*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
Pandangan seorang perempuan yang sudah menunggu cukup lama terfokuskan memperhatikan seorang laki-laki yang tengah menggunakan jaket levis dengan kaos warna putih sebagai dalamannya. Sebuah senyuman terukir dengan jelas di bibir perempuan pemilik nama Cheryl, karena dia baru saja melihat Axel menyisir acak rambutnya yang membuat aura penuh pesona terpancarkan dari diri laki-laki berusia 21 tahun. “Sudah lama menunggu?” tanya Axel. “Lumayan, lebih dari 30 menit.” Cheryl merasa setengah kesal karena Axel datang begitu lama. “Sorry sayang,” ucap Axel yang kemudian menarik tangan yang sedari tadi dia simpan di belakang, karena dia tengah memegangi sesuatu. “Apa ini?” tanya Cheryl sambil memperhatikan paper bag dengan merk ternama yang begitu jelas tertulis. “Buka saja, untuk perempuan kesayangan,” jawab Axel. Cuph Sebuah kecupan mendarat di pipi Cheryl, kemudian Axel duduk dengan santai di kursi sambil memperhatikan Cheryl yang tengah mengintip isi paper bag yang sudah dia bawakan.
“Tuan, banyak penurunan pelanggan dalam 3 pekan, apalagi untuk 1 pekan terakhir bukan hanya pelanggan yang jumlahnya turun drastis, melainkan banyak pelanggan yang mengeluh, karena tidak suka dengan pelayanan yang diberikan.”Mendengar penjelasan dari orang yang memegang laporan di tempat ini, membuat pria itu berbalik badan, dia yang semula memperhatikan gedung-gedung tinggi di hadapannya menjadi memperhatikan orang itu dengan tatapan yang cukup serius.“Tidak tahu jelasnya Tuan, bahkan banyak yang mengatakan kalau wanita-wanita itu banyak yang berusaha untuk melarikan diri dari tempat kita dan mereka yang tidak bisa melarikan diri, melampiaskan semuanya dengan cara tidak memberikan service yang maksimal.”“Setelah banyaknya keluhan, bahkan katanya untuk pria di sana juga sudah tidak begitu memberikan pelayanan yang ramah, mereka malah bertingkah kasar saat bersama dengan pelanggan.”“Saya akan turun tangan langsung dalam hal ini.”“Baik Tuan, bagaimana atau kapan waktunya?”“Nanti ma
Siang sudah hilang, bahkan sore sudah pergi, sekarang waktu sudah petang dan Cheryl tengah berada di sebuah Rumah mewah yang tengah membutuhkan seorang babysitter.Cheryl terlihat begitu asyik memperhatikan tablet yang ada di di tangannya, dia tengah memperhatikan bagaimana anak laki-laki yang usianya masih masuk kategori balita.Anaknya ganteng banget, jadi penasaran gimana Ayahnya?Rasa penasaran dalam diri Cheryl begitu tinggi akan sosok Ayah dari anak laki-laki yang mempunyai paras yang tampan dengan kulit putih bersih dan mata indah itu.“Bagaimana?” tanya Reno.“Anaknya keliatan cuek ya sama lingkungannya?”Cheryl merasa yakin dengan akan hal ini, karena dari banyak video yang dia tonton, dia tidak sering melihat interaksi dari anak itu dengan temannya.“Ya, seperti itu Tuan El. Tidak mudah untuk orang lain bisa berdialog dengannya, bahkan dengan orang Rumahnya saja dia tidak banyak berucap, mungkin dia tidak mudah bergaul karena dia kehilangan sosok Ibu sejak kecil.”Kening Cher
Seorang perempuan tengah mematung sambil memperhatikan sebuah video pacarnya yang tengah asyik bersama dengan banyak perempuan yang berpakaian sexy, hanya saja dari banyak perempuan di sana, pandangannya terfokuskan pada satu perempuan yang cukup dia kenali. “Gila banget! Pantes dia selalu ngasih tahu buruknya Axel, ternyata dia emang pengen rebut Axel? Hih, perempuan munafik!” Tawa hambar perempuan bernama Cheryl keluar dengan seketika. Pandangan Cheryl dia naikkan, dia memperhatikan langit yang begitu terang yang membuat matanya merasakan sedikit sakit, karena silau, tapi hatinya jauh lebih sakit dan juga panas dengan apa yang terjadi. Sudah tidak ada alasan untuk Cheryl menunggu, sehingga pada akhirnya dia bangkit dan kemudian mengambil tasnya, dia melangkahkan kaki dengan langkah yang begitu lesu. Merasa pikirannya tidak karuan, membuat Cheryl mengurungkan niatnya untuk pergi ke Kampus, dia malah berjalan sambil mencoba untuk melupakan video yang dia lihat. Berjalan cukup jauh
