Share

Bab 3

Author: Alya Feliz
last update Last Updated: 2024-11-12 18:08:49

Luna memegangi kakinya yang sakit. Dia masih terduduk di lantai keramik yang dingin sambil meringis karena tangannya juga sakit akibat menahan beban tubuhnya.

Kalingga langsung melepaskan tangannya setelah memaksa Luna untuk berdiri, sehingga Luna terjatuh dengan keras.

"Aku nggak berpura-pura Mas. Kakiku masih sakit," kata Luna sambil mendongak.

Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Kalingga benar-benar berubah menjadi dingin.

"Irfan bilang kamu udah bisa berdiri dan berjalan, jadi jangan berbohong!" hardik Kalingga.

Luna menggeleng. "Enggak, Mas. Aku beneran belum bisa jalan. Kakiku aja masih sakit dan kaku."

Dia tidak sepenuhnya berbohong. Kakinya masih terasa kaku dan sakit setiap kali dibuat berdiri. Sofia bilang, dia harus tetap menjalani fisioterapi sampai kakinya benar-benar bisa digunakan untuk berjalan sepenuhnya.

Selain dengan Irfan, Luna memang diam-diam menjalankan terapi dengan Sofia agar bisa cepat sembuh. Tapi ternyata kesembuhannya justru akan membuatnya diceraikan oleh Kalingga.

"Aku udah muak berpura-pura baik padamu, Luna. Selama dua bulan ini aku bersikap baik padamu biar kamu semangat menjalani terapi, tapi kenapa masih lumpuh juga? Benar-benar nggak berguna!"

Luna syok mendengar pengakuan dari pria itu. Jadi selama ini, Kalingga hanya berpura-pura saja agar dia bisa segera sembuh?

"Mas, tapi selama dua bulan ini kamu begitu hangat..."

Kalingga mendengkus. "Jangan terlalu percaya diri kamu! Aku cuma pura-pura. Aku udah muak sama kamu. Aku malu punya istri kampungan yang lumpuh! Kamu benar-benar mencoreng nama baikku."

Luna menganga tak percaya. Pria itu benar-benar kejam.

"Cepatlah sembuh agar aku bisa menceraikanmu. Aku udah ngasih kamu uang yang fantastis setiap bulannya sesuai dengan perjanjian pranikah kita. Anggap aja itu sebagai uang pengganti karena ayahmu meninggal."

"Mas! Jadi kamu menganggap uang itu sebagai pengganti nyawa ayahku? Kamu benar-benar tega, Mas! Uang sebanyak apapun nggak akan bisa menggantikan nyawa manusia!" pekik Luna dengan mata berkaca-kaca.

Lagi, Kalingga mendengkus lalu memutar mata. "Harusnya kamu bersyukur aku masih mau ngasih uang bulanan sebagai ganti gaji ayahmu. Sudah kunikahi, kukasih nafkah, masih aja bertingkah. Memang dasar orang miskin itu benalu dan nggak tahu diri!"

Kalingga hendak beranjak pergi, namun Luna dengan cepat memeluk kaki pria itu.

"Jangan pergi, Mas. Aku yakin kamu cuma pura-pura bilang begini biar aku makin semangat menjalani terapi, kan? Aku akan berusaha lebih keras lagi biar bisa cepat berjalan Mas."

"Lepas!"

"Nggak! Mas Kalingga juga cinta sama aku, kan? Kita semalam bercinta berkali-kali. Mas nggak mungkin mau melakukannya kalau nggak cinta." Luna masih ngotot.

Kalingga tertawa terbahak-bahak, sebelum menatap Luna dengan tatapan menghina.

"Kamu terlalu naif, Luna Gayatri. Pria bisa melakukan seks tanpa cinta. Kamu pikir kenapa banyak pelacur di luar sana dan banyak pria hidung belang yang membeli jasa mereka? Tidak perlu cinta untuk mendapatkan kesenangan itu. Dan kamu sama saja seperti mereka."

