Kembali ke Jakarta, kami bertiga dengan Oom Herkules sebagai supir. Adhi tidak henti-hentinya mengoceh, apa saja ditanyakan, Aku dengan sabar menjawab dan menjelaskannya, kadang-kadang papanya ikut nimbrung. Kami singgah di rest area untuk istirahat, makan siang kemudian melanjutkan perjalanan. Adhi sudah terlelap karena kelelahan, kepalanya di pahaku dan tubuhnya yang lain di paha Oom Bulus. Tidurnya Adhi saat yang dinantikan Oom Bulus, dia merengkuh pinggangku.“Jangan macam-macam, oom Herkules bisa melihat kita.”“Dia fokus ke jalan raya, tidak mungkin dia menoleh ke belakang.”“Dia bisa lihat dari kaca spion. Kendalikan dirimu,”bisikku.Oom Bulus membalas dengan senyum kecil di bibir. Aku memejamkan mataku, rasa kantuk yang luar biasa sulit kutahan, tanpa sadar aku merebahkan kepalaku di bahu Oom Bulus yang membiarkan bahunya termpat kepalaku bersandar cantik di bahunya yang sudah terlihat kokoh. Perjalanan dari Puncak ke Jakarta berjalan dengan lancar, kami tiba di apartemen Boug
Kami berangkat ke bandara, oom Herkules mengantar kami ke bandara. Besok dia , isterinya menyusul ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan kami. Setelah merasa pasti bahwa aku akan dilamar oom Herkules, aku menelpon mama bahwa aku akan ke Surabaya.“Kamu balik ke Surabaya, ada apa nak?” tanya mama.“Aku mau dilamar ma,”“Eh..apa dilamar? Tidak dengar kamu pacaran , kok tiba-tiba dilamar?”“Iya ma, tapi mama jangan repot-repot. Besok pagi aku sudah sampai di Surabaya.” Kataku.“Mau dijemput?”“Tidak usah ma,mama siapkan saja makanan kesukaanku. Aku ke sana dengan pacarku.”Kataku.Aku tidak ingin mengatakan ke mama, bahwa aku balikan dengan Oom Bulus.Pasti mama tidak setuju, mama mengira ketidak hadiran oom Bulus selama dua tahun ke Surabaya karena sudah rujuk dengan isterinya. Tugas beratku menjelaskan ke mama agar mama bisa menerima Oom Bulus . Mengenai Adhi biar itu surprise tersendiri.Pesawat mendarat dengan aman ,Oom Bulus sudah pesan mobil untuk disewa selama kami di Surabaya. Kami
Sentuhan jemari di wajahku membuat aku membuka mataku, sayup-sayup aku mendengar suara Adhi memanggil ku.“Ma, bangun. Katanya kita mau ke rumahnya oma.”“Huh. Mama lupa bangun.” Kataku.Adhi tertawa mendengar kata-kataku,”Mama lupa bangun, seperti papa, suka lupa bangun.”“Papa suka lupa bangun?” tanyaku.“He eh, kalau papa di ruang kerjanya, papa ketiduran. Adhi gedor kamar papa yang terkunci, papa dengan mata merah dan bengkak buka pintu lalu berkata, papa lupa bangun.”“Ayo , mana papamu?”“Lagi dengar berita di televisi.”Dengan bergandengan tangan kami keluar kamar tidur, Oom Bulus memandang kami. “Enak tidurmu?” tanyanya.“Hum, sampai lupa bangun.” Jawabku disambut dengan tawa oleh Adhi dan papanya.“Adhi , cepat minum susu. Papa minta susu coklat panas buat kamu dan mama. Ada roti bakar. Setelah sarapan kamu mandi.”“Mama yang mandiin,”No! Kamu bisa mandi sendiri.”“Kenapa papa minta mama mandiin?” protes Adhi.“Kemarin, papa bilang ke mama ayo mandi, lalu mama dan papa ke kam
Lamaran telah dilaksanakan. Setelah Oom Bulus mendaftarkan pernikahan kami, ditentukan tanggal pernikahan kami. Kami menikah secara sederhana di rumah mama, hanya dihadiri beberapa kerabat mama dan papa yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya, tetangga. Oom Herkules menjadi saksi Oom Bulus , adikku Priyo Widagdo Widiantoro sebagai waliku. Setelah pernikahan , kami tinggal di rumah mama beberapa hari agar Adhi bisa dekat dengan omanya , tante dan oomnya. Untung mama dan adik-adikku mampu menjalin hubungan yang erat dengan Adhi sehingga Adhi semakin dekat dengan mama dan adik-adikku.Selama di rumah mama kita tidak bermain cinta, “Puasa dulu biar bulan madunya hot-hot byarr.” Kata suamiku.“Dasar mesum,” bisikku. “Aku ingin bulan madu kita menjadi momen terindah dalam hidupku, setiap saat menatapmu, menidurimu, memandikanmu , menggulungmu dalam pelukan hangatku.”“Hum.. apakah momen itu hanya untukmu?” bisikku ketika kami tidur di rumah mama.“Bagiku dan tentunya juga bagimu.” Katanya m