Cheryl duduk di pinggir Taman, tiba-tiba rasa perih di lututnya dia rasakan, hingga membuat dia mengalihkan pandangan dan memperhatikan bagian lututnya yang ternyata sudah berdarah.“Sh ah! Pake luka segala!” Cheryl berdecih kesal, hingga kemudian dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Apotik.Cheryl bangkit, dia langsung melangkahkan kaki. Saat berjalan dengan santai, pandangannya teralihkan memperhatikan banyak orang yang sedang berkerumun dengan 1 Anak kecil di sana.“Tapi Tuan muda tidak boleh kelayapan, kalau pulang sekolah harus langsung pulang, kecuali kalau Tuan muda mau bertemu dengan Daddy, maka kita akan mengantarkannya.”“Harus tidur siang, agar nanti tidak mengantuk saat nanti bimbel.”Bukannya menurut, anak laki-laki itu malah melangkahkan kaki dengan begitu cepat menjauh dari mereka.“Tuan muda! Tuan, mau pergi ke mana?” teriak mereka sambil mengejar anak kecil yang tengah berlari.“Hei, kalian! Jangan kasar pada anak kecil!” teriak Cheryl yang langsung melangkahkan
“Cher, hari ini ada yang harus dibayar ya buat ulangan sama praktek minggu depan? Gimana? Udah ada buat bayarnya? Sekarang hari terakhir dan sorry, gak bisa bantu bayar untuk sekarang.”“Kenapa?” tanya Cheryl sambil menatap Reva dengan tatapan tanda tanya.Sebelum memberikan jawaban, Reva tertawa yang membuat Cheryl tanda tanya. “Hehe, kemarin habis taruhan dan kalah.”“Cih, taruhan mulu, mana jarang menang lagi!” cibir Cheryl yang merasa sudah tidak aneh jika temannya itu taruhan dan berujung dengan kalah.“Kalau menang enak tahu, duitnya bisa numpuk dan bisa dipake buat seneng-seneng tanpa sakit kepala nantinya.”“Sekarang kalah sakit kepala kan?”Pertanyaan itu tidak bisa Reva elakan, dia hanya bisa mengukirkan senyumannya dan Cheryl hanya bisa menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, karena bagaimana pun itu uang Reva yang merupakan hak dia, sehingga dia tidak ada hak untuk melarang.“Duh, gimana ya? Belum ada duit lagi! Duit yang waktu itu dipake sama Jordan!” ketus Cheryl yan
Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, d
*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
“Rean.”“Iya Ma, ada apa?”“To the point saja ya,” ucap Mamanya yang membuat Rean mengangguk dalam sebuah rasa tanda tanya, karena memang dia tidak tahu hal apa yang ingin Mamanya bicarakan.“Kamu kenal dengan babysitter-nya El kan?”“Cheryl?”Mamanya Rean menganggukkan kepalanya.“Iya Ma, kenal. Kenapa?”“Mama dapat kabar kalau dalam beberapa waktu terakhir ini kamu seperti terlihat sedang mengejarnya.”Mendengar kalimat itu membuat Rean mematung, dia menatap Mamanya dengan sangat serius, karena ada sebuah rasa penasaran dalam dirinya tentang siapa orang yang memberi tahu hal ini pada Mamanya.“Tidak, kenapa memangnya?”“Rasanya kalau dilihat-lihat, mungkin kamu lebih cocok bersama dengan dia, secara kalian sama-sama masih muda, sama-sama belum menikah, tidak seperti saat dia bersama dengan Kakak kamu yang jelas perbedaan statusnya.”Di sini Rean masih tanda tanya, dia berpikir dengan begitu serius. “Memangnya kenapa?”“Papa kamu juga sudah mempertanyakan status kamu yang belum mempe