Luna melepaskan tangannya dari kaki Kalingga dengan air mata mengalir deras. Perkataan laki-laki itu benar-benar menyakiti hatinya. Disamakan dengan pelacur adalah hal yang paling hina bagi seorang istri.

"Kamu udah mendapatkan uang dariku setiap bulan, jadi sebagai gantinya, kamu harus melayaniku di atas ranjang. Tidak ada yang dirugikan di sini."

Setelah itu, Kalingga pergi meninggalkannya yang sudah berdarah-darah. Tangannya meremas dada kirinya yang berdenyut nyeri. Dadanya sesak. Baru kali ini dia disamakan dengan pelacur, padahal statusnya adalah seorang istri.

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Luna memejamkan mata mendengar suara yang menjadi mimpi buruknya sejak menikah dengan Kalingga.

"Kamu udah merasa bangga bisa menikah sama Kalingga, jadi kamu pikir anak saya harus memperlakukanmu dengan baik? Huh, jangan mimpi! Wajar kalau dia memakai tubuh kamu. Kamu udah dibayar, jadi tahu diri dong!"

Lagi, ucapan Bu Devi selalu berhasil mengiris hatinya. Dia hanya menunduk, tidak berani melawan. Mereka adalah orang kaya. Bisa apa dia kalau mau melawan mereka?

Tiba-tiba Luna merasa kepalanya seperti dilempari oleh sesuatu. Dia tersentak begitu melihat uang berwarna merah berhamburan di hadapannya, bahkan beberapa terjatuh di atas pangkuannya.

"Kamu masih kurang kan, makanya mohon-mohon sama anakku? Nih, aku kasih tambahan. Sebagai bayaran atas jasa kamu semalam. Jangan sampai kamu hamil. Aku nggak sudi punya cucu dari orang miskin dan nggak punya harga diri ngemis-ngemis sama lelaki macam kamu."

Suara ketukan sepatu hak tinggi milik Bu Devi yang menjauhinya membuat Luna menangis semakin keras. Dia meremas dada kirinya dengan sekuat tenaga, memukul-mukulnya untuk menghilangkan rasa sakit itu.

"Ya Allah, Bu. Astaghfirullah. Ya Allah. Yang sabar ya, Bu," ucap Peni dengan suara bergetar sambil membantu Luna untuk duduk kembali di kursi roda.

"Memangnya aku salah kalau aku berusaha untuk menyenangkan hati suamiku, Mbak? Kenapa aku malah dianggap pelacur? Aku pengen membuat Mas Lingga senang, Mbak," ucap Luna di sela-sela tangisnya.

Peni mengusap matanya melihat perlakuan Kalingga dan Bu Devi terhadap Luna. Perempuan itu melihat semuanya sejak tadi dan tidak berani menghampiri. Sudah sejak lama Peni menyaksikan perlakuan Kalingga dan Bu Devi yang semena-mena terhadap Luna.

"Kenapa mereka jahat, Mbak? Memangnya orang miskin nggak boleh mencintai suaminya sendiri?" Luna menangis semakin keras.

"Orang kaya memang begitu, Bu. Kita ini cuma orang miskin yang nggak punya kuasa apa-apa. Ibu yang sabar ya," jawab Peni sambil membalas pelukan dari Luna di pinggangnya.

Selalu seperti ini. Setelah Luna dihina habis-habisan oleh Bu Devi, Peni akan memeluk Luna seperti adiknya sendiri.

"Kenapa mencintai suami bisa sesakit ini? Kenapa Engkau menciptakan rasa cinta ini untuk Mas Lingga, Tuhan? Kenapa Kau menumbuhkan benih-benih cinta jika memang dia bukan jodohku?"

Peni melepaskan pelukannya dan memungut uang yang berhamburan di lantai dengan tangan gemetar. Wanita itu ikut menangis. Ternyata menikah dengan orang kaya tidak seindah di film atau novel. Mereka akan tetap mencari yang sepadan.

