mempertahankan Axel?” Apa yang Reva sampaikan tidak ada salahnya, tapi entah kenapa Cheryl merasa berat kalau dia harus meninggalkan Axel begitu saja dengan permasalahan finansial yang belum selesai. “Gini deh, kamu kan bilang gak mau kalau Axel dimanfaatin sama Abang kamu?” Cheryl menganggukkan kepalanya. “Aku rasa di sini Axel bukan dimanfaatin sama Abang kamu deh, karena dia juga tidak sebego itu untuk dimanfaatkan, aku rasa dia melakukan semua itu agar kamu tidak sampai bisa lepas dari dia.” Reva menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kamu gak percaya sama apa yang aku katakan?” Kali ini Cheryl menggelengkan kepalanya. “Buktinya sekarang kamu sulit untuk melepaskan dia, padahal kamu dulunya udah ngebet banget buat ngelepas dia sampai memikirkan cara lepas dari dia dan berujung dengan nyewa orang karena mau lepas dari dia, tapi sampai sekarang?”
*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
“Rean.”“Iya Ma, ada apa?”“To the point saja ya,” ucap Mamanya yang membuat Rean mengangguk dalam sebuah rasa tanda tanya, karena memang dia tidak tahu hal apa yang ingin Mamanya bicarakan.“Kamu kenal dengan babysitter-nya El kan?”“Cheryl?”Mamanya Rean menganggukkan kepalanya.“Iya Ma, kenal. Kenapa?”“Mama dapat kabar kalau dalam beberapa waktu terakhir ini kamu seperti terlihat sedang mengejarnya.”Mendengar kalimat itu membuat Rean mematung, dia menatap Mamanya dengan sangat serius, karena ada sebuah rasa penasaran dalam dirinya tentang siapa orang yang memberi tahu hal ini pada Mamanya.“Tidak, kenapa memangnya?”“Rasanya kalau dilihat-lihat, mungkin kamu lebih cocok bersama dengan dia, secara kalian sama-sama masih muda, sama-sama belum menikah, tidak seperti saat dia bersama dengan Kakak kamu yang jelas perbedaan statusnya.”Di sini Rean masih tanda tanya, dia berpikir dengan begitu serius. “Memangnya kenapa?”“Papa kamu juga sudah mempertanyakan status kamu yang belum mempe
“Om ... sebenarnya hubungan ini mau di bawa ke mana?”Pertanyaan yang baru saja Cheryl ucapkan membuat Dirga mematung, dia mengalihkan pandangannya sampai pada akhirnya dia menatap Cheryl dengan begitu dalam, hanya saja Cheryl terus memandangi Dirga dengan penuh tanda tanya.“Mau dibawa ke mana Om, kalau cuma gini-gini aja, aku yang cape Om.”Kalimat itu begitu tergambar jelas dari ekspresi Cheryl yang memang dia sudah lelah menjalani hubungan yang tidak tahu ke mana arahnya.“Sebenarnya kamu tahu kalau saya bersama dengan Novita malam itu dari siapa?”“Om gak perlu tahu aku tahu dari mana, hanya saja aku memang tahu akan hal tersebut dan aku bukan sedang membahas dia Om, aku sedang membahas hubungan kita.”Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kayaknya udah jelas banget deh kalau hubungan kita itu banyak yang menentang, apalagi keluarga Om juga terlihat jelas gak suka sama aku.”“Hubungan kita bakalan berat kalau dilanjutkan,” ucap Cheryl yang memang sudah paham dengan keadaa
“Rean! Rean!”Mendengar namanya dipanggil dengan menggunakan nada bicara yang sangat tinggi membuat Rean merasakan yang namanya kaget sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya.Belum sampai Rean beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki ke arah pintu, karena ingin membuka pintu, tapi sudah ada orang yang masuk ke Ruangannya dan di wajah orang itu terlihat jelas sebuah amarah yang begitu tinggi.“Rean!”“Ada apa?” tanya Rean dengan menggunakan nada bicara yang santai, karena memang dia tidak tahu hal apa yang membuat orang itu datang.Beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kakaknya membuat Rean merasa kaget, karena baru saja Kakaknya menarik kerah kemejanya dengan begitu kuat, apalagi tatapannya begitu tajam.“Ada apa Kak?”“Ada apa, ada apa, tidak usah berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi!”Kening Rean mengernyit tanda tanya. “Kenyataannya aku memang tidak tahu apa-apa, memangnya kenapa? Kenapa datang-datang langsung marah?” Rean masih memberikan
Di sebuah tempat yang begitu mewah dengan orang-orang penting yang berlalu lalang, lain dengan dua orang yang baru saja melangkahkan kaki sampai di pintu masuk acara ini.Sebuah senyuman yang terukir dengan sangat lebar di bibir seorang wanita yang mendapatkan sebuah undangan di acara ini, dia merasakan sebuah kesenangan yang sangat tinggi, karena dia tengah bersama dengan seorang pria yang berhasil menempati hatinya dalam waktu yang lama dan ingin kembali dia miliki.“Tidak usah gandengan tangan.”Kalimat itu langsung keluar dari mulut Dirga saat dia merasakan kalau Novita baru saja menggandeng tangannya, tapi bukan melepaskan gandengan tangannya, Novita malah terus menggandengnya dengan tatapan yang sangat dia fokuskan memperhatikan Dirga.“Udah lah Mas, gak usah kayak gini. Mereka aja santai gandengan tangan, kenapa kamu tidak mau?” Novita berucap sambil mengedarkan pandangannya yang memang banyak orang yang sekarang tengah bersama dan saling bergandengan.“Mungkin mereka pasangan,
