Kami berangkat ke bandara, oom Herkules mengantar kami ke bandara. