“Cher, hari ini ada yang harus dibayar ya buat ulangan sama praktek minggu depan? Gimana? Udah ada buat bayarnya? Sekarang hari terakhir dan sorry, gak bisa bantu bayar untuk sekarang.”
“Kenapa?” tanya Cheryl sambil menatap Reva dengan tatapan tanda tanya.
Sebelum memberikan jawaban, Reva tertawa yang membuat Cheryl tanda tanya. “Hehe, kemarin habis taruhan dan kalah.”
“Cih, taruhan mulu, mana jarang menang lagi!” cibir Cheryl yang merasa sudah tidak aneh jika temannya itu taruhan dan berujung dengan kalah.
“Kalau menang enak tahu, duitnya bisa numpuk dan bisa dipake buat seneng-seneng tanpa sakit kepala nantinya.”
“Sekarang kalah sakit kepala kan?”
Pertanyaan itu tidak bisa Reva elakan, dia hanya bisa mengukirkan senyumannya dan Cheryl hanya bisa menghembuskan napasnya dengan cukup panjang, karena bagaimana pun itu uang Reva yang merupakan hak dia, sehingga dia tidak ada hak untuk melarang.
“Duh, gimana ya? Belum ada duit lagi! Duit yang waktu itu dipake sama Jordan!” ketus Cheryl yang sekarang merasa pusing dengan apa yang harus dia lakukan.
“Kok bisa dipake sama Abang kamu?”
Hembusan napas panjang Cheryl keluarkan, dari raut wajahnya terlihat kalau dia merasakan sebuuah penyesalan yang cukup besar. “Begonya waktu dia tanya masalah duit, aku jawab iya punya duit, dipake lah sama dia buat balapan dan pastinya tahu kan akhir dari balapan itu seperti apa?”
“Abang kamu kalah dan duit taruhannya lenyap?”
Cheryl menganggukkan kepalanya karena apa yang Reva ucapkan tidak ada salahnya.
“Terus sekarang mau gimana?”
Cheryl mengangkat kedua bahunya, dia tidak mempunyai ide untuk hal ini sampai kemudian dia melihat Reva yang memberikan kode padanya untuk mengalihkan pandangan.
Seorang laki-laki tengah melangkahkan kaki panjangnya dengan santai sampai kemudian wajah tampan milik laki-laki itu bisa Cheryl lihat dengan jelas, bahkan sebuah senyuman di bibirnya juga bisa dia nikmati.
Tidak bisa dia bohongi kalau senyuman milik laki-laki yang sampai sekarang masih berstatus sebagai pacarnya memang terlihat manis, bahkan hal itu yang menjadi salah satu alasan kenapa banyak orang yang mengejarnya, termasuk dengan Cheryl yang sampai menyukai laki-laki pemilik nama Axel.
“Sedang apa di sini?” tanya Axel sambil menatap Cheryl.
“Gak ada, hanya sedang santai nunggu kelas selanjutnya.” Cheryl memberikan jawaban yang apa adanya.
“Ada sesuatu yang ingin ditanyakan.”
Kening Cheryl mengernyit. “Apa?”
“Ikut,” sahut Axel santai.
“Kenapa tidak dibicarakan di sini saja?” Cheryl masih merasa ragu untuk ikut bersama dengan Axel, sehingga dia mencoba untuk menolak.
Axel tidak memberikan penjelasan apa pun, dia hanya menganggukkan kepala dengan tatapan yang begitu mengajak Cheryl untuk ikut dengannya sampai kemudian Cheryl menghembuskan napasnya.
“Rev, aku ikut sama Axel dulu.”
“Em ... ya udah, kalau dilarang juga gak akan bener. Sekarang aku mau ke Kantin, lapar!”
*****
“Ada apa?” tanya Cheryl yang merasa sudah melangkahkan kaki cukup jauh sampai sekarang mereka berada di tempat yang cukup sempit.
“Lagi bingung masalah uang buat ulangan sama praktek kan?”
Kening Cheryl dengan seketika mengernnyit, dia kaget karena Axel bisa mengetahui hal ini.
“Tenang saja, semuanya sudah dibayar, bahkan untuk ulangan bulan depan juga sudah dibayar lunas.”
