"Mas, kenapa sekarang kamu nggak pernah nginap, sih? Emang mas nggak kangen sama aku?" ucap wanita sèksi yang memasang wajah cemberut di hadapan Danu.
"Kangenlah, Sayang, kangen banget malah." Danu memeluk tubuh kekasihnya dengan erat."Terus, ngapain nggak pernah nginep? Aku sangat kesepian tau! Aku juga pengen, udah satu minggu Mas anggurin aku. Rasanya cenat-cenut nggak karuan.""Apalagi aku, Yang, kepalaku tiap hari pusing kayak mau pecah." Danu semakin mengeratkan pelukannya."Ya udah nanti malem nginep, ya? Aku punya lingeri baru, mau lihat, nggak?" Wanita cantik yang ada di dekapan Danu berbisik mesra."Huft … maaf sayang, Mas nggak bisa." Wajah Danu terlihat sangat menyesal."Yakin, nggak mau nginep? Ya udah kalau gitu, aku mau malem mingguan sama teman-teman aku. Jangan cemburu kalau ada cowok lain yang ngisengin aku.""Kok gitu Sayang, Mas nggak rela kamu jalan bareng sama cowok lain, kamu itu hanya milik, Mas! Nggak boleh ada orang lain yang nyentuh kamu selain aku." Danu mengurai pelukannya dan menatap tajam kepada sang kekasih."Abis mas nggak mau nginep, kan? Mas sebenernya cinta nggak sih sama aku? Aku cuma minta satu malam aja, susah amat!""Maaf, Sayang, bukannya Mas nggak mau. Tapi … Risa sedang hamil. Mas takut, dia akan curiga kalau Mas menginap di sini semalaman.""A-apa … hamil? Kok bisa, emang Mas nggak nyuruh dia KB? Apa artinya selama ini aku melayani Mas dengan sepenuh hati kalau ujung-ujungnya Mas masih nidurin Risa sampai hamil." Wajah cantik kekasih Danu itu berubah menjadi merah padam karena marah."Sayang, kamu kok aneh. Risa itu adalah istri Mas, mana mungkin Mas tidak menidurinya. Dia akan curiga kalau Mas nyuruh dia kb, lagian selama ini dia nggak KB juga nggak hamil-hamil. Kemarin Dia sempat curiga, karena Mas terlihat nggak antusias mendengar berita tentang kehamilanya." "Tau ah!" Wanita cantik yang ada dihadapan Danu itu, memalingkan mukanya."Sayang dengerin Mas, bukankah dulu Sayang yang minta Mas untuk menikahi Risa? Jujur saja itu adalah salah satu permintaan Sayang yang paling berat buat Mas. Sayang tahu kan, dari dulu Mas nggak pernah mencintai Risa. Hidup serumah denganya sungguh sangat menyiksa ketika cinta Mas hanya terpaut padamu, Sayang." Danu menangkup wajah kekasihnya."Lagian Mas jarang nglakuin itu sama Risa, masih seringan sama Kamu, Sayang. Mas harus mbayangin sama kamu biar napsu ketika begituan sama Risa. Jangan marah, kamu tetaplah yang terbaik." Danu mengecup bibir kekasihnya dengan mesra."Sayang ingat, nggak?""Apa?" Jawab Karin dengan kesal."Sayang yang ngambil keperjakaan Mas, bukannya Risa." Danu setengah berbisik. "Yee … Mas juga yang ngambil keperawanannya aku.""Kita satu sama dong, dulu Sayang masih takut-takut gitu. Kenapa sekarang bisa seagresif ini, sih?" Danu menggoda kekasihnya."Mas … jangan goda aku kalau Mas nggak bisa nemenin aku.""Hm … baiklah nanti waktu jam istirahat siang kita ketemuan di hotel seperti biasa, nanti Mas booking lewat online. Sayang tinggal sebut nama Mas aja sama resepsionis hotel, oke? Mas penasaran dengan lingeri barumu, Sayang." Danu berbisik sambil memeluk kekasihnya dengan mesra."Mas … aku jadi nggak sabar." Wanita cantik itu memukul dàdanya Danu dengan manja."Ya udah mas berangkat dulu, kalau terlambat rencana Kita bisa gagal nanti siang."Danu mengecup mesra bibir kekasihnya.