"Ini uangnya, Bu," kata Peni dengan wajah iba melihat Luna yang mengenaskan.

Luna menggeleng dan mendorong uang itu. "Ambil buat kamu aja, Mbak. Aku bukan pelacur."

Peni menggeleng. "Ibu bukan pelacur. Dalam agama, itu adalah kewajiban istri melayani suami. Jangan dengarkan apa kata mertua anda, Bu. Ini, simpan uang ini."

"Nggak, Mbak. Buat kamu aja uangnya," kata Luna bersikeras menolak.

"Bu, dengarkan saya. Anggap saja ini sebagai rejeki meskipun caranya menyakitkan. Simpan uang ini untuk pegangan di masa depan. Jika sewaktu-waktu Pak Kalingga membuang ibu, pasti membutuhkan biaya untuk bertahan hidup. Uangnya bisa buat modal buka usaha di kampung. Anggap aja ini rejeki dari Allah."

Meskipun perkataan Peni sedikit menyakitkan, tapi ada benarnya juga. Dia tidak akan selamanya menjadi istri Kalingga. Cepat atau lambat, semuanya akan terbongkar. Dia tidak akan bisa berpura-pura lumpuh lagi.

"Ya sudah, Mbak. Makasih," kata Luna dengan suara serak.

"Luna! Uang apa itu?"

Related chapters

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 4

    "Luna! Uang apa itu?"Luna buru-buru menyembunyikan uang itu di belakang punggungnya."Sofia? Hari ini jadwalku terapi ke dokter Irfan. Kenapa kamu ke sini?" tanya Luna gugup.Dia melirik Peni yang buru-buru pergi begitu Sofia semakin mendekat."Perasaanku nggak enak, jadi aku ke sini. Kamu habis nangis? Kalingga ngapain kamu lagi?" cecar Sofia dengan mata menyelidik."Eh? Nggak kok. Aku tadi cuma keinget almarhum ayah aja makanya nangis." Luna buru-buru mengusap air mata di wajahnya."Aku tadi melihat ibu mertuamu dari rumah ini, makanya aku nungguin dia keluar dulu. Kamu habis dimaki-maki lagi sama dia? Kali ini soal apalagi?"Luna langsung mengalihkan pandangannya dan kembali memakan sarapan yang belum habis."Sarapan dulu yuk. Mumpung Mbak Peni masak banyak lauk. Ini tumis udang buatanku loh," kata Luna mengalihkan perhatian.Dia hanya tidak mau Sofia histeris kalau tahu apa yang diucapkan oleh Kalingga dan Bu Devi tadi. Sudah bisa dipastikan bahwa Sofia akan memaksanya untuk berp

    Last Updated : 2024-11-12
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 5

    "Kamu kenapa? Makanannya nggak enak? Apa perlu kita pindah restoran?" tanya Sofia dengan wajah khawatir.Luna buru-buru menggeleng. Tidak mungkin dia sangat tidak tahu diri meminta Sofia untuk pindah ke restoran lain, sedangkan restoran ini sudah yang paling mewah dan mahal."Enak kok. Seharusnya kamu nggak perlu membawaku ke tempat ini, Sof. Jangan buang-buang banyak uang cuma buat makan. Apalagi buat...aku," ucapnya lirih di akhir kalimat.Sofia tentu saja menatapnya tak suka. Wanita itu sangat membenci responnya yang seperti itu. "Bisa nggak sih kamu berhenti merendahkan diri kamu sendiri? Memangnya kenapa kalau aku buang-buang duit buat kamu? Bukan karena kamu sekarang yatim piatu. Dulu waktu Pak Sakur masih hidup, aku tetap beliin kamu ini itu kan? Itu nggak seberapa dibandingkan dengan kebaikan ibu kamu mendonorkan hati dan paru-parunya buat mama setelah meninggal."Luna menggenggam tangan Sofia yang matanya mulai berkaca-kaca. Ibunya memang sebaik itu. Sebelum meninggal dalam

