Beranda / Romansa / BENIH 2 MILIAR / PoV Naya : Pengakuan

Share

PoV Naya : Pengakuan

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Golongan darah saya juga AB negatif."

Kulihat wanita dengan cardigan putih dan rambut yang dikucir itu berjalan menghampiri kami. "Tunjukkan di mana ruang tranfusinya!"

"Maaf, kalau boleh tahu ibu siapanya, ya?" Dokter bertanya untuk memastikan.

Sejenak pandangan wanita yang sama cantiknya dengan Nindi itu beredar, menatap satu per satu dari kami, lantas menjawab dengan tegas. "Saya ibunya, Dok. Melani Pertiwi!"

***

Setelah kedatangan Bu Melani yang secara tiba-tiba menambah kelam atmosfer yang terjadi di rumah sakit ini. Perang dingin antara Roy dan Bang Khalid terus terjadi. Bahkan sampai jam dua dini hari ini nyaris tak ada percakapan di antara kami. Harap-harap cemas kami semua masih menunggu perkembangan kondisi Nindi sampai selesai transfusi.

"Bu, Pak? Apa tidak ada yang mau menengok bayinya lebih dulu?" Seorang perawat tiba-tiba datang menghampiri.

Aku dan Bang Khalid bersitatap, sesudahnya kami mengangguk bersamaan.

"Kebetulan bayinya juga belum sempat di-adzani," tambah pera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Egois

    Di ruangan steril yang hanya menyisakan aku seorang. Kutatap bayi perempuan yang bergerak gelisah dalam kotak inkubator. Jemari mungil itu bergerak-gerak lucu. Bayi yang baru selesai di-adzani dan belum sempat diberi nama itu seperti mencari-cari susu.Rekah senyum di bibirku melebar, meski sesak yang masih tersisa belum juga usai. Kuseka air mata yang berkali-kali menetes tanpa sadar. Setidaknya sakit yang terus-menerus menghunjam dada ini sedikit terbayar kala menatap bayi mungil yang sudah lama kunantikan.Dia akan jadi penawar luka, penghapus air mata, penghibur derita, kala hidup yang akan kujalani nantinya tak lagi sama.Kurasakan sebuah pergerakan di belakang, suara derap langkah terdengar, dan sosok itu akhirnya berdiri di sebelah."Bu Melani?" Kutatap wanita berusia awal empat puluhan itu. Dia hanya geming menatap bayi di hadapan."Saya pikir satu-satunya kesalahan terbesar saya hanyalah menuruti nafsu sesaat dan memutuskan menjalin hubungan dengan suami orang. Saya pikir me

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Tekanan

    Setelah Nindi dinyatakan koma, rumah sakit menyarankan untuk merujuknya ke RSCM, Jakarta Pusat yang hanya berjarak kurang lebih setengah jam dari Kemayoran. Hampir 2 x 24 jam semua pihak terkait dibuat terjaga siang dan malam melakukan segala tindakan agar Nindi mampu diselamatkan. Terlepas dari itu, ada bayi prematur berusia dua hari yang juga dipindahkan untuk mendapatkan penanganan khusus karena tubuhnya yang rentan. Dia diletakkan di ruang neonatal intensive care unit (NICU).Dokter bilang pemberian Asi yang memadai diperlukan untuk mempercepat pemulihan bayi prematur. Mendengar penjelasan itu aku jadi merasa bersalah dengan apa yang kukatakan tempo hari. Karena dalam ketidaksadarannya Nindi masih sangat beguna untuk menunjang kehidupan bayi kami.Bayi perempuan yang sebenarnya lahir sehat dengan bobot dua kilogram itu kami beri nama Fatina Alwadiea Rizqi yang artinya perempuan titipan pembawa rezeki. Sejak kemarin pengurusan akta kelahiran sudah mulai dilakukan dengan tentu saja

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Tak Sesuai Harapan

    Tiba di rumah kami disambut Neli. Fatina langsung dipindahkan ke kamarku dan Bang Khalid yang sudah difasilitasi dengan box bayi berstandar khusus yang direkomendasikan dokter ahli. Bayi prematur yang butuh perhatian khusus agar menjaga kestabilitasan tubuhnya yang rentan. Sementara Papa pamit untuk mengurus beberapa keperluan selama kami tinggal di Jakarta dalam kurun yang belum bisa ditentukan."Kalau Nindi udah sadar, kayaknya kalian bisa pindah ke rumah yang lebih besar. Atau bisa juga Naya yang pindah, nanti biar Khalid yang pulang-pergi." Tiba di kamar, aku sudah dihadiahi dengan celetukan Mama yang terasa menohok hati."Loh, harusnya sesuai kesepakatan, pernikahannya diakhiri. Bayinya, kan udah lahir," sahut Bunda menimpali."Sejak awal kita nggak pernah setuju dengan kesepakatan itu Bu Siska. Lagian Fatina butuh Asi ekslusif sampe usia dua tahun. Sejauh ini saya liat anak-anak juga adem-adem aja. Iya, kan, Nay?" Aku terbungkam begitu Mama melempar pertanyaan."Mana ada adem-a

