“Tuan, banyak penurunan pelanggan dalam 3 pekan, apalagi untuk 1 pekan terakhir bukan hanya pelanggan yang jumlahnya turun drastis, melainkan banyak pelanggan yang mengeluh, karena tidak suka dengan pelayanan yang diberikan.”
Mendengar penjelasan dari orang yang memegang laporan di tempat ini, membuat pria itu berbalik badan, dia yang semula memperhatikan gedung-gedung tinggi di hadapannya menjadi memperhatikan orang itu dengan tatapan yang cukup serius.
“Tidak tahu jelasnya Tuan, bahkan banyak yang mengatakan kalau wanita-wanita itu banyak yang berusaha untuk melarikan diri dari tempat kita dan mereka yang tidak bisa melarikan diri, melampiaskan semuanya dengan cara tidak memberikan service yang maksimal.”
“Setelah banyaknya keluhan, bahkan katanya untuk pria di sana juga sudah tidak begitu memberikan pelayanan yang ramah, mereka malah bertingkah kasar saat bersama dengan pelanggan.”
“Saya akan turun tangan langsung dalam hal ini.”
“Baik Tuan, bagaimana atau kapan waktunya?”
“Nanti malam saya akan ke sana, sekarang saya masih ada urusan di tempat lain.”
Pria itu langsung melangkahkan kaki meninggalkan tempat ini, dia terus melangkah sampai sebuah mobil mewah sudah berada di hadapannya dan pintu mobil itu sudah terbuka, sehingga dia bisa langsung melangkahkan kakinya masuk.
“Tuan, apakah ada masalah?”
Kening pria itu mengerut, dia menatap orang yang sekarang tengah melajukan mobilnya dengan tatapan tanda tanya.
“Tidak Tuan, saya hanya melihat kalau raut wajah Tuan terlihat seperti orang yang sedang banyak masalah.” Sopir itu mengutarakan apa yang dia lihat.
“Saya tidak membayar anda untuk menanyakan kabar saya.”
Jawaban yang keluar dengan menggunakan nada bicara yang sangat datar membuat Sopir itu terdiam lalu menganggukkan kepalanya. “Baik Tuan, saya minta maaf.”
*****
21:10
“Yakin gak sih bakalan berhasil dengan cara ini?” tanya Cheryl sambil menatap Reva.
“Coba aja lah ya, lagian kan Axel itu ganteng, dia juga banyak ceweknya, biasanya cowok kayak dia gak akan mau mempertahankan cewek yang udah jelas-jelas bermain bersama dengan cowok lain.”
Apa yang Reva ucapkan cukup masuk akal, sehingga Cheryl mengangguk-anggukkan kepalanya dengan harapan kalau apa yang dia lakukan akan membuahkan hasil yang baik.
Reva dan juga Cheryl melangkahkan kaki masuk, mereka sudah merasakan hawa panas, karena dari pintu masuk saja sudah banyak orang yang berpasang-pasangan dengan aktivitas yang beragam.
“Takut Rev, kalau sampai bablas gimana mainnya?” Cheryl masih memikirkan masa depannya, sehingga dia menanyakan hal ini terlebih dahulu.
“Ya, tergantung, liat aja cowoknya kayak gimana, kalau emang cowoknya menarik dan mau mau sampai berhubungan badan sama tuh orang, ya silakan.” Reva memberikan jawaban dengan menggunakan nada bicara yang santai.
“Temen kurang ajar emang!” ketus Cheryl yang kemudian Reva tertawa dengan enteng.
*****
Seorang pria yang sekarang tengah menggunakan atasan kemeja yang lengkap dengan jas, bahkan dasi yang terpasang rapi itu tengah melangkahkan kaki memeriksa sesuatu hal, kemudian ada pria yang menghampirinya.
“Tuan, permisi.”
Hanya sebuah kerutan di dahinya yang diberikan oleh pria berusia 44 tahun itu sebagai tanda tanya.