    Last Updated : 2024-11-13
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 6

    "Eh, sorry aku nggak sengaja denger percakapan kalian," ucap Renata.Luna langsung menunduk dan mencuci tangannya, tidak ingin melihat wanita itu lagi. Pantas saja Kalingga ingin cepat-cepat bercerai darinya. Renata benar-benar cantik karena make-up mahal dan perawatan tubuh yang pastinya juga mahal."It's okay," jawab Sofia dengan wajah datar.Mereka hanya diam ketika Renata pergi dari toilet."Cih! Yang kayak gitu digilai sama Kalingga? Tipe-tipe cewek terlalu friendly sama semua cowok. Kok mau sih suami kamu sama WC umum kayak dia?" cibir Sofia."Hush, jangan gitu, Sof. Aku memang nggak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia," ujar Luna. "Kita keluar dari sini ya. Aku mau istirahat di rumah. Kakiku masih belum bisa lama-lama berdiri."Sofia memutar matanya. "Dibandingkan dengan kamu, jelas lebih cantik kamu lah. Cantiknya Renata itu biasa aja, ketolong make-up mahal. Kamu nggak pake make-up aja udah cantik."Luna tidak mempedulikan ocehan Sofia. Dia menarik tangan wanita itu agar s

    Last Updated : 2024-11-19
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 7

    "Bu, kok perasaan saya nggak enak ya?" kata Peni ketika mereka sampai di mansion keluarga Wisnuwardhana.Mansion yang dihuni oleh 3 pasang suami istri beserta anak-anaknya dan 1 kepala keluarga yang memimpin, kakek Ageng Wisnuwardhana."Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh, Mbak," balas Luna dengan sikap tenang, padahal hatinya gelisah bukan main.Ada dua mobil yang terparkir di halaman mansion yang luas, mobil Kalingga dan entah mobil siapa lagi. Mungkin tamu. Tapi Luna tidak peduli. Tujuannya ke sini adalah untuk menemui suaminya.Peni mendorong kursi rodanya memasuki halaman mansion sampai akhirnya tiba di teras yang luas. Kedua paman Kalingga sedang berbincang di kursi dengan serius, sampai mereka menyadari kehadiran Luna.Om Anton dan Om Danu terlihat gugup dan salah tingkah. Mereka saling lirik sebelum akhirnya tersenyum pada Luna. Kedua pria itu memang tidak ikut campur dengan pernikahan keponakannya. Berbeda dengan istri-istri mereka."Eh, Luna? Tumben kamu datang ke sini, Nak?

    Last Updated : 2024-11-20
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 8

    Sudah jam 12 malam, tapi Luna belum bisa memejamkan mata. Dia sudah mondar-mandir untuk membunuh waktu sekaligus melatih kedua kakinya agar terbiasa berjalan, namun Kalingga tetap saja belum pulang.Dia teringat dengan adegan yang dilihatnya sebelum keluar dari mansion dengan hati hancur dan air mata berderai.Kalingga memeluk Renata dan mereka berciuman. Dia masih sangat ingat bagaimana tangan wanita itu mencengkeram lengan suaminya, sementara tangan lainnya mencengkeram rambut Kalingga.Bayangan bibir mereka saling melumat membuat hatinya perih bukan main. Dia menghentikan langkah sambil berpegangan pada sandaran sofa. Ternyata rasanya sesakit ini. Pantas saja banyak istri yang lepas kendali ketika mengetahui suami mereka berselingkuh.Apakah mereka sengaja pamer kemesraan di depannya? Apakah Kalingga sengaja ingin menunjukkan padanya bahwa wanita yang pria itu inginkan adalah Renata? Bahwa Luna hanyalah pengganggu bagi hubungan mereka dan seharusnya pergi?"Bu, kenapa belum tidur j

