Beranda / Romansa / BENIH 2 MILIAR / PoV Naya : Tiba-Tiba Menghilang

Share

PoV Naya : Tiba-Tiba Menghilang

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tok! Tok! Tok!

"Nay! Naya!"

Aku bangkit setelah melipat sajadah saat mendengar suara gedoran pintu yang diiringi suara panik Bang Khalid terdengar memanggil.

Setengah berlari, kuburu pintu dan bergegas membukanya.

"Ada apa, Bang?"

Di balik pintu, kulihat Bang Khalid berdiri mondar-mandir dengan penampilan yang berantakan. Kausnya bahkan terbalik dengan sarung yang hanya dia ikat asal.

"Nindi, Nay ... kamu liat Nindi nggak?"

Aku mengerutkan kening.

"Loh, bukannya Nindi tidur sama Abang?"

"Iya, tapi pas bangun tadi dia tiba-tiba ilang." Bang Khalid mengacak rambut frustrasi.

"Ilang gimana maksud Abang?"

"Semua barangnya nggak ada di lemari, Nay. Koper-kopernya juga nggak ada!"

Deg!

"Ada apa ini?"

Mama dan Papa yang kebetulan menginap semalam, langsung keluar dari kamar tamu begitu mendengar keributan, tak terkecuali Neli dan juga Bunda yang baru keluar dari kamar mandi.

"Nindi nggak ada di mana-mana, Pa. Khalid udah cari ke seluruh penjuru rumah," tutur lelaki itu.

"Kok, bisa? Kalian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Catatan yang Ditinggalkan

    Satu-satunya harapan kita kandas ketika menemui indekos yang sempat Nindi tinggali sudah ditempati orang lain. Club dan rumah Roy serta Bu Lala sudah terjual. Sementara Bu Nia dan Nana memilih bungkam.Papa dan Mama bahkan sudah mengabari bahwa tak ada nama penumpang atas nama Nindia Putri entah darat, laut, maupun udara. Lebih parahnya lagi sama sekali tak ada nomber yang bisa dihubungi. Semua seolah sudah diblokir satu arah. Tak ingin menyerah terlalu dini, aku dan Bang Khalid terus memutari Jakarta seharian. Sampai kami lupa bahwa perut sama sekali belum terisi makanan.Sore menjelang, tujuan terakhir kami adalah bank. Tempat di mana selama ini Nindi menyimpan semua uangnya. Sebagai nasabah prioritas aku yakin bank punya informasi bila tiba-tiba terjadi pemindahan saldo pada akun rekening baru yang kemungkinkan juga memuat alamat baru.Namun, tiba di depan teller, setelah kami memperkenalkan identitas diri. Pil pahit itu kembali harus ditelan, ketika teller mengatakan,"Bu Nindia

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Setelah Kepergiannya

    Empat tahun kemudian ....Terkadang hidup memang tak selalu berjalan seperti apa yang diharapkan. Roda selalu berputar mengelilingi tiap takdir seseorang dan menentukan ke mana arah yang akan dituju setiap insan.Kehidupan tak mungkin sama bila kita memutuskan untuk mengambil keputusan besar, selalu ada perubahan dan pengorbanan dari tiap perbuatan. Begitu juga dengan harapan dan angan yang berkian kali karam ditelan pahitnya ombak kenyataan.Sepuluh tahun aku mengenal sosok Khalid Prasetya sebagai seseorang yang hangat, perhatian, dan cenderung agak pendiam. Namun, empat tahun setelah kepergian Nindi, perubahan signifikan terjadi, dia menjadi sosok yang dingin dan nyaris tak tersentuh. Bahkan ada beberapa saat ketika waktunya benar-benar hanya dihabiskan untuk bergelut dengan berbagai macam pekerjaan, berkumpul dengan banyak komunitas bisnis atau kemasyarakatan. Aku tak bisa sepenuhnya menyalahkan, selama empat tahun ini dia sudah dihadapkan dengan berbagai macam tekanan setelah

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Rasa Penasaran

    "Sarapan buat Bunda udah selesai, Mbok?" Kuhampiri Mbok Warmi ke dapur, setelah kembali ke dalam."Sudah, Non. Ini baru mau simbok anter." Terlihat di tangan Simbok Warmi sebuah nampan berisi bubur, buah, dan gelas tinggi berisi air putih."Biar sama saya aja, Mbok." Kuambil-alih nampan di tangan Mbok Warmi, lalu lekas naik ke atas.Kudorong pintu yang setengah terbuka dengan badan. Menatap tubuh Bunda yang terbaring lemah di ranjang dengan pandangan yang jauh menatap keluar jendela kamar."Bun ...."Dia menoleh saat kupanggil, wanita paruh baya yang kini terlihat begitu renta itu tersenyum kecil.Kuletakkan nampan di atas nakas, lalu beranjak naik ke ranjang dan duduk di sisinya.Sejak Bunda dan Ayah resmi bercerai, Bunda tinggal bersama kami, di sini, di Batam. Setahun terakhir kanker yang memang sudah lama diidapnya menyentuh angka stadium empat. Kemoterapi kembali beliau jalani, dan untuk kedua kali Bunda terpaksa harus memangkas habis mahkotanya untuk menghindari kerontokan. Seb

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Hati yang Terbagi

    Ternyata aku salah saat berpikir bahwa anak adalah satu-satunya sumber kebahagiaan kami. Kehadiran Fatina memang melengkapi, tapi tak sertamerta melingkupi.Sudah empat tahun sejak Nindi memutus segala komunikasi dengan kami begitu juga dengan dirinya yang menghilang bak ditelan bumi. Banyak hal yang terjadi. Kerinduan Bang Khalid pada Nindi telah membuatnya semakin menutup diri.Tak ada lagi ungkapan cinta, kasih sayang, atau kata-kata sederhana yang berhasil membuatku melambung tinggi. Seharusnya aku memang cukup tahu diri, kini hatinya telah terbagi, tak utuh milikku lagi."Nay!" Panggilan itu menyentak lamunan. Bang Khalid melambaikan tangan tepat di depan wajah."Eh, iya?" Kutatap koper kecil dari masing-masing kami, dan juga milik Neli sudah di pindahkan ke bagasi."Udah sembilan puluh persen persiapan, tapi kita belum ada tujuan. Mau ke mana jadinya?" tanya Bang Khalid untuk yang kedua kali sejak malam tadi.Aku terdiam sejenak. Menatap satu per satu orang yang ada di hadapan.

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Naya : Fakta yang Disembunyikan

    Di salah satu bangku dekat kuliner pinggir pantai Pulau Penawar Rindu. Aku membawa Bang Khalid menemui seseorang. Seorang dokter muda yang sengaja datang jauh-jauh dari Singapura."Mau apa dokter Antoni ke sini, Nay?" Bang Khalid yang kebingungan langsung mengajukan pertanyaan.Kugenggam tangannya erat, lalu berujar. "Nanti juga Abang tahu. Dengerin aja, ya! Dan tolong jangan dipotong, sampe semua disampaikan dengan benar."Bang Khalid menghela napas panjang, dengan pasrah akhirnya dia mengangguk pelan. "Mari, Dok!" Setelah keadaan mulai kondusif, aku menyerahkan sisanya pada Dokter Antoni."Sebelumnya saya mau minta maaf pada Pak Khalid. Karena semua prosedur yang dilakukan sudah berdasarkan kesepakatan antara saya dan Bu Naya.""Kesepakatan? Kesepakatan apaan, Nay?" Belum apa-apa Bang Khalid sudah menyela."Bang ... tolong!" Kuremas sejenak tangannya yang tiba-tiba terkepal."Baik, bisa saya lanjutkan?"Aku mengangguk cepat."Kurang lebih enam tahun lalu, sebelum Bu Naya jatuh koma

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Khalid : Awal Semuanya (1)

    "Nindia Putri Zaelani," gumamku saat menerima map cokelat yang diberikan Naya di malam sebelum dia menjalani prosedur pengangkatan rahim. Kualihkan pandangan dari berkas di genggaman, lalu menatapnya kemudian."Apa ini, Nay?""Ini satu-satunya jalan, Bang. Kesempatan bagi kita untuk memiliki keturunan.""Maksud kamu?" Kukernyitkan dahi tak mengerti.Naya mengambil alih map cokelat tersebut dari tanganku. Kemudian dia beranjak duduk perlahan dari posisi setengah terbaring di brankar ruang ICU. Sembari mengeluarkan isi map tersebut, ia mulai menjelaskan."Nindi adik biologisku dari Ayah." Kepalanya tertunduk menatap map di genggaman tangan. "Apa?""Setidaknya dia yang cukup bisa kupercaya untuk mengandung benih kita." Jemari Naya masih bergerak di atas di atas permukaan berkas."Sebenarnya apa maksud kamu?" Naya mengangkat kepala. Kami bersitatap."Dokter Antoni bilang, masih ada cara untuk kita punya anak dengan teknologi. Namanya surogasi atau metode kehamilan dengan ibu pengganti."