“Ada yang tidak tahu diri lagi, dia sekarang malah tidak datang dan tidak masuk ke kamar, padahal sebelumnya dia sudah di-DP dengan jumlah cukup besar dan customer sudah menunggu di kamar.”
“Ganti dengan yang lain,” jawab pria itu dengan enteng.
“Tidak ada yang sesuai Tuan untuk menggantikan dirinya, karena yang dipesan itu kelas A dan permintaan customer begitu tinggi.”
“Seperti apa permintaannya?”
Pria itu membuka tablet yang dia bawa, kemudian dia tunjukkan atasannya. “Dia ingin bersama dengan yang tampan, wajah bagus, tidak mudah dikenal, bahkan dia mempunyai detail orang yang tidak dia sukai.”
“Semua kelas di kelas A sudah dipesan, untuk yang paling tinggi adalah Bagas, hanya saja Bagas tidak datang Tuan dan customer sudah menunggu hampir 15 menit. Bagaimana solusinya Tuan?”
“Permintaannya? Menemani atau melayani?” tanya pria itu memastikan.
“Tidak jelas untuk melayani atau bukan, karena di awal dia hanya mengatakan untuk sekedar menemani, jika ada tambahan, mungkin didiskusikan di Kamar.”
“Biar saya yang menanganinya.”
Mendengar jawaban yang baru saja diucapkan oleh Tuannya, membuat Pria itu terdiam, dia merasa kebingungan untuk mengartikan ke mana kalimatnya, sampai dia tidak sadar kalau Tuannya sudah melangkahkan kaki pergi.
*****
“Rev, gimana nih? Masa udah nunggu lebih dari 20 menit di sini, kok gak ada yang datang sih? Katanya dia bakalan masuk sendiri ke kamar sini, kenapa gak ada yang masuk sampai sekarang?”
Cheryl sudah merasa bosan menunggu di dalam sebuah kamar, sementara Reva yang semula tengah asyik minum dengan laki-laki sewaannya menjadi memikirkan alasan di balik terjadinya hal itu.
“Jangan bilang kalau Axel punya kuasa di tempat ini dan dia tahu kalau ceweknya memesan cowok di sini, terus Axel ngelarang dia datang?” Cheryl merasa curiga dengan hal ini.
“Emang si Axel sebegitu berkuasanya kah? Sejauh itu kah main dia, sampai Red House ini juga dikuasi olehnya?”
“Gak tahu, terus kenapa sekarang gak ada yang datang? Beneran udah pesen cowok gak sih?” Emosi Cheryl sudah mulai keluar.
“Udah pesen, malah udah bayar yang paling tinggi, karena tujuan kita kan cari cowok yang melebihi Axel.” Reva memberikan jawaban yang apa adanya.
“Terus kenapa sekarang gak ada yang datang?”
“Permisi?”
Suara yang terdengar begitu berat membuat Cheryl mengalihkan pandangan, dia memperhatikan seorang pria bertubuh cukup besar yang tengah melangkahkan kaki panjang ke arahnya.
Melihat pria itu, membuat Cheryl tidak bisa mengalihkan pandangannya, dia berpikir penuh dengan keseriusan, karena dia merasa tidak percaya kalau orang yang datang seperti itu.
“Wait ... kayaknya orang yang saya pesan tidak seperti ini?”
Merasa sangat penasaran, hingga kemudian Cheryl membuka handphone dan melihat foto-foto yang Reva kirimkan dan memang cukup jauh berbeda dengan orang yang sekarang berdiri di hadapannya.
Pria itu membuka jas-nya, bahkan dia juga langsung membuka kancing lengan kemejanya. Cheryl dengan seketika terdiam kala pria itu membuka kancing atas kemejanya setelah menarik dasi yang dia gunakan.
“Orang yang anda pesan bermasalah, kemudian saya melihat kriteria pesanan anda, apakah bermasalah jika saya yang menggantikannya?”