    Last Updated : 2024-11-21
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 9

    Tubuh Luna langsung membeku. Teringat dengan pertemuan mereka di toilet restoran yang ada di Palace Hotel. Renata yang melihat reaksinya langsung tersenyum miring."Bagaimana jika Kalingga tahu kalau kamu berpura-pura lumpuh, padahal sebenarnya kamu udah bisa jalan?" Renata menatapnya dengan tatapan mencemooh, lalu berdecak. "Nggak nyangka ya, ternyata gadis miskin kayak kamu tuh aslinya licik. Aku jadi curiga kamu sama ayahmu udah merencanakan ini semua biar bisa masuk ke keluarga Kalingga.""Jaga mulut kamu, dasar jalang!" teriak Luna marah.Ingin sekali dia merobek mulut perempuan itu dan meninju wajah penuh make-up itu berkali-kali, tapi tentu saja akan membuatnya berada dalam masalah di kemudian hari."What? Kamu manggil aku jalang?" Renata pura-pura terkesiap sambil menutup mulut. "Nggak kebalik ya?"Kedua tangan Luna terkepal."Perlu aku ingatkan lagi siapa yang masuk ke dalam hubunganku dan Kalingga di sini? Siapa yang tiba-tiba datang dan merusak hubungan kami? Seharusnya aku

    Last Updated : 2024-11-22
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 10

    Sudah 10 menit Luna duduk di hadapan dokter Irfan, namun pria itu hanya menatapnya dengan pandangan seperti menganalisis. Luna sendiri tidak bereaksi seperti sebelumnya ketika dia masih kukuh mempertahankan Kalingga dengan alasan cinta."Sepertinya kamu udah siap untuk meninggalkan keluarga Wisnuwardhana," ucap Irfan akhirnya.Luna tidak menanggapi. Dia hanya fokus pada kesembuhannya. Kedatangan Renata dan ketidakpulangan Kalingga membuat hatinya begitu sakit sekaligus marah.Dia akan membuktikan pada mereka bahwa dia bukanlah Luna yang bodoh hanya karena mencintai Kalingga. Dia tidak akan lagi mengemis-ngemis cinta pria itu. Jika Kalingga tidak menginginkannya, maka dia akan mengabulkannya. Meskipun hatinya masih perih karena rasa cinta itu masih tertanam di hatinya, dia tidak akan kalah. Dia bisa hidup tanpa bergantung pada Kalingga."Renata sering menginap di mansion. Sepertinya pernikahan itu memang akan terjadi.""Bisakah anda hanya fokus membahas tentang perkembangan kaki saya?

    Last Updated : 2024-11-23
  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 11

    Luna tidak tahu kenapa Ajeng dan wanita yang dipanggil "Mami" itu terkejut bukan main begitu dia menyebutkan nama ibu mertuanya. Dia mendongak untuk meminta penjelasan pada Elang yang bersikap biasa saja."Mi, kok aku kayaknya pernah denger nama itu ya?" tanya Ajeng bingung."Ck, Devi temennya Widya. Masa kamu lupa sih? Dulu pasti dia ikut-ikutan jelek-jelekin kamu kan karena hasutan Widya?" jawab wanita itu, Dahlia Braun, ibu mertua Ajeng.Sementara mereka sibuk mengobrol, Luna memilih untuk duduk di sofa karena kakinya terasa capek. Baru seperti ini aja sudah lelah, bagaimana bisa Irfan memaksanya untuk pergi jauh dari kota ini?"Sebentar, maksudnya gimana kok Devi bisa dipanggil ibu mertua?" Bu Dahlia menatap Luna yang sedang memijit kakinya. Wanita itu menyipitkan mata."Luna ini kan menantunya, Mi.""Yang bener kamu? Berarti istrinya Kalingga dong? Kok bisa?" tanya Bu Dahlia tak percaya, lalu kembali menatap Luna. "Bukannya Kalingga baru mau menikah ya? Tadi aja aku ketemu Devi s