  • BENIH 2 MILIAR   Saling Mengerti

    Entah setan apa yang telah merasuki Naya? Setelah menyumpahiku mati, kali ini dia ingin mencabut alat-alat yang menunjang kehidupanku di ruangan ini.Caranya yang amatir membuatku yakin bahwa sebenarnya dia ragu, ragu dengan apa yang terjadi, ragu dengan keputusan yang dia ambil sendiri.Kecemburuan telah membuatnya lupa, kecemburuan telah membuatnya menutup mata, hati, dan telinga. Bahwa sekeras apa pun usahanya untuk menyingkirkanku, tak akan pernah bisa mengubah takdir yang Maha Kuasa."Ma-u a-pa, Na-y?"Sontak tangan itu dia tarik paksa. Gemetar bukan hanya jari tapi juga sekujur tubuhnya saat ini. Secepat tangisan Naya yang akhirnya pecah, secepat itu pula Khalid tiba bersama dengan tim medis untuk memeriksa.Mungkin Naya tidak tahu, bahwa sebelum dia datang Khalid sudah lebih dulu menyadari bahwa tanpa-tanpa kesadaranku sudah terjadi. Setelah Khalid selesai membaca Surat Yasiin aku bisa menggerakan kedua jari, tapi memang belum bisa membuka mata ini.Begitu lelaki itu pergi, Nay

  • BENIH 2 MILIAR   Kehidupan Pernikahan yang Diimpikan

    Seperti plester yang digunakan untuk menutup luka. Sebisa mungkin kututupi lubang-lubang kecil yang menganga di hati pasangan suami-istri Khalid-Naya. Kubunuh jarak membentang yang semula membatasi mereka. Kuikat kembali tali simpul yang semula mengendur.Lagi-lagi dan lagi, semua tak mudah, mungkin tak akan pernah mudah untuk dijalani. Berkian kali kuredam ego dalam diri, berkian kali kutekan perasaan terbakar saat mempersilakan keduanya untuk menghabiskan banyak waktu bersama dengan sang buah hati.Sampai di hari ke empat puluh ini. Semua mulai berjalan semestinya.Kekeluarga yang diimpikan masing-masing dari kami. Kehidupan poligami yang harmonis itu akhirnya benar-benar terjadi.Dari kamar di lantai atas, aku turun ke bawah menuju kamar Khalid dan Naya.Tok! Tok! Tok!Kuketuk pintu yang menjulang di hadapan."Masuk aja, Nin!" Terdengar suara Naya dari arah dalam.Setelah mendengar persetujuan, kubuka pintu perlahan, dan masuk ke dalam."Kirain lagi nggak pada pake baju," candaku.

  • BENIH 2 MILIAR   Berusaha Merelakan

    Semua tamu sudah berkumpul di acara pengajian yang langsung dibuka ustaz setempat. Semua prosesi berjalan lancar sampai tiba di proses pemotongan rambut."Nin ...." Naya memintaku untuk menemani Khalid saat prosesi. Namun, aku memilih menarik diri dan masuk ke barisan tepat di samping Roy."Kamu aja!" Aku tersenyum simpul dan mendorongnya pelan agar lekas mendampingi lelaki itu.Pancaran kebahagiaan terlihat di matanya. Sebelum pergi Naya sempat bergumam. "Terima kasih."Aku mengangguk, dan nanar menatap mereka yang mulai memutari jamaah pengajian yang dipimpin Pak Ustaz.Entah sudah berapa kali aku mengalah dalam situasi-situasi seperti ini. Tak terhitung jari nyeri bercampur sesak yang terasa di tiap kalimat yang terucap ikhlas."Sumpah, gue muak sama semua ini," celetuk Roy tiba-tiba. Aku menoleh dan mencubit perutnya."Berisik.""Lu, tuh cewek tersinting yang pernah gue kenal."Aku terkekeh. "Gue suka panggilan itu.""Dasar sarap. Otak lu pindah ke mana, sih, Nin?""Emang kapan g