Belum selesai dengan tanda tanyanya, sekarang Cheryl jauh lebih terkejut. “Kenapa? Aku gak minta sama kamu untuk membayar semuanya, kenapa kamu malah langsung membayarkannya?”
Sebuah senyuman kecil terukir di bibir Axel. “Dari awal kamu ke sini, sebagian besar biayanya aku yang urus bukan?”
Pertanyaan itu tidak salah, hanya saja sekarang Cheryl merasa tidak terima, karena dia tidak bisa berpikirkan positif, jika terus-terusan banyak hal yang Axel berikan ... maka dia akan semakin sulit jauh dari Axel.
Tangan Axel mengelus-elus puncak kepala Cheryl, hingga kemudian Cheryl menaikkan pandangannya. “Gak usah pusing karena masalah uang, pacar kamu masih bisa memenuhi semuanya.”
Cuppp
Sebuah kecupan mendarat di kening Cheryl yang membuat Cheryl memejamkan matanya, dia merasakan betapa besar kasih sayang Axel untuknya, tapi dia juga tidak lupa dengan kebiasaan Axel yang membuat sakit hatinya.
“Aku gak bisa terus-terusan seperti ini, nanti uang kamu bakalan secepatannya ganti.”
“Tidak perlu,” timpal Axel sambil mengelus-elus rambutnya.
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dan hal itu membuat Axel mengambil handphone. “Gak bisa lama-lama, ada kelas.” Saat itu juga Axel kembali mendaratkan kecupan dan setelahnya langsung melangkahkan kakinya pergi.
“Sama sekali gak percaya kalau kamu pergi karena ada kelas, kamu pergi pasti karena ada cewek yang sudah menunggu kamu kan?” Cheryl terus memperhatikan Axel yang keberadaannya semakin jauh.
“Kalau kamu sayang sama dia atau suka sama mereka, kenapa kamu masih mempertahankan status kita? Kenapa kamu tidak memilih bersama mereka saja?” Cheryl merasa bingung sendiri dengan hal ini.
“Orang selingkuh tidak akan mudah melepaskan pasangannya, dia lebih memilih untuk terus menyelingkuhi pasangannya, karena selingkuh terasa jauh lebih menyenangkan baginya.”
Kalimat yang keluar dengan suara yang sangat dia kenali membuat Cheryl mengalihkan pandangannya, dia mengernyit melihat orang yang tengah berdiri di sampingnya dengan tatapan yang terlihat memperhatikan ke arah yang sudah Axel lalui.
“Lho Rev, kenapa bisa ada di sini? Bukankah tadi bilangnya mau pergi ke Kantin, kenapa tiba-tiba ada di sini?”
“Tadi hanya menjawab asal, agar Axel tidak curiga, padahal aku mengikuti kalian, karena aku khawatir kalau dia kembali kasar sama kamu.”
Senyuman penuh rasa senang terukir di bibir Cheryl. “Punya sahabat baik banget deh!”
“Dia gak akan melepaskan kamu sampai kapan pun dan aku rasa jalan satu-satunya adalah kamu yang lepas dari dia.”
“Caranya?”
“Bayar semua yang sudah Axel berikan, karena sebelum hal itu berhasil, maka kalian gak akan bisa berpi—
“Bayar pake daun, iya?” Cheryl mendengkus kesal, karena dia sadar kalau dia tidak punya uang.
“Kalau Axel mau dibayar pake daun, ya silakan saja.”
Dengan sangat dalam Cheryl menarik napasnya. “Gak ada uang Reva! Lagian, kalau bahas bayar semuanya, udah berapa puluh juta yang dia berika, kayaknya kalau ditotal-total ratus deh?”
“Mau dapat duit dari mana sampe ratus juta? Jual diri juga belum tentu laku kalau langsung ratusan juta!”
“Kenapa gak menawarkan diri aja ke siapa tuh? Om-om yang sekarang jadi Bos kamu? Siapa? Dirga ya namanya?”
“Kenapa kamu tidak menawarkan diri aja ke Om Dirga, siapa tahu dia bisa membeli dengan harga tinggi?”