Di sini Cheryl merasa kebingungan, dia memesan orang yang usianya sekitar 20 tahun, dengan body yang indah dan wajah yang tampan, sementara yang datang terlihat seperti orang yang sudah berusia 30 tahun lebih, apalagi dengan brewok tipis di wajahnya.
Bukan rasa kecewa yang Cheryl dapatkan, karena pria yang tingginya lebih dari 180cm itu jauh lebih mempesona, dibandingkan laki-laki muda pesannya.
“Bagaimana, apakah bermasalah jika saya yang menggantikannya?”
Laki-laki itu bertanya sambil menatap Cheryl dengan tatapan yang sangat dalam, hingga Cheryl merasakan sebuah sensasi yang sangat berbeda kala dia menatap manik mata yang terlihat berwarna cokelat itu.
“Em ... saya rasa tidak.”
“Lalu, apa yang anda inginkan, Nona?”
Glek!
Saliva Cheryl tertelan dengan sangat kasar, kalimat yang baru saja diucapkan oleh pria tampan itu membuat sebuah debaran yang sangat kencang dalam diri Cheryl.
Kaki panjang pria itu melangkah, hingga kemudian dia berdiri tepat di hadapan Cheryl yang duduk di atas ranjang, tangan kekar milik pria itu secara perlahan mengelus wajah milik Cheryl.
“Apakah Nona manis ini sedang kesepian?”
Pertanyaan itu keluar dengan sangat santai, bahkan tangan pria itu bergerak seiring pria itu mengalihkan posisi, sehingga dia berdiri tepat di samping Cheryl yang secara perlahan posisi jari tangan pria itu mengelus area leher Cheryl.
“Sedang menginginkan apa? Sekedar ditemani atau lebih?”
Suara yang cukup berat dengan belaian yang penuh dengan kelembutan itu membuat Cheryl merasakan sebuah desiran hebat dalam dirinya, apalagi kala tangan pria itu secara perlahan mengalihkan wajahnya agar memandang pria yang terlihat sangat mempesona.
Siang sudah hilang, bahkan sore sudah pergi, sekarang waktu sudah petang dan Cheryl tengah berada di sebuah Rumah mewah yang tengah membutuhkan seorang babysitter.Cheryl terlihat begitu asyik memperhatikan tablet yang ada di di tangannya, dia tengah memperhatikan bagaimana anak laki-laki yang usianya masih masuk kategori balita.Anaknya ganteng banget, jadi penasaran gimana Ayahnya?Rasa penasaran dalam diri Cheryl begitu tinggi akan sosok Ayah dari anak laki-laki yang mempunyai paras yang tampan dengan kulit putih bersih dan mata indah itu.“Bagaimana?” tanya Reno.“Anaknya keliatan cuek ya sama lingkungannya?”Cheryl merasa yakin dengan akan hal ini, karena dari banyak video yang dia tonton, dia tidak sering melihat interaksi dari anak itu dengan temannya.“Ya, seperti itu Tuan El. Tidak mudah untuk orang lain bisa berdialog dengannya, bahkan dengan orang Rumahnya saja dia tidak banyak berucap, mungkin dia tidak mudah bergaul karena dia kehilangan sosok Ibu sejak kecil.”Kening Cher
Seorang perempuan tengah mematung sambil memperhatikan sebuah video pacarnya yang tengah asyik bersama dengan banyak perempuan yang berpakaian sexy, hanya saja dari banyak perempuan di sana, pandangannya terfokuskan pada satu perempuan yang cukup dia kenali. “Gila banget! Pantes dia selalu ngasih tahu buruknya Axel, ternyata dia emang pengen rebut Axel? Hih, perempuan munafik!” Tawa hambar perempuan bernama Cheryl keluar dengan seketika. Pandangan Cheryl dia naikkan, dia memperhatikan langit yang begitu terang yang membuat matanya merasakan sedikit sakit, karena silau, tapi hatinya jauh lebih sakit dan juga panas dengan apa yang terjadi. Sudah tidak ada alasan untuk Cheryl menunggu, sehingga pada akhirnya dia bangkit dan kemudian mengambil tasnya, dia melangkahkan kaki dengan langkah yang begitu lesu. Merasa pikirannya tidak karuan, membuat Cheryl mengurungkan niatnya untuk pergi ke Kampus, dia malah berjalan sambil mencoba untuk melupakan video yang dia lihat. Berjalan cukup jauh
