“Om, ini punggungnya basah berarti?” Cheryl mentap Dirga dengan tatapan yang cukup serius, dia masih ingat dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Dirga melirik ke arah belakang yang sebenarnya tidak terlihat, tapi cukup terasa basahnya.
“Kenapa Om malah melindungi saya tadi?” Cheryl merasa kebingungan dengan hal ini.
“Mereka keterlaluan,” sahut Dirga yang merasa tidak senang dengan apa yang mereka lakukan.
Secara perlahan Cheryl melepaskan jas yang Dirga gunakan sampai terlihat jelas kalau kemeja putih yang Dirga gunakan sudah berubah kotor oleh cokelat yang sudah disiramkan dan Cheryl menarik napasnya dengan cukup dalam, karena melihat bentuk punggung Dirga.
“Saya bersihin boleh Om?”
Bukannya melarang, dengan santai Dirga membuka kancing kemeja, hingga kemudian Dirga menurunkan kemejanya dan membuat Cheryl melihat dengan jelas bagian punggung Dirga yang pernah dia elus-elus malam itu.
Punggung yang terlihat kekar itu membuat Cheryl menelan salivanya dengan cukup kasar, hingga kemudian dia menarik napasnya dengan begitu panjang. “Om, bentar ya mau ambil handuk kecil sama air. Di mana itu?”
“Ada di kamar mandi, pakai saja.”
Setelah itu Cheryl melangkahkan kaki untuk mengambil apa yang dia butuhkan, hingga kemudian dia kembali ke arah di mana seorang pria tengah duduk tanpa menggunakan atasan.
“Maaf ya Om,” ucap Cheryl yang kemudian dia langsung mengelap punggung Dirga dengan cukup baik, bahkan secara pelan-pelan sampai kemudian dia terbengong karena melihat sesuatu.
“Om, ini bekas luka apaan?” tanya Cheryl sambil memegangi goresan luka yang cukup panjang dan saat melihat bekas lukanya, dia yakin kalau sebelumnya luka itu begitu dalam.
Tidak ada jawaban yang Dirga berikan tidak membuat Cheryl kembali mengajukan pertanyaan, dia hanya memilih untuk diam sampai kamudian dia melanjutkan kegiatannya.
“Om, kerasa gak sih panas? Ini punggung Om saja semerah ini. Lain kali jangan seperti ini ya Om, saya gak mau kalau sampai Om terluka hanya karena Om melindungi saya.” Cheryl merasa tidak enak.
“Lain kali, lindungi diri kamu, agar saya tidak harus melindungi diri kamu.”
Kalimat itu membuat Cheryl terdiam, dia kemudian menunduk dan melanjutkan kegiatannya, tapi tidak lama dari itu Dirga mengalihkan pandangannya.
“Tidak seharusnya kamu menuruti apa yang mereka katakan, karena kamu bekerja bukan untuk mereka, tugas kamu hanya mengurus El!” tekan Dirga.
“Ya maaf Om,” ucap Cheryl yang sudah tidak ingin berdebat apa pun lagi.
***
“Dirga! Dirga! Tante ingin berbicara dengan kamu!”
Mendengar kalimat itu membuat Dirga menghentikan langkah kakinya, hanya saja dia tidak ingin berbalik badan, sehingga dia membiarkan orang yang merupakan Tantenya berjalan ke hadapannya.
“Mau ke mana kamu?” tanya Lani dengan menggunakan nada bicara yang sangat serius.
“Ke mana pun saya pergi, bukan urusan Tante.”
Kening Lani mengernyit penuh dengan tanda tanya. “Saya bicara serius dengan kamu! Kenapa kamu jawab seperti ini, apa kamu marah pada saya atas apa yang sudah saya dan anak saya lakukan pada pembantu kamu ini?”
“Dia bukan pembantu!” tekan Dirga dengan raut wajah yang penuh dengan amarah.
“Kalau dia bukan pembantu, terus dia apa? Kenapa dia bisa ada di Rumah ini?”
“Dia Babysitter!”
Lani masih pusing dengan hal ini. “Terserah lah, hanya saja saya pusing, kenapa kamu sampai semarah ini sampai tidak menghargai keberadaan saya, padahal saya datang jauh-jauh untuk bertemu dengan kamu dan juga ingin menjenguk El!”