“Shh aduh!” Reva memegangi kepalanya yang terasa sakit, karena Cheryl baru saja menoyor kepalanya dengan cukup kencang.
“Kamu kenapa sih?”
“Menawarkan diri, terus nantinya dibeli, emangnya kamu pikir aku apaan hah? Donat?”
Reva tertawa penuh dengan kepuasan, meski dia masih merasa kesal karena apa yang Cheryl lakukan, tapi dia merasa ada sebuah kepuasan saat Cheryl kesal dengan semuanya.
“Ya pinjem kek gimana sama dia? Minimal jangan ada uang Axel yang diterima lagi, kalau bisa langsung minjem buat ngelunasin semua hutang budi kamu sama Axel.” Reva sekarang memberikan usulan yang lebih bagus.
“Minjem lagi, minjem lagi, entar kalau ujungnya terjebak sama Om Dirga gimana?”
“Ya gak papa lah, terjebak sama Om-om, dari pada terjebak sama cowok toxic kayak Axel yang hobby selingkuh?” Reva merasa kalau hal itu lebih baik.
“Sama Axel aja diselingkuhin, terus kalau minjem sama Om Dirga, mau diapain gue?”
“Paling jadi simpanan,” sahut Reva dengan asal.
Cheryl menatap Reva dengan tatapan yang sinis.
“Iya lah bener, kalau dia punya Istri paling jadi simpanannya, terus kalau dia udah gak punya Istri ... paling jadi Istrinya!”
Kedua mata Cheryl dengan seketika membelalak.
“Nah, gimana? Tertarik kan jadi Istrinya Om Dirga?” Reva tertawa dengan sangat kencang, karena dia melihat kalau wajah Cheryl memancarkan ekspresi yang berbeda.
Cheryl tengah melangkahkan kakinya menuruni anak tangga satu persatu dengan begitu santai, hingga kemudian dia melihat ada 2 orang yang tengah bersantai di sofa, dia tidak mengetahui siapa mereka dan karena tidak ada urusan antara dirinya dengan mereka, maka Cheryl memilih melangkahkan kaki untuk menuju ke pintu keluar.“Heh kamu! Buatkan saya dan juga anak saya minuman, sekalian bawakan cemilan!”Kalimat perintah yang baru saja diucapkan oleh wanita itu, membuat Cheryl memiringkan kepalanya.“Kamu mendengarnya atau tidak? Bawakan saya minuman dan juga cemilan untuk anak saya!” Wanita itu mengulang dengan menggunakan nada bicara yang penuh penekanan.“Saya?” Cheryl menunjuk ke arah dirinya sendiri.“Iya lah budeg! Kamu yang disuruh sama Mama barusan, siapa lagi?” Perempuan pemilik nama Vera itu merasa kesal karena Cheryl malah bertanya seperti orang bodoh.“Cepat!” seru wanita bernama Lani sambil menunjuk ke arah dapur.Ditemani perasaan kesal, Cheryl melangkahkan kaki ke arah dapur, d
“Om, ini punggungnya basah berarti?” Cheryl mentap Dirga dengan tatapan yang cukup serius, dia masih ingat dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Dirga melirik ke arah belakang yang sebenarnya tidak terlihat, tapi cukup terasa basahnya. “Kenapa Om malah melindungi saya tadi?” Cheryl merasa kebingungan dengan hal ini. “Mereka keterlaluan,” sahut Dirga yang merasa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan. Secara perlahan Cheryl melepaskan jas yang Dirga gunakan sampai terlihat jelas kalau kemeja putih yang Dirga gunakan sudah berubah kotor oleh cokelat yang sudah disiramkan dan Cheryl menarik napasnya dengan cukup dalam, karena melihat bentuk punggung Dirga. “Saya bersihin boleh Om?” Bukannya melarang, dengan santai Dirga membuka kancing kemeja, hingga kemudian Dirga menurunkan kemejanya dan membuat Cheryl melihat dengan jelas bagian punggung Dirga yang pernah dia elus-elus malam itu. Punggung yang terlihat kekar itu membuat Cheryl menelan salivanya dengan cukup kasar, hingg
