Share

PoV Naya : Rasa Penasaran

"Sarapan buat Bunda udah selesai, Mbok?" Kuhampiri Mbok Warmi ke dapur, setelah kembali ke dalam.

"Sudah, Non. Ini baru mau simbok anter." Terlihat di tangan Simbok Warmi sebuah nampan berisi bubur, buah, dan gelas tinggi berisi air putih.

"Biar sama saya aja, Mbok." Kuambil-alih nampan di tangan Mbok Warmi, lalu lekas naik ke atas.

Kudorong pintu yang setengah terbuka dengan badan. Menatap tubuh Bunda yang terbaring lemah di ranjang dengan pandangan yang jauh menatap keluar jendela kamar.

"Bun ...."

Dia menoleh saat kupanggil, wanita paruh baya yang kini terlihat begitu renta itu tersenyum kecil.

Kuletakkan nampan di atas nakas, lalu beranjak naik ke ranjang dan duduk di sisinya.

Sejak Bunda dan Ayah resmi bercerai, Bunda tinggal bersama kami, di sini, di Batam.

Setahun terakhir kanker yang memang sudah lama diidapnya menyentuh angka stadium empat. Kemoterapi kembali beliau jalani, dan untuk kedua kali Bunda terpaksa harus memangkas habis mahkotanya untuk menghindari kerontokan. Seb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status