***"Mas Danu."Danu melotot tidak percaya, ketika Risa sudah berdiri di lobi kantor di saat jam istirahat kerja. Mimik wajah gembira karena sudah membayangkan kekasihnya dengan balutan lingeri yang séksi sedang menunggunya di kamar hotel buyar sudah berganti dengan mimik wajah terkejut. "R-Risa!""Kenapa kaget gitu, wajah Mas kok pucet? Mas sakit?" Serentetan pertanyaan memberondong Danu yang masih mematung di tempatnya berdiri."Eh enggak, tumben kamu datang ke sini, Sayang." "Emang tidak boleh?""Boleh … tentu boleh, cuma nggak biasanya, hehehe." Danu tertawa kecil untuk menyembunyikan kegugupannya."Aku pernah lho Mas datang kesini nyamperin Mas, tapi Masnya nggak ada. Padahal teman-teman Mas ada di sini semua, cuma Mas yang pergi keluar.""Ha … kapan?" Jantung Danu mulai berdetak tak beraturan karena gugup."Udah lama sih, niatnya bawain makan siang buat Mas tapi masnya nggak ada."Hening"Tapi ada temen Mas bilang, Mas pergi sama cewek cantik yang sangat séksi." Risa tertawa dalam batinnya ketika melihat wajah suaminya yang pucat pasi seperti terkena serangan jantung."Temen siapa namanya? Mas, akan tampar mulutnya yang sembarangan ngomong. Perasaan Mas nggak pernah keluar dengan cewek séksi." elak Danu."Nggak tahu namanya Mas, tapi aku masih inget wajahnya. Kamu tahu, Mas?""A-apa?" Danu menjawab dengan tergagap."Hari itu aku menunggu Mas sangat lama, sampai jam istirahat kantor selesai.Tapi Mas juga belum kembali. Aku sangat kecewa karena sudah susah payah memasak makanan kesukaan Mas selama berjam-jam tapi …. Ah sudahlah, aku tidak mau mengingat moment menyakitkan itu." Risa menggidikkan bahunya yang membuat Danu semakin salah tingkah."Maaf, Mas, waktu itu …" Ponsel di saku celananya Danu berdering lantang. Kembali Danu sangat gusar karena sudah pasti sang pujaan hati yang menelpon menanyakan keberadaanya yang sampai sekarang belum sampai di hotel yang letaknya tepat di sebelah kantor tempatnya bekerja."Kenapa nggak di angkat, Mas?""I-iya sebentar." Dengan sedikit berdebar Danu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. "Ha-halo, iya, iya Pak. Baik Pak, harap Bapak maklum. Maaf ya, Pak."Danu mengakhiri panggilannya sambil memperhatikan mimik wajahnya Risa."Kenapa, Mas, ada masalah?""Eh nggak, cuma telpon dari bank untuk menawarkan produk asuransi, tapi mas nggak tertarik." dusta Danu."Kirain apa Mas, soalnya mas kelihatan tegang banget. Ya udah makan siang yuk, dari tadi pagi aku belum makan.""Kenapa belum makan? Mual-mualnya belum ilang? Sekarang pengen makan atau ngidam apa gitu? Biar mas beliin.""Iya nih masih mual, tapi sekarang aku pengen sesuatu." "Pengen sesuatu apa, Sayang?""Dedek bayi pengen Kita bertiga makan siang di hotel itu, Mas." Risa menunjuk hotel tempat di mana ia membuat janji dengan kekasihnya.Danu mendadak tegang." Di sana?""Ini ngidamnya anak kamu lho, Mas. Mas cukup temenin aku makan aja, soal tagihan, Mas jangan khawatir, aku bayar dengan uang pribadiku." "Bukan gitu, Sayang, tapi makanan apa yang pengen kamu makan di sana?""Nggak tahu, cuma rasanya pengen banget makan menu apa pun terserah asal makan siang di hotel itu." Risa mengelus perutnya yang masih rata. 'Terima kasih, Sayang, kamu nggak bikin Mama mual atau ngidam apa pun yang menyusahkan Mama. Mama cuma mau ngasih pelajaran buat Papa Kamu. Dilihat dari keengganannya untuk mengabulkan permintaan Mama, sudah pasti Papamu janjian dengan wanita itu di hotel yang sama.' Batin Risa."Baiklah, ayo." Dengan kaki lemas Danu menggenggam tangan Risa berjalan menuju hotel dimana seharusnya ia bisa memadu kasih dengan kekasih simpanannya. Bersambung"Beréngsek, kenapa nggak di angkat, sih, teleponnya. Huft … udah ditungguin satu jam juga belum datang." Seorang wanita cantik nan séksi yang mengenakan lingeri merah itu menghentak-hentakkan kakinya sambil ngomel-ngomel karena orang yang ditunggunya di kamar hotel tidak kunjung datang. Di kafetaria hotel nampak Risa dan Danu sedang melihat buku menu untuk memilih makanan yang mereka pesan. "Sayang, mau pesan apa?" Danu bertanya kepada Risa, pasalnya sudah sepuluh menit berlalu istrinya itu belum menyebutkan menu apa yang akan dipesan. "Mmm … sup labu dan french toast, untuk minumnya jus jeruk aja." "Cuma itu aja, kok sedikit amat? Nanti nggak cukup lho, kalau dibagi sama dedeknya." Danu bertanya sambil mengelus perut Risa yang masih datar. Seketika wajah Danu memucat ketika pandangannya tertuju kepada sosok wanita cantik yang baru keluar dari lift hotel. Mata cantik itu menatap tajam kearah tangan kanan Danu yang berada di atas perutnya Risa. "Mas kenapa, mukamu kok pucat? Mas sa