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Tiba-Tiba Menghilang

    Tok! Tok! Tok!"Nay! Naya!"Aku bangkit setelah melipat sajadah saat mendengar suara gedoran pintu yang diiringi suara panik Bang Khalid terdengar memanggil.Setengah berlari, kuburu pintu dan bergegas membukanya."Ada apa, Bang?" Di balik pintu, kulihat Bang Khalid berdiri mondar-mandir dengan penampilan yang berantakan. Kausnya bahkan terbalik dengan sarung yang hanya dia ikat asal."Nindi, Nay ... kamu liat Nindi nggak?"Aku mengerutkan kening."Loh, bukannya Nindi tidur sama Abang?""Iya, tapi pas bangun tadi dia tiba-tiba ilang." Bang Khalid mengacak rambut frustrasi."Ilang gimana maksud Abang?" "Semua barangnya nggak ada di lemari, Nay. Koper-kopernya juga nggak ada!"Deg!"Ada apa ini?" Mama dan Papa yang kebetulan menginap semalam, langsung keluar dari kamar tamu begitu mendengar keributan, tak terkecuali Neli dan juga Bunda yang baru keluar dari kamar mandi."Nindi nggak ada di mana-mana, Pa. Khalid udah cari ke seluruh penjuru rumah," tutur lelaki itu."Kok, bisa? Kalian

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Catatan yang Ditinggalkan

    Satu-satunya harapan kita kandas ketika menemui indekos yang sempat Nindi tinggali sudah ditempati orang lain. Club dan rumah Roy serta Bu Lala sudah terjual. Sementara Bu Nia dan Nana memilih bungkam.Papa dan Mama bahkan sudah mengabari bahwa tak ada nama penumpang atas nama Nindia Putri entah darat, laut, maupun udara. Lebih parahnya lagi sama sekali tak ada nomber yang bisa dihubungi. Semua seolah sudah diblokir satu arah. Tak ingin menyerah terlalu dini, aku dan Bang Khalid terus memutari Jakarta seharian. Sampai kami lupa bahwa perut sama sekali belum terisi makanan.Sore menjelang, tujuan terakhir kami adalah bank. Tempat di mana selama ini Nindi menyimpan semua uangnya. Sebagai nasabah prioritas aku yakin bank punya informasi bila tiba-tiba terjadi pemindahan saldo pada akun rekening baru yang kemungkinkan juga memuat alamat baru.Namun, tiba di depan teller, setelah kami memperkenalkan identitas diri. Pil pahit itu kembali harus ditelan, ketika teller mengatakan,"Bu Nindia

Bab terbaru

  • BENIH 2 MILIAR   Kebahagiaan Sebenarnya

    "Silakan diminum dulu, Mas. Mumpung masih hangat." Mulut Khalid terbuka setengah, matanya nyaris tak berkedip saat mengitari seisi rumah mewah ini. Dia bahkan tak menanggapi seorang perempuan bercadar yang tengah hamil besar, sedang menyodorkan minum padanya.Di sebuah rak khusus dia melihat tumpukan brosur catering dan dekorasi, matanya juga tak berhenti menatap foto-foto pernikahan Roy yang terpajang di beberapa titik dalam ruangan. Saat melihatnya ternyata Khalid juga baru ingat kalau 'Berkah catering & decoration' adalah perusahaan WO yang sedang naik daun beberapa tahun belakangan. Jasanya banyak digunakan artis dan orang-orang penting, karena harga, rasa, kualitas, serta pelayanannya yang sama sekali tak mengecewakan."Kenalin, ini istri saya Ainun!" Ucapan Roy membuat Khalid kembali tersadar. Dia menatap pria yang tak percaya akan menyambutnya selayaknya tamu, setelah apa yang terjadi pada sahabat baiknya sewindu lalu.Namun, tak bisa dipungkiri. Tatapan Roy terlihat begitu taj

  • BENIH 2 MILIAR   Trauma dibayar Karma

    Roy berdiri terpaku di dekat brankar yang ditempati Nindi pasca persalinan yang perempuan itu jalani. Kedua tangannya terkepal, sementara air matanya terus mengalir memerhatikan perempuan yang berkaca-kaca menatap kedua bayi kembarnya dalam gendongan.Seolah masih lekat dalam ingatan Roy fakta demi fakta yang Nindi ungkapkan seiring dengan perutnya yang semakin membuncit"Setelah keguguran gue dan Bang Khalid pisah ranjang kurang lebih satu bulan, jadi sebelum sidang putusan cerai gue bisa dengan mudah mengidentifikasi dari mana benih yang mulai tumbuh di rahim gue berasal. Lucunya hidup ini ketika akhirnya gue sadar tengah mengandung anak dari keparat yang udah gue enyahkan. Kebetulan di hari yang sama saat tragedi itu terjadi, ternyata gue lagi ovulasi." Nindi menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Entah anugerah atau kutukan ketika Tuhan memberikan gue kesuburan, meski hanya dengan satu atau dua kali penetrasi ... benih-benih janin yang tak diinginkan tumbuh dengan mudah di r