“Daddy!” “Ya El? Ada apa?” “Aku pergi dengan siapa hari ini?” “Tante Cheryl?” “Dia tidur.” Mendengar kalimat itu, membuat Dirga terdiam sejenak, dia memikirkan beberapa hal. “Tidak kamu bangunkan?” tanya Dirga terlebih dahulu. Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl yang tengah tertidur di sofa dengan raut wajah cape yang begitu jelas. “Gak,” jawab El singkat. “Kamu bangunkan saja sekarang, agar nanti dia bisa menemani kamu untuk kumpulan di Sekolah kamu.” Dirga memberikan solusi yang santai. “Gak mau.” “Ya terus, bagaimana?” “Terserah, kalau Daddy mau ke sekolah ... El akan ikut, kalau tidak ... El ikut tidur dengan Tante Cheryl.” Jawaban yang membuat Dirga sulit untuk menolak, dia memang bisa saja menyuruh orang lain untuk datang ke Sekolah El, hanya saja sekarang adalah acara tahunan Sekolah El yang niatnya Dirga akan datang di siang hari sebab sudah menyuruh Cheryl menemani El di awal. “Ya sudah, kamu pergi saja bersama dengan Om Reno ke Sekolah, nanti Daddy
Selesai membereskan barang-barangnya, Cheryl langsung melangkahkan kaki meninggalkan kelas, dia berjalan sangat buru-buru yang sudah pasti bukan ke arah Toilet, karena semula dia hanya beralasan saja agar Dosennya ingat pada waktu. Langkah kaki Cheryl begitu terburu-buru sampai tidak sadar kalau ada laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar ke dinding. “Apakah tidak melihat ada pacarnya di sini?” Kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika menghentikan langkah kakinya, dia merasa sangat kenal dengan suara itu, apalagi dengan kalimat seperti itu sampai akhirnya laki-laki yang sudah memanggilnya berdiri di sampingnya. “Axel?” “Mau ke mana? Kenapa buru-buru?” Penuh dengan keseriusan Cheryl memikirkan jawabannya, karena dia merasa tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya pada Axel, sebab akhirnya akan banyak pertanyaan yang ujungnya dia mendapatkan sebuah larangan. “Ada urusan, makanya buru-buru.” “Urusan apa?” “Ada lah, emangnya kamu harus tahu ya setiap urusan aku? Engga
Cheryl terlihat begitu gelisah, dia mengedarkan pandangannnya ke sana kemari, karena tidak ada Anak yang dia cari, hingga dia menjadi berpikir penuh dengan keseriusan harus pergi ke mana sekarang. Saat tadi dia ke Sekolahan El, dia sama sekali tidak bertemu dengan El, karena sudah lebih dari 1 jam dari waktu El pulang, dia mempunyai pikiran kalau El ada di rumah, tapi ternyata di Rumah juga tidak ada. Tidak ada satu orang pun yang memberikan jawaban baik, sehingga perasaan Cheryl menjadi tidak karuan sampai kemudian dia menarik napasnya dengan sangat dalam dan berlari keluar dari Rumah ini. Sekarang Cheryl merasa cukup beruntung, karena tidak lama keluar dia langsung bertemu dengan Abang gojek yang bisa mengantarkan dirinya untuk ke Kantor Dirga. Rasanya Cheryl tidak bisa diam saja dengan hal ini, dia langsung menemui Dirga yang bahkan sekarang dia berada di hadapan Ruangan Dirga, dia mengetuk-ngetuk pintu Ruangannya beberapa kali. “Permisi, Pak Dirga. Ini saya, bolehkah saya masu
Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu yang jelas membuat Cheryl bangkit dari tempat duduknya, bahkan dia mengabaikan apa yang seharusnya dia selesaikan sampai kemudian membuka pintu. “Ada apa Bang?” tanya Cheryl sambil memperhatikan laki-laki di hadapannya. “Siap-siap, malam ini Axel mau datang dan katanya dia mau ngajak jalan. Jadi, sekarang harus siap-siap dan dandan yang cantik untuk malam ini.” Mendengar hal tersebut membuat Cheryl mengernyit, dia menatap Abangnya dengan tatapan yang cukup serius. “Apa yang sudah terjadi sampai Axel mau datang dan Abang menyuruh untuk siap-siap?” Cheryl merasa curiga. “Gak ada, buruan siap-siap, jangan buat dia kecewa malam ini atau tahu sendiri apa yang bakalan terjadi kalau tidak menuruti apa yang sudah dikatakan untuk pergi bersama dengan Axel!” ancam Jordan dengan serius. “Malam ini Abang mau pergi, makanya kamu buruan siap-siap!” seru Jordan dengan sangat serius dan langsung melangkahkan kakinya, tapi Cheryl menatap tahan Jordan. “B