“Malam, waktunya El istirahat, jangan ganggu dia.”
“Ya kalau begitu saya ingin berbicara dengan kamu, terus sekarang kamu mau pergi ke mana?” Lani masih penasaran dengan tujuan Dirga sekarang.
“Pergi.”
Jawaban yang sangat singkat itu membuat Lani dan juga Cheryl terdiam, karena sebenarnya Cheryl juga merasa tidak menyangka kalau Dirga akan sedingin ini, padahal berhadapan dengan bagian keluarganya.
Merasa sudah tidak ingin berbicara, membuat Dirga dengan seketika melangkahkan kaki yang membuat Cheryl juga ikut melangkah.
“Dirga, jangan bilang kalau kamu mau mengantarkan perempuan itu?”
“Ya!” sebuah jawaban yang sangat jujur Dirga berikan.
“Kalau dia hanya babysitter, kenapa kamu sampai mau mengantarkan dia? Kalian mau pergi ke mana? Kenapa kamu pergi bersama dengan babysitter?”
Tidak ada jawaban yang Dirga berikan, dia terus melangkahkan kaki bersama dengan Cheryl, bahkan saat Cheryl melangkah lambat, membuat Dirga menarik tangan Cheryl kemudian masuk ke mobil.
“Om, kok punya keluarga yang kayak gitu?” tanya Cheryl dengan raut wajah yang terlihat cukup berhati-hati.
“Bukan saya yang menciptakan,” timpal Dirga dengan menggunakan nada bicara yang datar.
“Oh ya, kalau tuh orang sampai gangguin El gimana? Kenapa Om malah meninggalkan El?” Cheryl menjadi terpikirkan akan keadaan El nantinya.
“Tidak akan ada yang mengganggu El,” jawab Dirga penuh dengan rasa yakin.
“Mereka saja berani mengganggu saya, kenapa Om bisa yakin kalau mereka tidak akan mengganggu El?”
“Dia tahu El dari kecil, tidak seperti kamu yang baru bertemu sekarang.”
Cheryl masih merasa kebingungan dengan hal ini, sehingga kerutan di wajahnya belum usai.
“Sudah, tidak perlu mengkhawatirkan El, dia tidak akan diganggu.”
Di saat Cheryl mencoba untuk santai dengan pandangan yang dia fokuskan ke depan, kemudian tangan Dirga secara perlahan menarik kepalanya sampai akhirnya bersender di bahunya.
“Eh Om, apa gak keberatan?”
“Tenang saja.” Dirga menjawab dengan penuh kelembutan, hingga kemudian terasa jelas kalau tangan Dirga tengah mengelus-elus kepalanya dan elusannya membuat Cheryl merasakan sebuah rasa tenang.
Suasana di dalam mobil ini awalnya hening sampai kemudian terdengar suara krubuk yang cukup jelas dan Dirga menjadi menatap Cheryl dengan tanda tanya. “Kamu lapar?”
Cheryl tertawa kecil atas suara yang sudah perutnya timbulkan. “Hehe, belum sempet makan, tadi gak ikut makan sama El.”
“Pak, berhenti di Restoran depan.”
Mendengar kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika bangkit dari posisi bersandarnya, dia manatap Dirga dengan begitu serius. “Lah, siapa yang bilang mau makan?”
“Orang lapar itu pasti mau makan,” sahut Dirga enteng.
“Ya tapi kan ... saya tidak mengatakan kalau saya ingin makan di Restoran Om, karena saya bisa makan nanti di Rumah.”
“Tidak papa, sekarang saja, agar kamu tidak perlu repot nantinya.”
Sikap baik Dirga membuat Cheryl terdiam, dia menatap Dirga dengan tatapan yang begitu dalam, karena Dirga yang tengah berhadapan dengannya jauhh berbeda dengan Dirga yang penuh amarah sebelumnya.
“Om,” panggil Cheryl sambil terus berpikir.
“Ya?”
“Kenapa saya ngerasa kalau sikap Om itu berbeda ya pada saat bersama dengan saya?”
Bukannya memberikan sebuah jawaban, Dirga malah mengukirkan senyuman kecilnya.
“Kenapa bisa seperti itu Om?”
“Menurut kamu?” Dirga membiarkan Cheryl berpikir akan hal ini.