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Khalid : Awal Semuanya (2)

    Hari kelima, Klub Sahara ternyata tutup. Malam ini aku mengikuti Nindi yang ternyata pergi menemui Roy.Memarkirkan mobil agak jauh dari lokasi mereka berada, yaitu Pos Ronda yang kebetulan tak beroperasi. Aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, saat terdengar petikan gitar. Suara samar yang mengalun merdu pun terdengar.Ku ambil gitar dan mulai memainkanLagu lama yang biasa kita nyanyikanTapi tak sepatah kata yang bisa terucapHanya ingatan yang ada di kepalaHari berganti angin tetap berhembusCuaca berubah daun-daun tetap tumbuhDan kata hatiku pun tak pernah berubahBerjalan dengan apa adanyaTanpa sadar senyumku terkembang. Suaranya sangat lepas dan seolah bebas. Di malam yang dingin dan gelap sepiBenakku melayang pada kisah kitaTerlalu sakit untuk dilupakanKenangan yang buruk bersamamuTinggallah mimpiTerlalu sesak untuk dilupakanWalau memang aku tak pernah cintaTakkan terjadi kebangsatan ini ....Aku tertegun begitu liriknya berganti. Kedua orang yang

  • BENIH 2 MILIAR   PoV Khalid : Tak Bisa Memilih

    Untuk KhalidHei, Ganteng!Aku tahu hal ini pasti mengejutkan untuk kalian, khususnya untukmu. Setelah mengembalikan semua tepat pada tempat yang seharusnya aku justru memilih pergi, tanpa pamit, tanpa salam, bahkan tanpa pelukan. Asal kamu tahu ini nggak mudah, nggak akan pernah mudah. Aku cuma takut perpisahan yang dilakukan dengan cara saling berhadapan kembali membuatku gundah, aku cuma takut menatap wajahmu saat mengucap kata pisah, membuatku menyerah dan akhirnya mengurungkan niat, lalu kembali mengaku kalah oleh perasaan yang lemah.Terima kasih, terima kasih untuk semuanya. Terima kasih karena telah mengajukan sebuah kesepakatan hingga akhirnya aku memiliki cukup pilihan masa depan. Pilihan untuk keluar dari lingkaran setan, pilihan untuk berubah, dan pilihan untuk menjadi manusia yang lebih baik setidaknya di hadapan Tuhan.Seseorang pernah mengatakan padaku, bahwa hidup nggak selalu adil untuk para pendosa. Ya, mungkin dia benar, karena sampai detik ini aku belum juga meras

Bab terbaru

  • BENIH 2 MILIAR   Kebahagiaan Sebenarnya

    "Silakan diminum dulu, Mas. Mumpung masih hangat." Mulut Khalid terbuka setengah, matanya nyaris tak berkedip saat mengitari seisi rumah mewah ini. Dia bahkan tak menanggapi seorang perempuan bercadar yang tengah hamil besar, sedang menyodorkan minum padanya.Di sebuah rak khusus dia melihat tumpukan brosur catering dan dekorasi, matanya juga tak berhenti menatap foto-foto pernikahan Roy yang terpajang di beberapa titik dalam ruangan. Saat melihatnya ternyata Khalid juga baru ingat kalau 'Berkah catering & decoration' adalah perusahaan WO yang sedang naik daun beberapa tahun belakangan. Jasanya banyak digunakan artis dan orang-orang penting, karena harga, rasa, kualitas, serta pelayanannya yang sama sekali tak mengecewakan."Kenalin, ini istri saya Ainun!" Ucapan Roy membuat Khalid kembali tersadar. Dia menatap pria yang tak percaya akan menyambutnya selayaknya tamu, setelah apa yang terjadi pada sahabat baiknya sewindu lalu.Namun, tak bisa dipungkiri. Tatapan Roy terlihat begitu taj

  • BENIH 2 MILIAR   Trauma dibayar Karma

    Roy berdiri terpaku di dekat brankar yang ditempati Nindi pasca persalinan yang perempuan itu jalani. Kedua tangannya terkepal, sementara air matanya terus mengalir memerhatikan perempuan yang berkaca-kaca menatap kedua bayi kembarnya dalam gendongan.Seolah masih lekat dalam ingatan Roy fakta demi fakta yang Nindi ungkapkan seiring dengan perutnya yang semakin membuncit"Setelah keguguran gue dan Bang Khalid pisah ranjang kurang lebih satu bulan, jadi sebelum sidang putusan cerai gue bisa dengan mudah mengidentifikasi dari mana benih yang mulai tumbuh di rahim gue berasal. Lucunya hidup ini ketika akhirnya gue sadar tengah mengandung anak dari keparat yang udah gue enyahkan. Kebetulan di hari yang sama saat tragedi itu terjadi, ternyata gue lagi ovulasi." Nindi menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Entah anugerah atau kutukan ketika Tuhan memberikan gue kesuburan, meski hanya dengan satu atau dua kali penetrasi ... benih-benih janin yang tak diinginkan tumbuh dengan mudah di r