“Mending sama Om Dirga gak sih? Ya, kalau kamu emang nyaman sama dia, terus udah ngerasa gak betah sama Axel, ya ... untuk apa kamu mempertahankan Axel?” Apa yang Reva sampaikan tidak ada salahnya, tapi entah kenapa Cheryl merasa berat kalau dia harus meninggalkan Axel begitu saja dengan permasalahan finansial yang belum selesai. “Gini deh, kamu kan bilang gak mau kalau Axel dimanfaatin sama Abang kamu?” Cheryl menganggukkan kepalanya. “Aku rasa di sini Axel bukan dimanfaatin sama Abang kamu deh, karena dia juga tidak sebego itu untuk dimanfaatkan, aku rasa dia melakukan semua itu agar kamu tidak sampai bisa lepas dari dia.” Reva menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kamu gak percaya sama apa yang aku katakan?” Kali ini Cheryl menggelengkan kepalanya. “Buktinya sekarang kamu sulit untuk melepaskan dia, padahal kamu dulunya udah ngebet banget buat ngelepas dia sampai memikirkan cara lepas dari dia dan berujung dengan nyewa orang karena mau lepas dari dia, tapi sampai sekarang?”
Waktu malam tiba, Cheryl sekarang tengah bersama dengan Dirga, awalnya Cheryl hanya tanda tanya dengan tujuan dari Dirga mengajaknya, hingga kemudian dia merasa heran karena dia diajak ke tempat yang terlihat begitu mewah. “Om, mengajak makan ke tempat seperti ini untuk apa?” Cheryl memandangi Dirga dengan tatapan yang cukup serius. Bukannya memberikan jawaban dari alasan yang membuat Dirga mengajak Cheryl ke tempat makan yang mewah, dia malah terus melanjutkan langkah kakinya sampai di sebuah meja yang mana di meja itu sudah terdapat pelayan yang menanti. “Silakan duduk,” ucap Dirga dengan senyuman yang terukirkan. Awalnya Cheryl ragu dengan apa yang harus dia lakukan, sampai kemudian waktu berlalu, dia makan dengan santai, apalagi tempat makannya juga terlihat mempunyai pemandangan yang indah meski dia jauh lebih sering memperhatikan Dirga. “Ada hal yang ingin saya bicarakan,” ucap Dirga yang membuat Cheryl menatap Dirga serius. “Bicara apa Om?” “Saya tidak pandai berbasa-basi
*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
“Rean.”“Iya Ma, ada apa?”“To the point saja ya,” ucap Mamanya yang membuat Rean mengangguk dalam sebuah rasa tanda tanya, karena memang dia tidak tahu hal apa yang ingin Mamanya bicarakan.“Kamu kenal dengan babysitter-nya El kan?”“Cheryl?”Mamanya Rean menganggukkan kepalanya.“Iya Ma, kenal. Kenapa?”“Mama dapat kabar kalau dalam beberapa waktu terakhir ini kamu seperti terlihat sedang mengejarnya.”Mendengar kalimat itu membuat Rean mematung, dia menatap Mamanya dengan sangat serius, karena ada sebuah rasa penasaran dalam dirinya tentang siapa orang yang memberi tahu hal ini pada Mamanya.“Tidak, kenapa memangnya?”“Rasanya kalau dilihat-lihat, mungkin kamu lebih cocok bersama dengan dia, secara kalian sama-sama masih muda, sama-sama belum menikah, tidak seperti saat dia bersama dengan Kakak kamu yang jelas perbedaan statusnya.”Di sini Rean masih tanda tanya, dia berpikir dengan begitu serius. “Memangnya kenapa?”“Papa kamu juga sudah mempertanyakan status kamu yang belum mempe