Cheryl duduk di pinggir Taman, tiba-tiba rasa perih di lututnya dia rasakan, hingga membuat dia mengalihkan pandangan dan memperhatikan bagian lututnya yang ternyata sudah berdarah.“Sh ah! Pake luka segala!” Cheryl berdecih kesal, hingga kemudian dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Apotik.Cheryl bangkit, dia langsung melangkahkan kaki. Saat berjalan dengan santai, pandangannya teralihkan memperhatikan banyak orang yang sedang berkerumun dengan 1 Anak kecil di sana.“Tapi Tuan muda tidak boleh kelayapan, kalau pulang sekolah harus langsung pulang, kecuali kalau Tuan muda mau bertemu dengan Daddy, maka kita akan mengantarkannya.”“Harus tidur siang, agar nanti tidak mengantuk saat nanti bimbel.”Bukannya menurut, anak laki-laki itu malah melangkahkan kaki dengan begitu cepat menjauh dari mereka.“Tuan muda! Tuan, mau pergi ke mana?” teriak mereka sambil mengejar anak kecil yang tengah berlari.“Hei, kalian! Jangan kasar pada anak kecil!” teriak Cheryl yang langsung melangkahkan
“Cher, hari ini ada yang harus dibayar ya buat ulangan sama praktek minggu depan? Gimana? Udah ada buat bayarnya? Sekarang hari terakhir dan sorry, gak bisa bantu bayar untuk sekarang.”“Kenapa?” tanya Cheryl sambil menatap Reva dengan tatapan tanda tanya.Sebelum memberikan jawaban, Reva tertawa yang membuat Cheryl tanda tanya. “Hehe, kemarin habis taruhan dan kalah.”“Cih, taruhan mulu, mana jarang menang lagi!” cibir Cheryl yang merasa sudah tidak aneh jika temannya itu taruhan dan berujung dengan kalah.“Kalau menang enak tahu, duitnya bisa numpuk dan bisa dipake buat seneng-seneng tanpa sakit kepala nantinya.”“Sekarang kalah sakit kepala kan?”Pertanyaan itu tidak bisa Reva elakan, dia hanya bisa mengukirkan senyumannya dan Cheryl hanya bisa menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, karena bagaimana pun itu uang Reva yang merupakan hak dia, sehingga dia tidak ada hak untuk melarang.“Duh, gimana ya? Belum ada duit lagi! Duit yang waktu itu dipake sama Jordan!” ketus Cheryl yan
Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, d
“Om, ini punggungnya basah berarti?” Cheryl mentap Dirga dengan tatapan yang cukup serius, dia masih ingat dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dirga melirik ke arah belakang yang sebenarnya tidak terlihat, tapi cukup terasa basahnya. “Kenapa Om malah melindungi saya tadi?” Cheryl merasa kebingungan dengan hal ini. “Mereka keterlaluan,” sahut Dirga yang merasa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan. Secara perlahan Cheryl melepaskan jas yang Dirga gunakan sampai terlihat jelas kalau kemeja putih yang Dirga gunakan sudah berubah kotor oleh cokelat yang sudah disiramkan dan Cheryl menarik napasnya dengan cukup dalam, karena melihat bentuk punggung Dirga. “Saya bersihin boleh Om?” Bukannya melarang, dengan santai Dirga membuka kancing kemeja, hingga kemudian Dirga menurunkan kemejanya dan membuat Cheryl melihat dengan jelas bagian punggung Dirga yang pernah dia elus-elus malam itu. Punggung yang terlihat kekar itu membuat Cheryl menelan salivanya dengan cukup kasar, hingg