"Oh ya, bagaimana kalau ngobrolnya kita terusin di rumah gue, kayaknya nggak cukup waktu kalau di terusin disini. Nginep ya … di rumah Gue?" "Nginep?" Danu dan Karin kompak menjawab bersamaan. "Iya, nginep. Kenapa reaksi kalian berdua aneh? Kayak udah janjian gitu." Risa mengerutkan keningnya. "N-nggak gitu, Ris. Gue cuma ada urusan sama temen." Karin tergagap. "Temen yang lebih penting dari gue? Setelah dua tahun nggak pernah bertemu? Lagian elo singgle, pasti nggak ada janji sama cowok, kan?" Risa memasang wajah kecewa. "Eh, itu …." Karin melirik Danu. "Sayang, Mas ke kantor sekarang, ya? Mas, nggak ikutan urusan wanita." Danu mengelus pundak Risa dan setengah berlari keluar dari kafetaria hotel. "Em … iya deh, gue nginep di rumah elo nanti malam." Karin tidak punya pilihan lain."Ye … gitu dong, bff." Risa melompat girang. 'Hh, elo yang ngundang gue ke rumah elo, Ris. Jangan salahkan kalau suami elo nyuri kesempatan buat bermesraan sama gue.' Karin tersenyum mengejek. Ia se
"Udah pulang, Mas." Risa dan Karin menjawab bersamaan. Lagi-lagi mereka bertiga saling berpandangan dengan ekspresi yang berbeda-beda. Hening. "Ahahaha, makanya, Rin, elo musti cepet cari calon suami, biar nggak salah manggil terus. Masak dari tadi siang elo manggil suami gue dengan panggilan, Mas. Ngarep ya jadi istrinya mas Danu, atau elo mau jadi madu gue? Kalau elo mau, gue seneng banget. Biar bisa bebas tugas dari sini terus bisa pulang ke Jakarta nemenin Papa." Danu dan Karin kaget dengan kata-kata yang meluncur bebas dari mulut seorang Risa Aulia. "Ris!" "Yang." Danu dan Karin menjawab di waktu yang bersamaan. Wajah keduanya terlihat pucat. "April mop … duh gue cuma bercanda, Rin. Jiwa jomlo elo udah meronta-ronta minta suami tuh, bibir bilang asyikan jomlo tapi yang di dalam hati maunya punya suami ye, kan …." "Aduh Sayang … nggak lucu tahu." Danu merasa lega setelah mendengar pengakuan Risa kalau baru saja melontarkan sebuah candaan kepada mereka. "Maaf-maaf ya, Rin, se
"Lo dari mana, Rin? Gue cari-cari kok nggak ada. Padahal gue cuma ke kamar mandi sebentar.""Eh itu Ris, gue abis teleponan sama temen. Di dalam, sinyalnya timbul tenggelam jadi gue keluar rumah buat angkat telepon.""Rin, elo sekarang ngrokok? Kok bau badan lo kek bekas orang yang suka ngrokok?""Masak sih?" Karin mengendus baju yang dipakainya." Oh tadi pas di luar ada bapak-bapak ronda sedang ngrokok di dekat gue, mungkin asepnya nempel di baju gue. Masak iya, gue ngrokok sih, Ris? Elo pikir gue cewek apaan?""Hehehe … iya sih, mungkin hormon kehamilan nih bikin gue sensitif sama bau-bau tertentu. Ngomong-omong, lo lihat nggak laki gue di mana? Dia juga nggak kelihatan dari tadi."Lho Mas, dari mana?" Risa melihat Danu masuk dari pintu samping rumah."Biasa Sayang, abis ngrokok." Danu berkata dengan santai."Kalian berdua kayak janjian. Karin juga abis dari luar, teleponan ama temen. Baju kalian berdua juga bau rokok. Hehehe … emang rumah kita terlalu minimalis, ya? Sampai-sampai ba