“Om ... sebenarnya hubungan ini mau di bawa ke mana?”Pertanyaan yang baru saja Cheryl ucapkan membuat Dirga mematung, dia mengalihkan pandangannya sampai pada akhirnya dia menatap Cheryl dengan begitu dalam, hanya saja Cheryl terus memandangi Dirga dengan penuh tanda tanya.“Mau dibawa ke mana Om, kalau cuma gini-gini aja, aku yang cape Om.”Kalimat itu begitu tergambar jelas dari ekspresi Cheryl yang memang dia sudah lelah menjalani hubungan yang tidak tahu ke mana arahnya.“Sebenarnya kamu tahu kalau saya bersama dengan Novita malam itu dari siapa?”“Om gak perlu tahu aku tahu dari mana, hanya saja aku memang tahu akan hal tersebut dan aku bukan sedang membahas dia Om, aku sedang membahas hubungan kita.”Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kayaknya udah jelas banget deh kalau hubungan kita itu banyak yang menentang, apalagi keluarga Om juga terlihat jelas gak suka sama aku.”“Hubungan kita bakalan berat kalau dilanjutkan,” ucap Cheryl yang memang sudah paham dengan keadaa
“Rean! Rean!”Mendengar namanya dipanggil dengan menggunakan nada bicara yang sangat tinggi membuat Rean merasakan yang namanya kaget sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya.Belum sampai Rean beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki ke arah pintu, karena ingin membuka pintu, tapi sudah ada orang yang masuk ke Ruangannya dan di wajah orang itu terlihat jelas sebuah amarah yang begitu tinggi.“Rean!”“Ada apa?” tanya Rean dengan menggunakan nada bicara yang santai, karena memang dia tidak tahu hal apa yang membuat orang itu datang.Beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kakaknya membuat Rean merasa kaget, karena baru saja Kakaknya menarik kerah kemejanya dengan begitu kuat, apalagi tatapannya begitu tajam.“Ada apa Kak?”“Ada apa, ada apa, tidak usah berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi!”Kening Rean mengernyit tanda tanya. “Kenyataannya aku memang tidak tahu apa-apa, memangnya kenapa? Kenapa datang-datang langsung marah?” Rean masih memberikan
Di sebuah tempat yang begitu mewah dengan orang-orang penting yang berlalu lalang, lain dengan dua orang yang baru saja melangkahkan kaki sampai di pintu masuk acara ini.Sebuah senyuman yang terukir dengan sangat lebar di bibir seorang wanita yang mendapatkan sebuah undangan di acara ini, dia merasakan sebuah kesenangan yang sangat tinggi, karena dia tengah bersama dengan seorang pria yang berhasil menempati hatinya dalam waktu yang lama dan ingin kembali dia miliki.“Tidak usah gandengan tangan.”Kalimat itu langsung keluar dari mulut Dirga saat dia merasakan kalau Novita baru saja menggandeng tangannya, tapi bukan melepaskan gandengan tangannya, Novita malah terus menggandengnya dengan tatapan yang sangat dia fokuskan memperhatikan Dirga.“Udah lah Mas, gak usah kayak gini. Mereka aja santai gandengan tangan, kenapa kamu tidak mau?” Novita berucap sambil mengedarkan pandangannya yang memang banyak orang yang sekarang tengah bersama dan saling bergandengan.“Mungkin mereka pasangan,
Tok tok tok“Masuk,” sahut seorang pria di dalam yang tidak tahu siapa yang baru saja mengetuk pintunya sampai terdengar suara langkah kaki, hanya saja pria pemilik nama Dirga itu masih enggan mengalihkan pandangannya.“Selamat sore Mas.”Suara yang sangat dia kenali membuat Dirga mengalihkan pandangannya sampai dia mengernyit sendiri karena melihat siapa orang yang datang dan dia tanda tanya dengan tujuan dari orang itu datang.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dirga dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat tidak suka.“Aku mau ngajak kamu pergi makan, kalau gak sore ini ... malam ini.”“Gak, gak bisa.” Dirga langsung memberikan sebuah penolakan, karena memang dia tidak ingin jika dia harus bersama dengan Novita.Bukannya merasa kesal atau bete mendapatkan sebuah penolakan, Novita malah dengan santai melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia berdiri di samping Dirga yang membuat Dirga mengernyit tanda tanya pada apa yang akan Novita lakukan.Tangan Novita secara perlahan menyentuh tu