“Daddy!” “Ya El? Ada apa?” “Aku pergi dengan siapa hari ini?” “Tante Cheryl?” “Dia tidur.” Mendengar kalimat itu, membuat Dirga terdiam sejenak, dia memikirkan beberapa hal. “Tidak kamu bangunkan?” tanya Dirga terlebih dahulu. Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl yang tengah tertidur di sofa dengan raut wajah cape yang begitu jelas. “Gak,” jawab El singkat. “Kamu bangunkan saja sekarang, agar nanti dia bisa menemani kamu untuk kumpulan di Sekolah kamu.” Dirga memberikan solusi yang santai. “Gak mau.” “Ya terus, bagaimana?” “Terserah, kalau Daddy mau ke sekolah ... El akan ikut, kalau tidak ... El ikut tidur dengan Tante Cheryl.” Jawaban yang membuat Dirga sulit untuk menolak, dia memang bisa saja menyuruh orang lain untuk datang ke Sekolah El, hanya saja sekarang adalah acara tahunan Sekolah El yang niatnya Dirga akan datang di siang hari sebab sudah menyuruh Cheryl menemani El di awal. “Ya sudah, kamu pergi saja bersama dengan Om Reno ke Sekolah, nanti Daddy
Selesai membereskan barang-barangnya, Cheryl langsung melangkahkan kaki meninggalkan kelas, dia berjalan sangat buru-buru yang sudah pasti bukan ke arah Toilet, karena semula dia hanya beralasan saja agar Dosennya ingat pada waktu. Langkah kaki Cheryl begitu terburu-buru sampai tidak sadar kalau ada laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar ke dinding. “Apakah tidak melihat ada pacarnya di sini?” Kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika menghentikan langkah kakinya, dia merasa sangat kenal dengan suara itu, apalagi dengan kalimat seperti itu sampai akhirnya laki-laki yang sudah memanggilnya berdiri di sampingnya. “Axel?” “Mau ke mana? Kenapa buru-buru?” Penuh dengan keseriusan Cheryl memikirkan jawabannya, karena dia merasa tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya pada Axel, sebab akhirnya akan banyak pertanyaan yang ujungnya dia mendapatkan sebuah larangan. “Ada urusan, makanya buru-buru.” “Urusan apa?” “Ada lah, emangnya kamu harus tahu ya setiap urusan aku? Engga
*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
“Rean.”“Iya Ma, ada apa?”“To the point saja ya,” ucap Mamanya yang membuat Rean mengangguk dalam sebuah rasa tanda tanya, karena memang dia tidak tahu hal apa yang ingin Mamanya bicarakan.“Kamu kenal dengan babysitter-nya El kan?”“Cheryl?”Mamanya Rean menganggukkan kepalanya.“Iya Ma, kenal. Kenapa?”“Mama dapat kabar kalau dalam beberapa waktu terakhir ini kamu seperti terlihat sedang mengejarnya.”Mendengar kalimat itu membuat Rean mematung, dia menatap Mamanya dengan sangat serius, karena ada sebuah rasa penasaran dalam dirinya tentang siapa orang yang memberi tahu hal ini pada Mamanya.“Tidak, kenapa memangnya?”“Rasanya kalau dilihat-lihat, mungkin kamu lebih cocok bersama dengan dia, secara kalian sama-sama masih muda, sama-sama belum menikah, tidak seperti saat dia bersama dengan Kakak kamu yang jelas perbedaan statusnya.”Di sini Rean masih tanda tanya, dia berpikir dengan begitu serius. “Memangnya kenapa?”“Papa kamu juga sudah mempertanyakan status kamu yang belum mempe