"Haruskah kuakhiri sekarang? "Risa merasakan sakit pada perutnya. Selalu saja begini, ketika ia ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya. Janin yang ada di dalam kandunganya seolah mencegahnya, rasa sakit di perutnya selalu datang seiring dengan kata hatinya yang ingin menggugat cerai suaminya.Sebenarnya Risa sudah menangkap gelagat aneh di antara Karin dan Danu, ketika mereka bertemu di kafetaria hotel. Risa hanya pura-pura tidak tahu, ia ingin melihat sejauh mana instingnya terbukti. Nyatanya dengan kedua belah matanya ia melihat sendiri tangan Karin dan suaminya saling menggenggam mesra, rasa sakit hati menderanya ketika suaminya tidak menolak ataupun menghindar dari godaan Karin, sedangkan Risa yang notabene berstatus istri sahnya berada dihadapan mereka berdua."Ternyata elo Rin, orangnya. Tak kusangka, jadi ini alasannya elo menghilang setelah pernikahan gue. Dan buat kamu Mas, kenapa mengejarku dan melamarku kalau yang Mas cinta dari dulu itu Karin. Apa alasannya? Apakah kar
"Mas lagi ngapain di situ?" Danu terperanjat kaget dengan suara Risa yang sudah ada di belakangnya."Eh, Sayang, sudah bangun ya?""Dari tadi, Mas.""Dari tadi, sejak kapan?" tiba-tiba wajah Danu kelihatan memucat."Karin baru saja pergi ya?" Risa pura-pura menanyakan keberadaannya Karin."Emang, Sayang nggak lihat keberadaan Karin?" Danu kembali berdusta."Nggak lihat, emang mas tahu keberadaan Karin di mana?""Nggak tuh." Danu menggidikkan bahunya. "Mas juga baru bangun, Sayang.""Semalam itu aneh banget, tiba-tiba aku ngantuk dan nggak ingat apa-apa sampai pagi. Sekarang, Karinnya udah pergi, padahal belum cerita apa-apa huft ….""Mungkin Sayang terlalu capek, kemarin dari pagi sibuk sampai malam. Jadi nggak sadar ketiduran. Nggak pa pa, lain kali kan masih ada waktu ngobrol. Kapan-kapan janjian dulu. Kalau Karin mau nginap lagi juga nggak pa pa. Mas, seneng kok, kalau kamu ada temen ngobrol.""Mas seneng?" Risa menatap tajam Danu."I-iya seneng, Karin kan teman baik kamu, Sayang. S
Enam bulan kemudian.Sayang, kapan tanggal HPL nya? Mas mau siap-siap ambil cuti supaya bisa nemenin kamu saat lahiran nanti." Danu mendekati Risa yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku tentang kehamilan."Satu minggu lagi, Mas." Risa sebenarnya malas untuk memberitahukan tanggal HPL kelahiranya karena selama ini waktu periksa kandungan juga, Danu seolah tak peduli karena bila berjanji selalu tidak ditepati. Tapi sebagian sudut hati kecil Risa, ia ingin ditemani oleh suaminya disaat proses bersalinya nanti. 'Ah mungkin ini keinginan sang jabang bayi.' batin Risa dengan senyum getirnya."kenapa Sayang, sakit lagi perutnya?""Nggak pa pa, Mas, pegel aja punggungnya." Risa ingin sekali menangis, tapi air matanya sudah mengering sejak ia mengetahui perselingkuhan suaminya. Baginya pantang untuk menangisi seorang suami yang menusuknya dari belakang. 'Bahkan dia tidak tahu bahwa sakit di perutku karena ulah dari tendangan bayi kami yang akan sebentar lagi lahir ke dunia. Kamu j
"Darimana kamu mas, semalam?" Risa memandang Danu dengan tajam, kekecewaan yang besar terlihat dari sorot matanya. "Maaf, semalam mas------ "Sudahlah, tidak penting sama sekali semalam kamu ada dimana." Danu tersentil hatinya dengan jawaban sarkastik dari Risa. "Biar mas bantu." Danu segera meraih tangan Risa, ketika Risa berusaha turun dari ranjang. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Risa ketika Danu memapahnya berjalan ke kamar mandi. Danu cuma menebak, dan sepertinya tebakannya benar karena Risa tidak protes ketika ia menggiringnya masuk ke dalam kamar mandi.Setelah selesai, Danu kembali membantu Risa naik ke atas ranjang dan menggantungkan kembali botol infus ke tiang gantungan. "Mas keluar dulu, mau beli sarapan dan keperluan kamar mandi buat kamu. Sayang mau makan apa? Atau ada sesuatu yang mau dibeli?" &