“Om ... sebenarnya hubungan ini mau di bawa ke mana?”Pertanyaan yang baru saja Cheryl ucapkan membuat Dirga mematung, dia mengalihkan pandangannya sampai pada akhirnya dia menatap Cheryl dengan begitu dalam, hanya saja Cheryl terus memandangi Dirga dengan penuh tanda tanya.“Mau dibawa ke mana Om, kalau cuma gini-gini aja, aku yang cape Om.”Kalimat itu begitu tergambar jelas dari ekspresi Cheryl yang memang dia sudah lelah menjalani hubungan yang tidak tahu ke mana arahnya.“Sebenarnya kamu tahu kalau saya bersama dengan Novita malam itu dari siapa?”“Om gak perlu tahu aku tahu dari mana, hanya saja aku memang tahu akan hal tersebut dan aku bukan sedang membahas dia Om, aku sedang membahas hubungan kita.”Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kayaknya udah jelas banget deh kalau hubungan kita itu banyak yang menentang, apalagi keluarga Om juga terlihat jelas gak suka sama aku.”“Hubungan kita bakalan berat kalau dilanjutkan,” ucap Cheryl yang memang sudah paham dengan keadaa
“Rean! Rean!”Mendengar namanya dipanggil dengan menggunakan nada bicara yang sangat tinggi membuat Rean merasakan yang namanya kaget sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya.Belum sampai Rean beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki ke arah pintu, karena ingin membuka pintu, tapi sudah ada orang yang masuk ke Ruangannya dan di wajah orang itu terlihat jelas sebuah amarah yang begitu tinggi.“Rean!”“Ada apa?” tanya Rean dengan menggunakan nada bicara yang santai, karena memang dia tidak tahu hal apa yang membuat orang itu datang.Beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kakaknya membuat Rean merasa kaget, karena baru saja Kakaknya menarik kerah kemejanya dengan begitu kuat, apalagi tatapannya begitu tajam.“Ada apa Kak?”“Ada apa, ada apa, tidak usah berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi!”Kening Rean mengernyit tanda tanya. “Kenyataannya aku memang tidak tahu apa-apa, memangnya kenapa? Kenapa datang-datang langsung marah?” Rean masih memberikan
Di sebuah tempat yang begitu mewah dengan orang-orang penting yang berlalu lalang, lain dengan dua orang yang baru saja melangkahkan kaki sampai di pintu masuk acara ini.Sebuah senyuman yang terukir dengan sangat lebar di bibir seorang wanita yang mendapatkan sebuah undangan di acara ini, dia merasakan sebuah kesenangan yang sangat tinggi, karena dia tengah bersama dengan seorang pria yang berhasil menempati hatinya dalam waktu yang lama dan ingin kembali dia miliki.“Tidak usah gandengan tangan.”Kalimat itu langsung keluar dari mulut Dirga saat dia merasakan kalau Novita baru saja menggandeng tangannya, tapi bukan melepaskan gandengan tangannya, Novita malah terus menggandengnya dengan tatapan yang sangat dia fokuskan memperhatikan Dirga.“Udah lah Mas, gak usah kayak gini. Mereka aja santai gandengan tangan, kenapa kamu tidak mau?” Novita berucap sambil mengedarkan pandangannya yang memang banyak orang yang sekarang tengah bersama dan saling bergandengan.“Mungkin mereka pasangan,