Pikiran Cheryl sudah tertuju pada sesuatu hal, hanya saja dia merasa kebingungan bagaimana mengutarakannya, tapi rasa yakin dalam dirinya cukup besar.
“Om, gak mungkin kan kalau semua ini Om lakukan, karena Om sayang pada saya?”
Tatapan Cheryl semakin serius kala menatap Dirga, dia menunggu jawaban yang akan Dirga ucapkan, apalagi saat melihat senyuman yang kembali terukir di bibir Dirga yang tidak bisa dibohongi kalau dia menyukainya.
“Daddy!” “Ya El? Ada apa?” “Aku pergi dengan siapa hari ini?” “Tante Cheryl?” “Dia tidur.” Mendengar kalimat itu, membuat Dirga terdiam sejenak, dia memikirkan beberapa hal. “Tidak kamu bangunkan?” tanya Dirga terlebih dahulu. Pandangan El dia alihkan, dia memperhatikan Cheryl yang tengah tertidur di sofa dengan raut wajah cape yang begitu jelas. “Gak,” jawab El singkat. “Kamu bangunkan saja sekarang, agar nanti dia bisa menemani kamu untuk kumpulan di Sekolah kamu.” Dirga memberikan solusi yang santai. “Gak mau.” “Ya terus, bagaimana?” “Terserah, kalau Daddy mau ke sekolah ... El akan ikut, kalau tidak ... El ikut tidur dengan Tante Cheryl.” Jawaban yang membuat Dirga sulit untuk menolak, dia memang bisa saja menyuruh orang lain untuk datang ke Sekolah El, hanya saja sekarang adalah acara tahunan Sekolah El yang niatnya Dirga akan datang di siang hari sebab sudah menyuruh Cheryl menemani El di awal. “Ya sudah, kamu pergi saja bersama dengan Om Reno ke Sekolah, nanti Daddy
Selesai membereskan barang-barangnya, Cheryl langsung melangkahkan kaki meninggalkan kelas, dia berjalan sangat buru-buru yang sudah pasti bukan ke arah Toilet, karena semula dia hanya beralasan saja agar Dosennya ingat pada waktu. Langkah kaki Cheryl begitu terburu-buru sampai tidak sadar kalau ada laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar ke dinding. “Apakah tidak melihat ada pacarnya di sini?” Kalimat itu membuat Cheryl dengan seketika menghentikan langkah kakinya, dia merasa sangat kenal dengan suara itu, apalagi dengan kalimat seperti itu sampai akhirnya laki-laki yang sudah memanggilnya berdiri di sampingnya. “Axel?” “Mau ke mana? Kenapa buru-buru?” Penuh dengan keseriusan Cheryl memikirkan jawabannya, karena dia merasa tidak bisa memberikan jawaban yang sebenarnya pada Axel, sebab akhirnya akan banyak pertanyaan yang ujungnya dia mendapatkan sebuah larangan. “Ada urusan, makanya buru-buru.” “Urusan apa?” “Ada lah, emangnya kamu harus tahu ya setiap urusan aku? Engga
Cheryl terlihat begitu gelisah, dia mengedarkan pandangannnya ke sana kemari, karena tidak ada Anak yang dia cari, hingga dia menjadi berpikir penuh dengan keseriusan harus pergi ke mana sekarang. Saat tadi dia ke Sekolahan El, dia sama sekali tidak bertemu dengan El, karena sudah lebih dari 1 jam dari waktu El pulang, dia mempunyai pikiran kalau El ada di rumah, tapi ternyata di Rumah juga tidak ada. Tidak ada satu orang pun yang memberikan jawaban baik, sehingga perasaan Cheryl menjadi tidak karuan sampai kemudian dia menarik napasnya dengan sangat dalam dan berlari keluar dari Rumah ini. Sekarang Cheryl merasa cukup beruntung, karena tidak lama keluar dia langsung bertemu dengan Abang gojek yang bisa mengantarkan dirinya untuk ke Kantor Dirga. Rasanya Cheryl tidak bisa diam saja dengan hal ini, dia langsung menemui Dirga yang bahkan sekarang dia berada di hadapan Ruangan Dirga, dia mengetuk-ngetuk pintu Ruangannya beberapa kali. “Permisi, Pak Dirga. Ini saya, bolehkah saya masu
Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu yang jelas membuat Cheryl bangkit dari tempat duduknya, bahkan dia mengabaikan apa yang seharusnya dia selesaikan sampai kemudian membuka pintu. “Ada apa Bang?” tanya Cheryl sambil memperhatikan laki-laki di hadapannya. “Siap-siap, malam ini Axel mau datang dan katanya dia mau ngajak jalan. Jadi, sekarang harus siap-siap dan dandan yang cantik untuk malam ini.” Mendengar hal tersebut membuat Cheryl mengernyit, dia menatap Abangnya dengan tatapan yang cukup serius. “Apa yang sudah terjadi sampai Axel mau datang dan Abang menyuruh untuk siap-siap?” Cheryl merasa curiga. “Gak ada, buruan siap-siap, jangan buat dia kecewa malam ini atau tahu sendiri apa yang bakalan terjadi kalau tidak menuruti apa yang sudah dikatakan untuk pergi bersama dengan Axel!” ancam Jordan dengan serius. “Malam ini Abang mau pergi, makanya kamu buruan siap-siap!” seru Jordan dengan sangat serius dan langsung melangkahkan kakinya, tapi Cheryl menatap tahan Jordan. “B
“Mending sama Om Dirga gak sih? Ya, kalau kamu emang nyaman sama dia, terus udah ngerasa gak betah sama Axel, ya ... untuk apa kamu mempertahankan Axel?” Apa yang Reva sampaikan tidak ada salahnya, tapi entah kenapa Cheryl merasa berat kalau dia harus meninggalkan Axel begitu saja dengan permasalahan finansial yang belum selesai. “Gini deh, kamu kan bilang gak mau kalau Axel dimanfaatin sama Abang kamu?” Cheryl menganggukkan kepalanya. “Aku rasa di sini Axel bukan dimanfaatin sama Abang kamu deh, karena dia juga tidak sebego itu untuk dimanfaatkan, aku rasa dia melakukan semua itu agar kamu tidak sampai bisa lepas dari dia.” Reva menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kamu gak percaya sama apa yang aku katakan?” Kali ini Cheryl menggelengkan kepalanya. “Buktinya sekarang kamu sulit untuk melepaskan dia, padahal kamu dulunya udah ngebet banget buat ngelepas dia sampai memikirkan cara lepas dari dia dan berujung dengan nyewa orang karena mau lepas dari dia, tapi sampai sekarang?”
Waktu malam tiba, Cheryl sekarang tengah bersama dengan Dirga, awalnya Cheryl hanya tanda tanya dengan tujuan dari Dirga mengajaknya, hingga kemudian dia merasa heran karena dia diajak ke tempat yang terlihat begitu mewah. “Om, mengajak makan ke tempat seperti ini untuk apa?” Cheryl memandangi Dirga dengan tatapan yang cukup serius. Bukannya memberikan jawaban dari alasan yang membuat Dirga mengajak Cheryl ke tempat makan yang mewah, dia malah terus melanjutkan langkah kakinya sampai di sebuah meja yang mana di meja itu sudah terdapat pelayan yang menanti. “Silakan duduk,” ucap Dirga dengan senyuman yang terukirkan. Awalnya Cheryl ragu dengan apa yang harus dia lakukan, sampai kemudian waktu berlalu, dia makan dengan santai, apalagi tempat makannya juga terlihat mempunyai pemandangan yang indah meski dia jauh lebih sering memperhatikan Dirga. “Ada hal yang ingin saya bicarakan,” ucap Dirga yang membuat Cheryl menatap Dirga serius. “Bicara apa Om?” “Saya tidak pandai berbasa-basi
“Cher, Cher, kamu harus liat ini sih, tapi mending kamu datang langsung ke sini!” Mendengar kalimat yang terdengar seperti orang yang merasa khawatir, membuat Cheryl tanda tanya. “Emangnya ada apaan sih? Kok heboh banget?” “Axel! Axel!” ucap Reva yang terdengar begitu panik. “Kenapa sama Axel? Kamu kalau mau ngasih tahu atau ngasih info yang bener bisa gak sih? Gak usah setengah-setengah kayak gini kan aku pusing mikirinnya!” Cheryl merasa gereget sendiri denngan hal tersebut. “Intinya mending kamu datang sendiri ke Red House, aku liat Axel lagi digoda sama perempuan, kayaknya dia pesen perempuan atau gimana gitu!” Reva mengutarakan apa yang dia tahu. “Kamu lagi di sana?” “Iya, aku gak ada kerjaan sama bosen juga, makanya aku ke sini, hehe.” Mendengar kalimat itu membuat Cheryl menggeleng-gelengkan kepalanya, hingga kemudian dia teringat akan sesuatu. “Ih, malam ini aku juga mau ke sana.” “Mau ngapain kamu ke sini?” “Nemenin Om Dirga,” jawab Cheryl apa adanya. “Nemenin apaan