“Malam ini jadi?” tanya Axel memastikan.“Iya,” sahut Cheryl.“Nanti aku jemput ya,” ucap Axel dengan menggunakan nada bicara yang sangat enteng.“Gak perlu, gak usah. Nanti aku datang sendiri aja ke sana, sekalian Abang mau pergi. Jadi bisa bareng,” jawab Cheryl dengan cepat.Di sini Axel terdiam, dia benar-benar merasakan perubahan Cheryl. “Oh.”“Iya, ini udah mau pergi kok.” Cheryl berucap tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan ucapan sebelumnya.“Ya sudah.”Di sini Axel benar-benar jauh dari sifatnya yang dulu, dia benar-benar menahan emosinya, agar dia tetap bisa melanjutkan semuanya berdasarkan apa yang sudah dia rencanakan, karena sekarang bukan sebuah hal yang mudah untuk dia bisa berbicara dengan Axel.Di tengah perjalanan, Abangnya Cheryl menatap Cheryl, dia tengah memikirkan sesuatu hal. “Tumben mau diantar? Mau ketemu siapa memangnya?”“Axel,” jawab Cheryl apa adanya.Mendengar jawaban dari Cheryl membuat Abangnya terdiam dalam beberapa saat. “Tumben? Sudah baikan atau
Sebuah senyuman terukir dengan sangat jelas di bibir Novita. “Sepertinya seorang Dirga tidak mungkin selugu itu, sudah pasti kamu mengetahui jelas apa yang aku inginkan.”Novita bukan hanya melepaskan outer piyamanya, melainkan sampai melepaskan piyamanya yang membuat bra yang dia gunakan dan juga celana dalamnya nampak dengan sangat jelas.“Kamu jangan gila!”“Aku memang sudah tergila-gila sama kamu Mas,” jawab Novita dengan senyuman yang terlihat sedang memancing Dirga.Secara perlahan tangan Novita mulai menyentuh-nyentuh bagian tubuh Dirga dan sudah jelas kalau sentuhan yang Novita berikan adalah sentuhan yang sangat sensual, karena tujuan dari Novita menyentuh Dirga adalah memancing Dirga.Berapa kali Dirga menepiskan tangannya, karena dia merasa tidak ingin disentuh sejauh itu oleh Novita, hanya saja bukan Novita jika dia tidak kehabisan cara untuk bisa lebih dekat dengan Dirga.“Sudah berada di tempat ini, lagi pula kamu datang untuk menemaniku bukan?”Di sini titik kesalahan b
“Rean, Kakak mau bicara sama kamu.” Dirga berucap penuh dengan keseriusan sampai kemudian membuat Rean menutup apa yang tengah dia baca, dia mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Sang Kakak dengan penuh tanda tanya.“Mau bicara serius dengan kamu,” ucap Dirga memperjelas yang kemudian membuat Rean bangkit, dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Dirga.“Ya, ada apa?” tanya Rean dengan nada yang sangat santai.Tidak langsung mengucapkan apa yang ingin dia bicarakan, karena Dirga malah memperhatikan Rean dengan tatapan yang sangat serius sampai membaut Rean mengernyit.“Mau bicara apa? Katakan saja, kenapa malah terdiam bengong?” tanya ulang Rean yang mulai merasa kebingungan.“Sebenarnya alasan yang membuat kamu akhir-akhir ini mendekati Cheryl apa?” tanya Dirga yang sudah merasa tidak bisa menahan rasa tanda tanya ini lebih lama lagi, karena dia sudah sangat curiga dengan alasan di balik Adiknya yang mendekati Cheryl.“Memangnya aku mendekati dia?” tanya balik Rean dengan eks