“Om ... sebenarnya hubungan ini mau di bawa ke mana?”Pertanyaan yang baru saja Cheryl ucapkan membuat Dirga mematung, dia mengalihkan pandangannya sampai pada akhirnya dia menatap Cheryl dengan begitu dalam, hanya saja Cheryl terus memandangi Dirga dengan penuh tanda tanya.“Mau dibawa ke mana Om, kalau cuma gini-gini aja, aku yang cape Om.”Kalimat itu begitu tergambar jelas dari ekspresi Cheryl yang memang dia sudah lelah menjalani hubungan yang tidak tahu ke mana arahnya.“Sebenarnya kamu tahu kalau saya bersama dengan Novita malam itu dari siapa?”“Om gak perlu tahu aku tahu dari mana, hanya saja aku memang tahu akan hal tersebut dan aku bukan sedang membahas dia Om, aku sedang membahas hubungan kita.”Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kayaknya udah jelas banget deh kalau hubungan kita itu banyak yang menentang, apalagi keluarga Om juga terlihat jelas gak suka sama aku.”“Hubungan kita bakalan berat kalau dilanjutkan,” ucap Cheryl yang memang sudah paham dengan keadaa
“Rean! Rean!”Mendengar namanya dipanggil dengan menggunakan nada bicara yang sangat tinggi membuat Rean merasakan yang namanya kaget sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya.Belum sampai Rean beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki ke arah pintu, karena ingin membuka pintu, tapi sudah ada orang yang masuk ke Ruangannya dan di wajah orang itu terlihat jelas sebuah amarah yang begitu tinggi.“Rean!”“Ada apa?” tanya Rean dengan menggunakan nada bicara yang santai, karena memang dia tidak tahu hal apa yang membuat orang itu datang.Beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kakaknya membuat Rean merasa kaget, karena baru saja Kakaknya menarik kerah kemejanya dengan begitu kuat, apalagi tatapannya begitu tajam.“Ada apa Kak?”“Ada apa, ada apa, tidak usah berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi!”Kening Rean mengernyit tanda tanya. “Kenyataannya aku memang tidak tahu apa-apa, memangnya kenapa? Kenapa datang-datang langsung marah?” Rean masih memberikan
Di sebuah tempat yang begitu mewah dengan orang-orang penting yang berlalu lalang, lain dengan dua orang yang baru saja melangkahkan kaki sampai di pintu masuk acara ini.Sebuah senyuman yang terukir dengan sangat lebar di bibir seorang wanita yang mendapatkan sebuah undangan di acara ini, dia merasakan sebuah kesenangan yang sangat tinggi, karena dia tengah bersama dengan seorang pria yang berhasil menempati hatinya dalam waktu yang lama dan ingin kembali dia miliki.“Tidak usah gandengan tangan.”Kalimat itu langsung keluar dari mulut Dirga saat dia merasakan kalau Novita baru saja menggandeng tangannya, tapi bukan melepaskan gandengan tangannya, Novita malah terus menggandengnya dengan tatapan yang sangat dia fokuskan memperhatikan Dirga.“Udah lah Mas, gak usah kayak gini. Mereka aja santai gandengan tangan, kenapa kamu tidak mau?” Novita berucap sambil mengedarkan pandangannya yang memang banyak orang yang sekarang tengah bersama dan saling bergandengan.“Mungkin mereka pasangan,
Tok tok tok“Masuk,” sahut seorang pria di dalam yang tidak tahu siapa yang baru saja mengetuk pintunya sampai terdengar suara langkah kaki, hanya saja pria pemilik nama Dirga itu masih enggan mengalihkan pandangannya.“Selamat sore Mas.”Suara yang sangat dia kenali membuat Dirga mengalihkan pandangannya sampai dia mengernyit sendiri karena melihat siapa orang yang datang dan dia tanda tanya dengan tujuan dari orang itu datang.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dirga dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat tidak suka.“Aku mau ngajak kamu pergi makan, kalau gak sore ini ... malam ini.”“Gak, gak bisa.” Dirga langsung memberikan sebuah penolakan, karena memang dia tidak ingin jika dia harus bersama dengan Novita.Bukannya merasa kesal atau bete mendapatkan sebuah penolakan, Novita malah dengan santai melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia berdiri di samping Dirga yang membuat Dirga mengernyit tanda tanya pada apa yang akan Novita lakukan.Tangan Novita secara perlahan menyentuh tu