  • BENIH 2 MILIAR   Memulai Hidup Baru

    Di sebuah desa kecil yang terselip di antara gemerlap hijaunya alam, anak-anak kecil berlarian di bawah langit senja, gembira dan bersemangat mengikuti tradisi yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Mereka melantunkan sholawat sembari menyusuri jalan berkerikil dengan langkah kecil yang penuh semangat menuju masjid terdekat.Di sela-sela ladang hijau yang melambai-lambai sejalan dengan angin, para petani yang menjadi mata pencaharian utama di desa, juga terlihat berbondong-bondong pulang dari ladang membawa hasil panen yang diangkut menggunakan kendaraan roda dua, roda empat, maupun gerobak melewati jalan utama. Peluh, lapar, serta dahaga tak lagi dirasa mengingat ada sebuah keluarga yang menunggu untuk disambung hidupnya."Mas Roy! Wes mandi langsung ke masjid ae, ya! Ditunggu karo Budhe Lala buat buka puasa bersama!"Salah satu petani yang mengangkut hasil panennya menggunakan mobil bak terbuka langsung menyenggol sang sopir untuk menghentikkan laju kendaraannya."Sek, sek!

  • BENIH 2 MILIAR   Harga Sebuah Pengorbanan

    Konflik rumah tangga antara Khalid dan Nindi berakhir di meja pengadilan agama. Setelah tiga bulan serangkaian proses berjalan, kedu belah pihak tetap tak menemukan titik terang. Mereka sudah sepakat berpisah. Hari ini, 15 Desember waktu setempat, sidang putusan perceraian mereka berlangsung di Pengadilan Agama Batam. Pengunjung yang menghadiri kebanyakan didominasi oleh pihak keluarga penggugat. Semua orang yang memenuhi ruang sidang seolah tak bisa memalingkan pandangan dari kedua pasangan yang duduk di depan meja hakim. Pasangan suami istri yang pernah saling memiliki itu terlihat menunjukkan ekspresi yang berlawanan.Nindi duduk dengan tenang di sisi kanan, wajahnya menunjukkan ekspresi datar yang sulit diartikan. Namun, mata bulatnya seolah memancarkan kepedihan mendalam yang dengan sempurna dia tutupi dalam kebungkaman.Sementara di sisi kiri, Khalid duduk dengan tegang, di tempatnya dia tampak gelisah, bahkan tak henti menoleh pada sosok di sebelahnya. Rahang kokoh itu mengeta

  • BENIH 2 MILIAR   Keputusan

    Sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami-istri dan dua anak itu tengah menatap api unggun yang berkobar di depan tenda mereka. Warnanya berubah-ubah dari merah, putih, hingga oranye dengan menyebarkan kehangatan untuk orang-orang di sekelilingnya. Mereka terlihat bersuka-cita menghabiskan waktu akhir pekannya, meski hanya berkemah di belakang rumah.Suara riang sepasang anak yang hanya selisih kurang dari setahun itu memecah keheningan malam. Keduanya tampak bercanda dan berlari kecil mengelilingi api unggun. Derai tawa menggelora, kebahagiaan sederhana itu dirasakan mereka saat mengejar api kecil yang melompat-lompat dari perapian."Sayang, ya si Neli nggak ada di sini." Nindi menyenggol lengan Khalid saat keduanya tengah memerhatikan anak-anak yang asik bermain, sembari menusuki marshmallow yang siap dibakar."Bukannya lebih bagus kalau nggak ada Neli? Jadi, kita bisa bebas ngapain aja tanpa perlu denger sindirannya yang kadang bikin risi?" Khalid terkekeh sembari melingkark