  • BENIH 2 MILIAR   Memulai Hidup Baru

    Di sebuah desa kecil yang terselip di antara gemerlap hijaunya alam, anak-anak kecil berlarian di bawah langit senja, gembira dan bersemangat mengikuti tradisi yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Mereka melantunkan sholawat sembari menyusuri jalan berkerikil dengan langkah kecil yang penuh semangat menuju masjid terdekat.Di sela-sela ladang hijau yang melambai-lambai sejalan dengan angin, para petani yang menjadi mata pencaharian utama di desa, juga terlihat berbondong-bondong pulang dari ladang membawa hasil panen yang diangkut menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, maupun gerobak melewati jalan utama. Peluh, lapar, serta dahaga tak lagi dirasa mengingat ada sebuah keluarga yang menunggu untuk disambung hidupnya."Mas Roy! Wes mandi langsung ke masjid ae, ya! Ditunggu karo Budhe Lala buat buka puasa bersama!"Salah satu petani yang mengangkut hasil panennya menggunakan mobil bak terbuka langsung menyenggol sang sopir untuk menghentikkan laju kendaraannya."Sek, sek!

  • BENIH 2 MILIAR   Harga Sebuah Pengorbanan

    Konflik rumah tangga antara Khalid dan Nindi berakhir di meja pengadilan agama. Setelah tiga bulan serangkaian proses berjalan, kedu belah pihak tetap tak menemukan titik terang. Mereka sudah sepakat berpisah. Hari ini, 15 Desember waktu setempat, sidang putusan perceraian mereka berlangsung di Pengadilan Agama Batam. Pengunjung yang menghadiri kebanyakan didominasi oleh pihak keluarga penggugat. Semua orang yang memenuhi ruang sidang seolah tak bisa memalingkan pandangan dari kedua pasangan yang duduk di depan meja hakim. Pasangan suami istri yang pernah saling memiliki itu terlihat menunjukkan ekspresi yang berlawanan.Nindi duduk dengan tenang di sisi kanan, wajahnya menunjukkan ekspresi datar yang sulit diartikan. Namun, mata bulatnya seolah memancarkan kepedihan mendalam yang dengan sempurna dia tutupi dalam kebungkaman.Sementara di sisi kiri, Khalid duduk dengan tegang, di tempatnya dia tampak gelisah, bahkan tak henti menoleh pada sosok di sebelahnya. Rahang kokoh itu mengeta

  • BENIH 2 MILIAR   Keputusan

    Sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami-istri dan dua anak itu tengah menatap api unggun yang berkobar di depan tenda mereka. Warnanya berubah-ubah dari merah, putih, hingga oranye dengan menyebarkan kehangatan untuk orang-orang di sekelilingnya. Mereka terlihat bersuka-cita menghabiskan waktu akhir pekannya, meski hanya berkemah di belakang rumah.Suara riang sepasang anak yang hanya selisih kurang dari setahun itu memecah keheningan malam. Keduanya tampak bercanda dan berlari kecil mengelilingi api unggun. Derai tawa menggelora, kebahagiaan sederhana itu dirasakan mereka saat mengejar api kecil yang melompat-lompat dari perapian."Sayang, ya si Neli nggak ada di sini." Nindi menyenggol lengan Khalid saat keduanya tengah memerhatikan anak-anak yang asik bermain, sembari menusuki marshmallow yang siap dibakar."Bukannya lebih bagus kalau nggak ada Neli? Jadi, kita bisa bebas ngapain aja tanpa perlu denger sindirannya yang kadang bikin risi?" Khalid terkekeh sembari melingkark

