Share

Berjuang Sendiri

Siangnya ....

"Udah lebih dari dua minggu, Beb. Coba lu turunin sedikit gengsi dan hubungin dia duluan," celetuk Roy di tengah-tengah kegiatan mengemasi sembako untuk syukuran yang akan kuadakan demi kelancaran persalinan dalam beberapa minggu ke depan.

Aku terdiam, menatap kantong berisi beras, minyak, telur, dan mie instan.

Ini bukan tentang gengsi, tapi tentang harga diri dan kepedulian. Aku tak malu untuk memulai duluan, tapi bila yang bersangkutan tak ada upaya untuk sekadar memberi kabar, untuk apa aku berjuang?

Meski jauh di sudut hati terdalam, kebersamaan kami dalam sepekan, membuatku mulai merasakan getaran dan rasa kehilangan serta rindu yang sulit digambarkan.

"Ogah, ngapain? Kalau dia nggak ada effort buat hubungin, berarti gue emang nggak pernah diprioritaskan."

"Ck, kapan, sih lu bisa positif thinking sama si Khalid?"

"Nggak tahu, sejak Naya sadar, gue bahkan makin susah buat percaya sama dia. Bahkan saat dia janji bakal kembali dalam waktu dekat ini." Sejenak kulempar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status