Hari pertama wisata romantis bulan madu kami jalan-jalan di sekitar Canggu Avenue melihat pernak-pernik Bali. Aku tertarik pada beberapa asesoris, setelah itu kami ke Tanah Lot, mengitari tanah lot, mengagumi pura suci yang terletak di pulau Karang, melihat mata air suci yang berasal dari tengah laut, aku mengambil air , membilas mukaku . Aku merasakan suasana mistis ketika berfoto di depan pura suci. Dari Tanah Lot, supir mengantar kami ke taman budaya Garuda Wishnu Kencana. Supir mengatakan untuk menikmati senja terindah ada di GWK.Kami memasuki restoran semi outdoor , bernuansa khas Bali, sambil bersantap kita menyaksikan keindahan panorama Bali, romantic dinner. Supir telah reservasi deck dimana kami bisa melihat sunset , view Bali Selatan. Kalau di Tanah Lot aku merasakan suasana mistis, di GWK aku merasa ada energi magis, apalagi setelah melihat tari Kecak , instrument musik gamelan, suara penari pria , “cak, cak, cak.”menciptakan ritme yang unik dan magis.Kami kembali ke vi
Seminggu lebih kami menikah, lima hari bulan madu kami menjalani rutinitas yang nyaman, berwisata romantis sambil makan siang di restoran ,bercerita di tempat tidur mengenang masa lalu yang indah di apartemen dan masa depan yang akan kami hadapi, mandi bersama, tidur sambil berpelukan dan di malam hari tidak dilewatkan bercinta.Kami habis mandi, aku sedang menyikat rambutku di depan meja rias, suamiku berhenti di sampingku menyandarkan pinggulnya di meja rias, aku mendongak , menatapnya. Suamiku menyentuh tangan ya ng memegang sikat rambut.“Aku suka melihat kamu menyikat rambutmu,”ucapnya.“Bisakah aku menyikat rambutmu?” tanyanya .Aku memberikan sikat rambut ke suamiku yang langsung menyikat rambutku. Aku mencermati wajah suamiku yang selalu menatapku dengan tatapan cinta di matanya, tangannya membelai helai-helai rambutku.“Aku merindukan Adhi,” kataku.“Hum, aku juga. Bulan madu kita segera akan berakhir. Lusa kita kembali ke Surabaya, jemput Adhi. Besoknya kita kembali ke Jakar
“Well,” kata suamiku sambil menatapku lekat-lekat,”Kau menelponnya?”“Ya.”“Apakah dia marah mendengar kamu akan menikah denganku?”“Tidak. Dia malah mendoakan agar aku bahagia. Malah dia memberikan nasehat padaku makna pernikahan, mengukuhkan hubungan dua orang yang saling mencintai. Peliharalah cinta kalian, penuhilah kebutuhan suamimu baik jasmani maupun rohani. Kata-katanya seperti pendeta saja.”“Aku kira dia marah karena berharap kamu akan kembali padanya.”“Waktu kami berpisah , kami berpisaha baik-baik. Aku kembalikan cincin berlian yang diberikan kepadaku sebagai relationship yang mengikat kita. Aku katakan aku tidak berhak memakainya lagi. ”Kataku.“Dia menerimanya?”“No! Dia marah, mengembalikan cincin itu kepadaku. Aku masih memakainya ketika kami bersama. Setelah kamu melamarku aku copot cincinnya dan kusimpan di laci kamarku.”“Mum…”Aku melihat suamiku seakan meragukannya dan itu membuatku kesal. Mungkin dia ragu apakah aku betul-betul melupakan profesor Black. Hampir
Bulan madu berakhir, kami kembali ke Surabaya menjemput Adhi. Semalam di Surabaya kami kembali ke Jakarta , kembali ke dunia nyata sebagai isteri dan ibu.Saya harus banyak belajar menjadi ibu dengan menggunakan naluriku dan bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang sesungguhnya.Kami tinggal di apartemen Bougenville 2 yang sepi dari keramaianan, apartemen ekslusif, hunian yang dihuni oleh sekelompok orang dengan kelas sosial tinggi.Aku tidak suka masuk dalam lingkaran sosial tinggi yang eklusif aku tidak pernah bergaul dengan mereka , lebih banyak tinggal di apartemen bermain dengan Adhi atau keluar jalan-jalan di sekitar apartemen ada taman bermain yang kebanyakan dipenuhi suster atau baby sister bersama anak asuh mereka. Dari situ aku mendengar gosip-gosip para penghuni yang digosipin sesama suster atau baby sister.Melihatku , mereka kira profesiku sama dengan mereka, mereka menanyakan siapa majikanku, berapa gajiku, di tingkat berapa aku tinggal. Akhirnya mereka tahu bahwa aku bukan