“Axel!” panggil Cheryl dengan begitu kencang yang membuat sang pemilik nama beserta perempuan itu mengalihkan pandangan dan Cheryl langsung melangkahkan kaki ke arah mereka. “Lho? Ada di sini?” “Seharusnya aku yang nanya kenapa kamu bisa ada di sini, kamu habis main sama perempuan bayaran itu kan?” Emosi Cheryl dengan seketika membludak. “Tenang dulu, gak ada yang dilakukan, aku hanya bersenang-senang saja, tidak berlebihan.” Axel masih mencoba untuk terlihat biasa saja dalam hal ini. “Gak! Gak bisa tenang, udah jelas melihat kamu bersama dengan perempuan itu, makanya aku udah gak mau lagi sama kamu!” tekan Cheryl yang kemudian menarik napasnya dengan sangat panjang. “Hubungan kita sampai sekarang sudah cukup, setelah ini kita putus!” “Gak!” tolak Axel penuh dengan keseriusan. Hal seperti ini bukan terjadi hanya satu kali, melainkan sudah berulang kali, hanya saja memang sampai saat ini Axel tidak pernah mengiyakan keinginan Cheryl untuk putus darinya. “Terserah, mau kamu gak t
*****Dirga berada di ruang tamu, duduk di kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya. Raut wajahnya tampak kaku, sementara tiga sosok di depannya mulai membuka pembicaraan yang sudah lama ia hindari. Ada Mama Novita, Mamanyaa dan juga sudah pasti dengan mantan istrinya, duduk di sisi yang berlawanan dengan ekspresi yang berbeda-beda."Kamu tahu, Dirga, Novita sudah berubah," ujar Mamanya dengan lembut, seolah berusaha meyakinkan anaknya tersebut. "Dia sudah menyesali perbuatannya di masa lalu. Mungkin ini saatnya kalian berdua mencoba lagi."Mamanya Novita menganggukkan kepalanya. “Semua orang pernah berbuat salah Dirga, akan lebih baik kalau kamu memaafkan kesalahan yang sudah Novita perbuat, agar kalian bisa memperbaiki semuanya dan menjalani masa sekarang dengan masa depan yang lebih baik dari sebelumnya.”Dirga menatap mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Kemudian, Dirgaa beralih melirik Novita, yang duduk dengan wajah penuh penyesalan dan harapan, jika harus dijelaskan anta
“Rean.”“Iya Ma, ada apa?”“To the point saja ya,” ucap Mamanya yang membuat Rean mengangguk dalam sebuah rasa tanda tanya, karena memang dia tidak tahu hal apa yang ingin Mamanya bicarakan.“Kamu kenal dengan babysitter-nya El kan?”“Cheryl?”Mamanya Rean menganggukkan kepalanya.“Iya Ma, kenal. Kenapa?”“Mama dapat kabar kalau dalam beberapa waktu terakhir ini kamu seperti terlihat sedang mengejarnya.”Mendengar kalimat itu membuat Rean mematung, dia menatap Mamanya dengan sangat serius, karena ada sebuah rasa penasaran dalam dirinya tentang siapa orang yang memberi tahu hal ini pada Mamanya.“Tidak, kenapa memangnya?”“Rasanya kalau dilihat-lihat, mungkin kamu lebih cocok bersama dengan dia, secara kalian sama-sama masih muda, sama-sama belum menikah, tidak seperti saat dia bersama dengan Kakak kamu yang jelas perbedaan statusnya.”Di sini Rean masih tanda tanya, dia berpikir dengan begitu serius. “Memangnya kenapa?”“Papa kamu juga sudah mempertanyakan status kamu yang belum mempe