“Malam ini jadi?” tanya Axel memastikan.“Iya,” sahut Cheryl.“Nanti aku jemput ya,” ucap Axel dengan menggunakan nada bicara yang sangat enteng.“Gak perlu, gak usah. Nanti aku datang sendiri aja ke sana, sekalian Abang mau pergi. Jadi bisa bareng,” jawab Cheryl dengan cepat.Di sini Axel terdiam, dia benar-benar merasakan perubahan Cheryl. “Oh.”“Iya, ini udah mau pergi kok.” Cheryl berucap tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan ucapan sebelumnya.“Ya sudah.”Di sini Axel benar-benar jauh dari sifatnya yang dulu, dia benar-benar menahan emosinya, agar dia tetap bisa melanjutkan semuanya berdasarkan apa yang sudah dia rencanakan, karena sekarang bukan sebuah hal yang mudah untuk dia bisa berbicara dengan Axel.Di tengah perjalanan, Abangnya Cheryl menatap Cheryl, dia tengah memikirkan sesuatu hal. “Tumben mau diantar? Mau ketemu siapa memangnya?”“Axel,” jawab Cheryl apa adanya.Mendengar jawaban dari Cheryl membuat Abangnya terdiam dalam beberapa saat. “Tumben? Sudah baikan atau
Sebuah senyuman terukir dengan sangat jelas di bibir Novita. “Sepertinya seorang Dirga tidak mungkin selugu itu, sudah pasti kamu mengetahui jelas apa yang aku inginkan.”Novita bukan hanya melepaskan outer piyamanya, melainkan sampai melepaskan piyamanya yang membuat bra yang dia gunakan dan juga celana dalamnya nampak dengan sangat jelas.“Kamu jangan gila!”“Aku memang sudah tergila-gila sama kamu Mas,” jawab Novita dengan senyuman yang terlihat sedang memancing Dirga.Secara perlahan tangan Novita mulai menyentuh-nyentuh bagian tubuh Dirga dan sudah jelas kalau sentuhan yang Novita berikan adalah sentuhan yang sangat sensual, karena tujuan dari Novita menyentuh Dirga adalah memancing Dirga.Berapa kali Dirga menepiskan tangannya, karena dia merasa tidak ingin disentuh sejauh itu oleh Novita, hanya saja bukan Novita jika dia tidak kehabisan cara untuk bisa lebih dekat dengan Dirga.“Sudah berada di tempat ini, lagi pula kamu datang untuk menemaniku bukan?”Di sini titik kesalahan b
“Rean, Kakak mau bicara sama kamu.” Dirga berucap penuh dengan keseriusan sampai kemudian membuat Rean menutup apa yang tengah dia baca, dia mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Sang Kakak dengan penuh tanda tanya.“Mau bicara serius dengan kamu,” ucap Dirga memperjelas yang kemudian membuat Rean bangkit, dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Dirga.“Ya, ada apa?” tanya Rean dengan nada yang sangat santai.Tidak langsung mengucapkan apa yang ingin dia bicarakan, karena Dirga malah memperhatikan Rean dengan tatapan yang sangat serius sampai membaut Rean mengernyit.“Mau bicara apa? Katakan saja, kenapa malah terdiam bengong?” tanya ulang Rean yang mulai merasa kebingungan.“Sebenarnya alasan yang membuat kamu akhir-akhir ini mendekati Cheryl apa?” tanya Dirga yang sudah merasa tidak bisa menahan rasa tanda tanya ini lebih lama lagi, karena dia sudah sangat curiga dengan alasan di balik Adiknya yang mendekati Cheryl.“Memangnya aku mendekati dia?” tanya balik Rean dengan eks