  • BENIH 2 MILIAR   Mediasi

    Langit mendung menyelimuti kota Batam. Sebuah pemakaman yang tak biasa digelar, dihadiri oleh banyak kolega, teman-teman, bahkan sampai awak media. Mereka semua berkumpul untuk mengucapkan selamat jalan pada Vincent Benedict Tjahjono, pengusaha juga anak konglomerat yang telah berpulang akibat sebuah tragedi.Di tengah kerumunan, Khalid hadir, meski dia harus menjaga jarak dari keluarga mendiang. Dia tahu bahwa kedatangannya di sini adalah sebuah tindakan yang berani, mengingat situasi yang tengah dihadapinya. Namun, mengingat hubungannya dengan keluarga Vincent selama ini telah berjalan cukup baik, dia merasa perlu memberikan penghormatan terakhir.Mrs. Diane yang menyadari kehadiran Khalid di tengah kerumunan, mencoba menutupi kesedihan dan berniat menghampirinya dengan hati-hati agar tak disadari oleh sang suami.Begitu wanita paruh baya itu sampai di hadapan, Khalid langsung meraih tangannya."Bu, saya sangat menyesal atas apa yang terjadi," ucapnya dengan suara lirih dan Bahasa In

  • BENIH 2 MILIAR   Fitnah

    Hampir sebulan berlalu, proses visum sudah Nindi jalani setelah dia berhasil memberi keterangan yang meyakinkan pada pihak penyidik. Kemungkinan akan diadakan mediasi bila Vincent berhasil sadarkan diri.Hari-hari yang Nindi lewati tak berjalan semestinya. Nasibnya tak pasti, dia seperti ada di tepi jurang yang siap dilompati bisa seseorang dengan sengaja mendorongnya dari belakang. Perempuan itu seolah sudah pasrah dengan keadaan. Untuk sekarang Nindi hanya merindukan anak-anaknya, teman-teman juga waktu kebersamaan yang tak yakin bisa kembali dia lalui."Mbak, liat, Mbak!" Neli menepuk bahu Nindi. Dari balik jendela dia melihat sebuah mobil memasuki pelataran.Seketika semangat Nindi kembali saat melihat Khalid pulang setelah hampir dua minggu suaminya nyaris tak ada kabar. Nindi tak tahu apa yang sudah lelaki itu lewati selama dua pekan terakhir ini.Nindi langsung memeluk Khalid begitu lelaki itu memasuki ruangan. Dia kesampingkan ego dan menelan bulat-bulat rasa kecewanya sendir

  • BENIH 2 MILIAR   Terguncang

    Perempuan dengan pakaian serampangan dan hanya kerudung yang disampirkan itu duduk di salah satu bangku ruang tunggu sebuah rumah sakit ternama di kota Batam. Satu setengah jam lalu ambulans mengantar lelaki yang terkapar tak sadar dengan luka serius di kepala. Ruangan itu dipenuhi dengan atmosfer tegang, dan perempuan berusia 31 tahun tersebut justru tenggelam dalam kecamuk pikirannya yang kacau.Beberapa kali dia meremas kedua tangan, tubuhnya gemetar. Ibu dua anak itu tertunduk dalam memerhatikan pijakkan, mencoba menenangkan diri dan perasaan yang sulit dideskripsikan.Dia berharap semua yang terjadi hanya mimpi. Mulai dari pertemuan kembali dengan sosok dari masa lalu yang membangkitkan kenangan kelam yang coba dia kubur dalam, lalu kontrak tak masuk akal yang terpaksa ditandatangani, hingga kesepakatan yang seharusnya tak pernah terjadi. Dia merasa seperti telah terjebak dalam perjanjian yang menjadi pemicu keretakan rumah tangganya dengan sang suami.Imbas dari semua yang terja

  • BENIH 2 MILIAR   Kesalahan Fatal

    Suara hujan yang lembut mengalir di luar jendela, seperti melodi kenangan yang berputar di kepala. Di ruang tengah aku duduk sendiri, menatap benda persegi yang membawa kembali ingatan akan momen-momen tak terlupakan dalam empat tahun kebersamaan kami di Lumajang. Kusaksikan kembali tubuh kembang Alid dari mulai tengkurap, merangkak, berjalan, sampai berlari. Begitu juga dengan proses hijrahku yang dibimbing oleh orang-orang ahli yang sukarela mengajari tanpa menghakimi.Seolah masih lekat dalam ingatan saat aku dengannya berbagi tawa dan tangis dalam setiap lembar cerita. Kala itu, hidupku terasa begitu ringan, meski beban yang kupikul sangatlah berat. Kami optimis mampu mewujudkan mimpi dan harapan di tengah terpaan cobaan.Namun, kini aku duduk di sini, dengan rasa berat di dada. Hidup telah membawaku ke dalam peran yang jauh dari apa yang kumimpikan. Pernikahan yang diawali dengan cinta, kini terasa seperti penjara yang mengekangku dalam dilema. Harapan-harapan yang dulu begitu ce

DMCA.com Protection Status