“Om ... sebenarnya hubungan ini mau di bawa ke mana?”Pertanyaan yang baru saja Cheryl ucapkan membuat Dirga mematung, dia mengalihkan pandangannya sampai pada akhirnya dia menatap Cheryl dengan begitu dalam, hanya saja Cheryl terus memandangi Dirga dengan penuh tanda tanya.“Mau dibawa ke mana Om, kalau cuma gini-gini aja, aku yang cape Om.”Kalimat itu begitu tergambar jelas dari ekspresi Cheryl yang memang dia sudah lelah menjalani hubungan yang tidak tahu ke mana arahnya.“Sebenarnya kamu tahu kalau saya bersama dengan Novita malam itu dari siapa?”“Om gak perlu tahu aku tahu dari mana, hanya saja aku memang tahu akan hal tersebut dan aku bukan sedang membahas dia Om, aku sedang membahas hubungan kita.”Cheryl menarik napasnya dengan sangat dalam. “Kayaknya udah jelas banget deh kalau hubungan kita itu banyak yang menentang, apalagi keluarga Om juga terlihat jelas gak suka sama aku.”“Hubungan kita bakalan berat kalau dilanjutkan,” ucap Cheryl yang memang sudah paham dengan keadaa
“Rean! Rean!”Mendengar namanya dipanggil dengan menggunakan nada bicara yang sangat tinggi membuat Rean merasakan yang namanya kaget sampai kemudian dia mengalihkan pandangannya.Belum sampai Rean beranjak dari tempat duduk untuk melangkahkan kaki ke arah pintu, karena ingin membuka pintu, tapi sudah ada orang yang masuk ke Ruangannya dan di wajah orang itu terlihat jelas sebuah amarah yang begitu tinggi.“Rean!”“Ada apa?” tanya Rean dengan menggunakan nada bicara yang santai, karena memang dia tidak tahu hal apa yang membuat orang itu datang.Beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Kakaknya membuat Rean merasa kaget, karena baru saja Kakaknya menarik kerah kemejanya dengan begitu kuat, apalagi tatapannya begitu tajam.“Ada apa Kak?”“Ada apa, ada apa, tidak usah berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi!”Kening Rean mengernyit tanda tanya. “Kenyataannya aku memang tidak tahu apa-apa, memangnya kenapa? Kenapa datang-datang langsung marah?” Rean masih memberikan
Di sebuah tempat yang begitu mewah dengan orang-orang penting yang berlalu lalang, lain dengan dua orang yang baru saja melangkahkan kaki sampai di pintu masuk acara ini.Sebuah senyuman yang terukir dengan sangat lebar di bibir seorang wanita yang mendapatkan sebuah undangan di acara ini, dia merasakan sebuah kesenangan yang sangat tinggi, karena dia tengah bersama dengan seorang pria yang berhasil menempati hatinya dalam waktu yang lama dan ingin kembali dia miliki.“Tidak usah gandengan tangan.”Kalimat itu langsung keluar dari mulut Dirga saat dia merasakan kalau Novita baru saja menggandeng tangannya, tapi bukan melepaskan gandengan tangannya, Novita malah terus menggandengnya dengan tatapan yang sangat dia fokuskan memperhatikan Dirga.“Udah lah Mas, gak usah kayak gini. Mereka aja santai gandengan tangan, kenapa kamu tidak mau?” Novita berucap sambil mengedarkan pandangannya yang memang banyak orang yang sekarang tengah bersama dan saling bergandengan.“Mungkin mereka pasangan,
Tok tok tok“Masuk,” sahut seorang pria di dalam yang tidak tahu siapa yang baru saja mengetuk pintunya sampai terdengar suara langkah kaki, hanya saja pria pemilik nama Dirga itu masih enggan mengalihkan pandangannya.“Selamat sore Mas.”Suara yang sangat dia kenali membuat Dirga mengalihkan pandangannya sampai dia mengernyit sendiri karena melihat siapa orang yang datang dan dia tanda tanya dengan tujuan dari orang itu datang.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Dirga dengan nada dan juga ekspresi yang terlihat tidak suka.“Aku mau ngajak kamu pergi makan, kalau gak sore ini ... malam ini.”“Gak, gak bisa.” Dirga langsung memberikan sebuah penolakan, karena memang dia tidak ingin jika dia harus bersama dengan Novita.Bukannya merasa kesal atau bete mendapatkan sebuah penolakan, Novita malah dengan santai melangkahkan kaki sampai pada akhirnya dia berdiri di samping Dirga yang membuat Dirga mengernyit tanda tanya pada apa yang akan Novita lakukan.Tangan Novita secara perlahan menyentuh tu