    Last Updated : 2024-11-24

Latest chapter

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 60

    Baru kali ini Luna merasa malu bukan main. Wajahnya memerah sampai ke telinga. Dia terus menunduk dan enggan menatap ke arah Kalingga yang tengah menatapnya dengan senyum menggoda meskipun wajahnya mulai bengap.Jadi...jadi percintaan mereka itu bukanlah mimpi? Ternyata memang benar terjadi, namun Luna dengan bodohnya malah menganggap itu semua cuma mimpi. Dia menggigit bibir bawahnya karena malu luar biasa. Teringat betapa liar dan nakalnya dia terhadap tubuh Kalingga.Dia bahkan masih ingat betul dengan kata-kata kotor yang dia ucapkan ketika pria itu memasuki tubuhnya. Siapa sangka? Ternyata Luna diam-diam begitu nakal dan tak segan-segan untuk memuji barang berukuran ekstra itu..."Kamu tetap nggak bisa lagi menyentuh adikku. Aku melarangmu untuk mendekatinya lagi!" ucap Nathan untuk yang kesekian kalinya."Lho, kan Luna yang minta. Aku tadi cuma menuruti keinginan dia yang minta dipeluk sampai nangis-nangis semaleman. Ya aku turutin lah. Terus dia yang minta dikelo...""Mas Lingg

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 59

    Luna tidak mengerti kenapa dia sangat merindukan Kalingga, padahal dia begitu membenci laki-laki itu. Dia tidak mau terus-terusan memikirkan pria bajingan yang telah menabrak ayahnya sampai meninggal, tapi hatinya tidak bisa berbohong.Semakin dia membenci Kalingga, semakin dia merasa rindu pada pria itu. Apakah dia termasuk masokis? Padahal Kalingga telah menghina dan merendahkannya."Mas Lingga...hiks...aku kangen," gumamnya di sela-sela mimpinya.Dia bermimpi bertemu dengan pria itu. Sejak kemarin malam setelah pulang dari mall, Luna terus menangis karena perasaan yang tidak dia mengerti. Rasanya rindu, tapi juga benci. Tapi dia ingin dipeluk oleh lelaki itu. Kenapa ribet sekali?Dalam mimpi itu, Kalingga begitu baik dan murah senyum. Berbeda sekali dengan aslinya yang dingin dan cuek. Benar-benar menyebalkan. Luna menyambut Kalingga versi mimpi dengan senang hati. Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, karena dia bisa berbuat sesuka hati tanpa perlu dimarahi atau dibentak-bentak.Ke

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 58

    Renata menggigil ketakutan mengingat sorot mata abu-abu dingin yang seakan-akan hendak membekukannya. Pria kaukasoid yang entah siapa tiba-tiba datang dan hanya mengucapkan beberapa kalimat, namun mampu meruntuhkan segala keangkuhan yang selama ini menjadi ciri khasnya."Semua perbuatan ada konsekuensinya. Tapi balasan yang kamu tanggung, akan berkali-kali lipat lebih menyakitkan..." Pria itu berucap, lalu mencondongkan tubuhnya. "Daripada sekedar goresan di lengan perempuan yang kamu anggap pengganggu."Brak!Renata memekik ketakutan sambil menutupi kepalanya. Dia meringkuk di pojokan sel. Setelah kedatangan pria berkulit putih itu, tiba-tiba saja Renata dipindahkan ke kamar lain yang lebih sempit dan hanya dihuni oleh dirinya dan satu orang lain.Satu orang napi dengan wajah dingin dan judes, seorang wanita yang lebih muda dari Renata, terlihat seperti ingin memakannya hidup-hidup."Seharusnya kamu menggunakan otakmu sebelum bertindak. Katanya kamu lulusan S2?" Wanita itu mendengkus