Tok tok tok“Masuk,” sahut seorang pria di dalam yang tidak tahu siapa yang baru saja mengetuk pintunya sampai terdengar suara langkah kaki, hanya saja pria pemilik nama Dirga itu masih enggan mengalihkan pandangannya.“Selamat sore Mas.”Suara yang sangat dia kenali membuat Dirga mengalihkan pandangannya sampai dia mengernyit sendiri karena melihat siapa orang yang datang dan dia tanda tanya dengan tujuan dari orang itu datang.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dirga dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat tidak suka.“Aku mau ngajak kamu pergi makan, kalau gak sore ini ... malam ini.”“Gak, gak bisa.” Dirga langsung memberikan sebuah penolakan, karena memang dia tidak ingin jika dia harus bersama dengan Novita.Bukannya merasa kesal atau bete mendapatkan sebuah penolakan, Novita malah dengan santai melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia berdiri di samping Dirga yang membuat Dirga mengernyit tanda tanya pada apa yang akan Novita lakukan.Tangan Novita secara perlahan menyentuh tu
“Malam ini jadi?” tanya Axel memastikan.“Iya,” sahut Cheryl.“Nanti aku jemput ya,” ucap Axel dengan menggunakan nada bicara yang sangat enteng.“Gak perlu, gak usah. Nanti aku datang sendiri aja ke sana, sekalian Abang mau pergi. Jadi bisa bareng,” jawab Cheryl dengan cepat.Di sini Axel terdiam, dia benar-benar merasakan perubahan Cheryl. “Oh.”“Iya, ini udah mau pergi kok.” Cheryl berucap tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan ucapan sebelumnya.“Ya sudah.”Di sini Axel benar-benar jauh dari sifatnya yang dulu, dia benar-benar menahan emosinya, agar dia tetap bisa melanjutkan semuanya berdasarkan apa yang sudah dia rencanakan, karena sekarang bukan sebuah hal yang mudah untuk dia bisa berbicara dengan Axel.Di tengah perjalanan, Abangnya Cheryl menatap Cheryl, dia tengah memikirkan sesuatu hal. “Tumben mau diantar? Mau ketemu siapa memangnya?”“Axel,” jawab Cheryl apa adanya.Mendengar jawaban dari Cheryl membuat Abangnya terdiam dalam beberapa saat. “Tumben? Sudah baikan atau
Sebuah senyuman terukir dengan sangat jelas di bibir Novita. “Sepertinya seorang Dirga tidak mungkin selugu itu, sudah pasti kamu mengetahui jelas apa yang aku inginkan.”Novita bukan hanya melepaskan outer piyamanya, melainkan sampai melepaskan piyamanya yang membuat bra yang dia gunakan dan juga celana dalamnya nampak dengan sangat jelas.“Kamu jangan gila!”“Aku memang sudah tergila-gila sama kamu Mas,” jawab Novita dengan senyuman yang terlihat sedang memancing Dirga.Secara perlahan tangan Novita mulai menyentuh-nyentuh bagian tubuh Dirga dan sudah jelas kalau sentuhan yang Novita berikan adalah sentuhan yang sangat sensual, karena tujuan dari Novita menyentuh Dirga adalah memancing Dirga.Berapa kali Dirga menepiskan tangannya, karena dia merasa tidak ingin disentuh sejauh itu oleh Novita, hanya saja bukan Novita jika dia tidak kehabisan cara untuk bisa lebih dekat dengan Dirga.“Sudah berada di tempat ini, lagi pula kamu datang untuk menemaniku bukan?”Di sini titik kesalahan b
“Rean, Kakak mau bicara sama kamu.” Dirga berucap penuh dengan keseriusan sampai kemudian membuat Rean menutup apa yang tengah dia baca, dia mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Sang Kakak dengan penuh tanda tanya.“Mau bicara serius dengan kamu,” ucap Dirga memperjelas yang kemudian membuat Rean bangkit, dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Dirga.“Ya, ada apa?” tanya Rean dengan nada yang sangat santai.Tidak langsung mengucapkan apa yang ingin dia bicarakan, karena Dirga malah memperhatikan Rean dengan tatapan yang sangat serius sampai membaut Rean mengernyit.“Mau bicara apa? Katakan saja, kenapa malah terdiam bengong?” tanya ulang Rean yang mulai merasa kebingungan.“Sebenarnya alasan yang membuat kamu akhir-akhir ini mendekati Cheryl apa?” tanya Dirga yang sudah merasa tidak bisa menahan rasa tanda tanya ini lebih lama lagi, karena dia sudah sangat curiga dengan alasan di balik Adiknya yang mendekati Cheryl.“Memangnya aku mendekati dia?” tanya balik Rean dengan eks