“Malam ini jadi?” tanya Axel memastikan.“Iya,” sahut Cheryl.“Nanti aku jemput ya,” ucap Axel dengan menggunakan nada bicara yang sangat enteng.“Gak perlu, gak usah. Nanti aku datang sendiri aja ke sana, sekalian Abang mau pergi. Jadi bisa bareng,” jawab Cheryl dengan cepat.Di sini Axel terdiam, dia benar-benar merasakan perubahan Cheryl. “Oh.”“Iya, ini udah mau pergi kok.” Cheryl berucap tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan ucapan sebelumnya.“Ya sudah.”Di sini Axel benar-benar jauh dari sifatnya yang dulu, dia benar-benar menahan emosinya, agar dia tetap bisa melanjutkan semuanya berdasarkan apa yang sudah dia rencanakan, karena sekarang bukan sebuah hal yang mudah untuk dia bisa berbicara dengan Axel.Di tengah perjalanan, Abangnya Cheryl menatap Cheryl, dia tengah memikirkan sesuatu hal. “Tumben mau diantar? Mau ketemu siapa memangnya?”“Axel,” jawab Cheryl apa adanya.Mendengar jawaban dari Cheryl membuat Abangnya terdiam dalam beberapa saat. “Tumben? Sudah baikan atau
Sebuah senyuman terukir dengan sangat jelas di bibir Novita. “Sepertinya seorang Dirga tidak mungkin selugu itu, sudah pasti kamu mengetahui jelas apa yang aku inginkan.”Novita bukan hanya melepaskan outer piyamanya, melainkan sampai melepaskan piyamanya yang membuat bra yang dia gunakan dan juga celana dalamnya nampak dengan sangat jelas.“Kamu jangan gila!”“Aku memang sudah tergila-gila sama kamu Mas,” jawab Novita dengan senyuman yang terlihat sedang memancing Dirga.Secara perlahan tangan Novita mulai menyentuh-nyentuh bagian tubuh Dirga dan sudah jelas kalau sentuhan yang Novita berikan adalah sentuhan yang sangat sensual, karena tujuan dari Novita menyentuh Dirga adalah memancing Dirga.Berapa kali Dirga menepiskan tangannya, karena dia merasa tidak ingin disentuh sejauh itu oleh Novita, hanya saja bukan Novita jika dia tidak kehabisan cara untuk bisa lebih dekat dengan Dirga.“Sudah berada di tempat ini, lagi pula kamu datang untuk menemaniku bukan?”Di sini titik kesalahan b
“Rean, Kakak mau bicara sama kamu.” Dirga berucap penuh dengan keseriusan sampai kemudian membuat Rean menutup apa yang tengah dia baca, dia mengalihkan pandangannya dan memperhatikan Sang Kakak dengan penuh tanda tanya.“Mau bicara serius dengan kamu,” ucap Dirga memperjelas yang kemudian membuat Rean bangkit, dia melangkah dan berdiri tepat di hadapan Dirga.“Ya, ada apa?” tanya Rean dengan nada yang sangat santai.Tidak langsung mengucapkan apa yang ingin dia bicarakan, karena Dirga malah memperhatikan Rean dengan tatapan yang sangat serius sampai membaut Rean mengernyit.“Mau bicara apa? Katakan saja, kenapa malah terdiam bengong?” tanya ulang Rean yang mulai merasa kebingungan.“Sebenarnya alasan yang membuat kamu akhir-akhir ini mendekati Cheryl apa?” tanya Dirga yang sudah merasa tidak bisa menahan rasa tanda tanya ini lebih lama lagi, karena dia sudah sangat curiga dengan alasan di balik Adiknya yang mendekati Cheryl.“Memangnya aku mendekati dia?” tanya balik Rean dengan eks