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 57

    "Lebih cepat lagi bisa Ron?" tanya Kalingga tak sabar."Jalannya rame begini, Bos. Kalo nabrak, malah makin lama kejebak di sini," jawab Roni santai.Setelah mendapatkan peringatan dari Kakek Ageng, Kalingga tidak mau lagi menunda-nunda waktu untuk menjemput Luna.Ternyata, masalah yang mereka hadapi tidaklah sesederhana itu. Kelakuan Arjuna yang membuat Luna lumpuh dijadikan sebagai alasan oleh Ethan Wilson, keponakan Noah Wilson, untuk menyerang keluarga Wisnuwardhana."Sejak awal, Kakek tidak sesantai seperti yang kamu kira, Nak. Ada banyak harga yang harus kakek bayar untuk mempertahankan perusahaan yang kakek rintis dari nol. Termasuk mengasuh Luna. Tapi sayang, kakek terlalu sibuk dengan perkembangan pesat perusahaan, sampai-sampai kakek lalai terhadap Luna," ucap Kakek Ageng sebelum Kalingga menyusul Luna."Si Wahyu sama Firman udah ngasih kabar lagi belum? Laki-laki Rusia itu belum ketemu Luna kan?" tanya Kalingga dengan hati was-was.Mereka kini memasuki jalan tol. Roni menam

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 56

    Kalingga langsung memasuki mobil karena sudah tidak sabar untuk segera menjemput perempuan muda yang semakin lama semakin memenuhi hati dan pikirannya.Sejak kepergian Luna setelah penyerangan Renata, Kalingga merasa hatinya terus saja gelisah. Dia sudah akan menyusul perempuan itu, tapi Irfan terus menghalanginya."Jika kamu nekat menemui Luna dan belum menyelesaikan masalahmu dengan Renata, maka seumur hidup mantan kekasihmu itu akan terus menjadi batu sandungan. Wanita bisa menghancurkanmu dengan fitnahnya, dan publik akan lebih percaya pada omongan perempuan."Kalingga mendadak takut. Sudah banyak kasus salah tangkap karena perempuan, padahal orang tersebut tidak mengenal si perempuan. "Sialan! Kenapa juga aku berhubungan dengan Renata dulu? Apes bener hidupku," maki Kalingga waktu itu.Terpaksa dia harus membiarkan Luna dibawa pergi darinya. Ditambah dengan penjelasan dari Kakek Ageng, sekarang Kalingga semakin tidak ingin melepaskan Luna. Bukan karena ada harta ayah kandung Lun

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 55

    "Ampun! Ampuni aku! Tolong jangan lukai kakiku! Aku mohon! Mamaaaaaaa!"Jeritan Arjuna tidak membuat sosok tinggi besar bermata abu-abu itu berbelas kasihan sedikitpun. Wajahnya datar dan sorot matanya dingin. Sebelah tangannya memegang tongkat pemukul baseball dadi besi."Tolong jangan sakiti anak saya, Tuan. Anak saya nggak bersalah," mohon Sinta dengan air mata berderai.Wanita itu tidak berdaya karena sekujur tubuhnya babak belur dan wajahnya sudah tidak karuan bentuknya. Pengawal Kakek Ageng hanya berdiri diam mengamati, sama sekali tidak menolong dua orang yang dulu begitu jumawa karena menyandang nama belakang Wisnuwardhana."Kaki dibalas kaki. Mata dibalas mata. Kalian tertawa bahagia ketika Luna bersimbah darah tak berdaya dengan kedua kaki tak berfungsi," ucap sosok itu dingin."Aarrggghhhh!"Arjuna menjerit sekuat tenaga ketika tongkat besi itu kembali dipukulkan ke kedua pergelangan kakinya. Tulang-tulangnya patah dan darah keluar dari luka yang tercipta akibat hujaman ton