Tok tok tok“Masuk,” sahut seorang pria di dalam yang tidak tahu siapa yang baru saja mengetuk pintunya sampai terdengar suara langkah kaki, hanya saja pria pemilik nama Dirga itu masih enggan mengalihkan pandangannya.“Selamat sore Mas.”Suara yang sangat dia kenali membuat Dirga mengalihkan pandangannya sampai dia mengernyit sendiri karena melihat siapa orang yang datang dan dia tanda tanya dengan tujuan dari orang itu datang.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dirga dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat tidak suka.“Aku mau ngajak kamu pergi makan, kalau gak sore ini ... malam ini.”“Gak, gak bisa.” Dirga langsung memberikan sebuah penolakan, karena memang dia tidak ingin jika dia harus bersama dengan Novita.Bukannya merasa kesal atau bete mendapatkan sebuah penolakan, Novita malah dengan santai melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia berdiri di samping Dirga yang membuat Dirga mengernyit tanda tanya pada apa yang akan Novita lakukan.Tangan Novita secara perlahan menyentuh tu
“Malam ini jadi?” tanya Axel memastikan.“Iya,” sahut Cheryl.“Nanti aku jemput ya,” ucap Axel dengan menggunakan nada bicara yang sangat enteng.“Gak perlu, gak usah. Nanti aku datang sendiri aja ke sana, sekalian Abang mau pergi. Jadi bisa bareng,” jawab Cheryl dengan cepat.Di sini Axel terdiam, dia benar-benar merasakan perubahan Cheryl. “Oh.”“Iya, ini udah mau pergi kok.” Cheryl berucap tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan ucapan sebelumnya.“Ya sudah.”Di sini Axel benar-benar jauh dari sifatnya yang dulu, dia benar-benar menahan emosinya, agar dia tetap bisa melanjutkan semuanya berdasarkan apa yang sudah dia rencanakan, karena sekarang bukan sebuah hal yang mudah untuk dia bisa berbicara dengan Axel.Di tengah perjalanan, Abangnya Cheryl menatap Cheryl, dia tengah memikirkan sesuatu hal. “Tumben mau diantar? Mau ketemu siapa memangnya?”“Axel,” jawab Cheryl apa adanya.Mendengar jawaban dari Cheryl membuat Abangnya terdiam dalam beberapa saat. “Tumben? Sudah baikan atau
Sebuah senyuman terukir dengan sangat jelas di bibir Novita. “Sepertinya seorang Dirga tidak mungkin selugu itu, sudah pasti kamu mengetahui jelas apa yang aku inginkan.”Novita bukan hanya melepaskan outer piyamanya, melainkan sampai melepaskan piyamanya yang membuat bra yang dia gunakan dan juga celana dalamnya nampak dengan sangat jelas.“Kamu jangan gila!”“Aku memang sudah tergila-gila sama kamu Mas,” jawab Novita dengan senyuman yang terlihat sedang memancing Dirga.Secara perlahan tangan Novita mulai menyentuh-nyentuh bagian tubuh Dirga dan sudah jelas kalau sentuhan yang Novita berikan adalah sentuhan yang sangat sensual, karena tujuan dari Novita menyentuh Dirga adalah memancing Dirga.Berapa kali Dirga menepiskan tangannya, karena dia merasa tidak ingin disentuh sejauh itu oleh Novita, hanya saja bukan Novita jika dia tidak kehabisan cara untuk bisa lebih dekat dengan Dirga.“Sudah berada di tempat ini, lagi pula kamu datang untuk menemaniku bukan?”Di sini titik kesalahan b
“Rean, Kakak mau bicara sama kamu.” Dirga berucap penuh dengan keseriusan sampai kemudian membuat Rean menutup apa yang tengah dia baca, dia mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Sang Kakak dengan penuh tanda tanya.“Mau bicara serius dengan kamu,” ucap Dirga memperjelas yang kemudian membuat Rean bangkit, dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Dirga.“Ya, ada apa?” tanya Rean dengan nada yang sangat santai.Tidak langsung mengucapkan apa yang ingin dia bicarakan, karena Dirga malah memperhatikan Rean dengan tatapan yang sangat serius sampai membaut Rean mengernyit.“Mau bicara apa? Katakan saja, kenapa malah terdiam bengong?” tanya ulang Rean yang mulai merasa kebingungan.“Sebenarnya alasan yang membuat kamu akhir-akhir ini mendekati Cheryl apa?” tanya Dirga yang sudah merasa tidak bisa menahan rasa tanda tanya ini lebih lama lagi, karena dia sudah sangat curiga dengan alasan di balik Adiknya yang mendekati Cheryl.“Memangnya aku mendekati dia?” tanya balik Rean dengan eks