  • BENIH 2 MILIAR   Mediasi

    Langit mendung menyelimuti kota Batam. Sebuah pemakaman yang tak biasa digelar, dihadiri oleh banyak kolega, teman-teman, bahkan sampai awak media. Mereka semua berkumpul untuk mengucapkan selamat jalan pada Vincent Benedict Tjahjono, pengusaha juga anak konglomerat yang telah berpulang akibat sebuah tragedi.Di tengah kerumunan, Khalid hadir, meski dia harus menjaga jarak dari keluarga mendiang. Dia tahu bahwa kedatangannya di sini adalah sebuah tindakan yang berani, mengingat situasi yang tengah dihadapinya. Namun, mengingat hubungannya dengan keluarga Vincent selama ini telah berjalan cukup baik, dia merasa perlu memberikan penghormatan terakhir.Mrs. Diane yang menyadari kehadiran Khalid di tengah kerumunan, mencoba menutupi kesedihan dan berniat menghampirinya dengan hati-hati agar tak disadari oleh sang suami.Begitu wanita paruh baya itu sampai di hadapan, Khalid langsung meraih tangannya."Bu, saya sangat menyesal atas apa yang terjadi," ucapnya dengan suara lirih dan Bahasa In

  • BENIH 2 MILIAR   Fitnah

    Hampir sebulan berlalu, proses visum sudah Nindi jalani setelah dia berhasil memberi keterangan yang meyakinkan pada pihak penyidik. Kemungkinan akan diadakan mediasi bila Vincent berhasil sadarkan diri.Hari-hari yang Nindi lewati tak berjalan semestinya. Nasibnya tak pasti, dia seperti ada di tepi jurang yang siap dilompati bisa seseorang dengan sengaja mendorongnya dari belakang. Perempuan itu seolah sudah pasrah dengan keadaan. Untuk sekarang Nindi hanya merindukan anak-anaknya, teman-teman juga waktu kebersamaan yang tak yakin bisa kembali dia lalui."Mbak, liat, Mbak!" Neli menepuk bahu Nindi. Dari balik jendela dia melihat sebuah mobil memasuki pelataran.Seketika semangat Nindi kembali saat melihat Khalid pulang setelah hampir dua minggu suaminya nyaris tak ada kabar. Nindi tak tahu apa yang sudah lelaki itu lewati selama dua pekan terakhir ini.Nindi langsung memeluk Khalid begitu lelaki itu memasuki ruangan. Dia kesampingkan ego dan menelan bulat-bulat rasa kecewanya sendir

  • BENIH 2 MILIAR   Terguncang

    Perempuan dengan pakaian serampangan dan hanya kerudung yang disampirkan itu duduk di salah satu bangku ruang tunggu sebuah rumah sakit ternama di kota Batam. Satu setengah jam lalu ambulans mengantar lelaki yang terkapar tak sadar dengan luka serius di kepala. Ruangan itu dipenuhi dengan atmosfer tegang, dan perempuan berusia 31 tahun tersebut justru tenggelam dalam kecamuk pikirannya yang kacau.Beberapa kali dia meremas kedua tangan, tubuhnya gemetar. Ibu dua anak itu tertunduk dalam memerhatikan pijakkan, mencoba menenangkan diri dan perasaan yang sulit dideskripsikan.Dia berharap semua yang terjadi hanya mimpi. Mulai dari pertemuan kembali dengan sosok dari masa lalu yang membangkitkan kenangan kelam yang coba dia kubur dalam, lalu kontrak tak masuk akal yang terpaksa ditandatangani, hingga kesepakatan yang seharusnya tak pernah terjadi. Dia merasa seperti telah terjebak dalam perjanjian yang menjadi pemicu keretakan rumah tangganya dengan sang suami.Imbas dari semua yang terja

  • BENIH 2 MILIAR   Kesalahan Fatal

    Suara hujan yang lembut mengalir di luar jendela, seperti melodi kenangan yang berputar di kepala. Di ruang tengah aku duduk sendiri, menatap benda persegi yang membawa kembali ingatan akan momen-momen tak terlupakan dalam empat tahun kebersamaan kami di Lumajang. Kusaksikan kembali tubuh kembang Alid dari mulai tengkurap, merangkak, berjalan, sampai berlari. Begitu juga dengan proses hijrahku yang dibimbing oleh orang-orang ahli yang sukarela mengajari tanpa menghakimi.Seolah masih lekat dalam ingatan saat aku dengannya berbagi tawa dan tangis dalam setiap lembar cerita. Kala itu, hidupku terasa begitu ringan, meski beban yang kupikul sangatlah berat. Kami optimis mampu mewujudkan mimpi dan harapan di tengah terpaan cobaan.Namun, kini aku duduk di sini, dengan rasa berat di dada. Hidup telah membawaku ke dalam peran yang jauh dari apa yang kumimpikan. Pernikahan yang diawali dengan cinta, kini terasa seperti penjara yang mengekangku dalam dilema. Harapan-harapan yang dulu begitu ce

DMCA.com Protection Status