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 54

    Berbicara mengenai Renata, wanita itu kini tampak menyedihkan dengan baju tahanan berwarna oranye. Setiap hari, dia terus mengumpati Luna, Kakek Ageng, dan Kalingga karena menggagalkan rencana yang sudah disusun matang.Harapannya untuk dibantu oleh Bagas agar secepatnya keluar dari sini pupus sudah, karena pria itu juga ikut ditangkap. Pengacara yang dikirimkan oleh ayahnya pun tidak becus untuk membebaskannya dari sini."Ada bukti dan saksi mata yang memberatkan mu. Selain itu, di tubuh Luna ternyata dipasang kamera tersembunyi yang merekam semua percakapan dan perbuatanmu di toilet perusahaan. CCTV kantor juga menangkap keberadaanmu di sana setelah Luna masuk ke toilet dan keluar dalam keadaan tak sadarkan diri di gendongan Bagas. Kamu ceroboh, Renata."Perkataan pengacara itu masih terus terngiang di telinganya. Dia terlalu gegabah dan terburu-buru, padahal seharusnya dia tidak perlu ikut campur. Cukup Bagas saja yang mengeksekusi, dan dia tetap bersikap manis di depan Kalingga.T

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 53

    Luna menerima panggilan dari nomor asing yang ada di ponsel yang masih terlihat baru. Dengan ragu mendekatkan ponsel itu ke telinganya."Halo?"[Mbak Luna? Saya Cokro, pengacara keluarga Bapak Erwin. Mau memberitahu soal perkembangan gugatan cerai mbak ke Pak Kalingga Wisnuwardhana.]"Eh? Iya, Pak Cokro. Jadi gimana?" tanya Luna penasaran. Dia sudah mengenal Pak Cokro, dan semakin akrab setelah proses adopsi yang dilakukan oleh ayah Erwin.[Begini, Mbak. Gugatan Mbak Luna ditolak oleh hakim karena bukti-bukti perselingkuhan Pak Kalingga bisa dipatahkan oleh pengacara Pak Kalingga. Suami anda tidak terbukti berselingkuh.]"Apa? Ya nggak bisa gitu dong! Udah jelas-jelas dia menghamili Renata terus nikahin perempuan itu. Kok bisa bukti sejelas itu malah ditolak sama hakim?"[Ya karena memang buktinya tidak valid, Mbak. Selain tuduhan berselingkuh, tidak ada alasan lain untuk menggugat Pak Kalingga, karena selama ini beliau memenuhi kebutuhan lahir dan batin anda serta tidak pernah melaku

  • BERLIAN YANG DICAMPAKKAN    Bab 52

    "Mbak Rita kemana, Bu?" tanya Luna ketika tidak mendapati siapapun saat keluar dari kamar sehabis sarapan.Nathan terpaksa harus kembali ke ibukota karena banyaknya pekerjaan yang menuntut kehadirannya, sedangkan Teguh sibuk melapor lewat telepon kepada atasannya."Panggil Mbok Tini aja, Mbak. Non Rita masih ke minimarket beli susunya Axel," jawab Mbok Tini, perempuan yang Luna kira ibunya Rita.Luna meregangkan tangannya dan menghirup udara segar yang terasa menyejukkan."Ini daerah mana ya, Mbok? Kok masih adem dan seger gitu udaranya.""Batu, Mbak. Di sini memang agak jauh dari kota, jadi nggak terlalu rame. Tapi kalau mau beli sesuatu atau makanan, banyak yang jualan kok di depan gang. Jaman sekarang, semua orang jadi ikut-ikutan jualan. Maklum, banyak yang kena PHK gara-gara covid dulu," jelas Mbok Tini sambil terus mengawasi Axel yang asyik bermain tanah di depan teras.Luna manggut-manggut. Memang benar apa yang dikatakan oleh wanita seumuran Bu Citra itu. Jaman sekarang, menca

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status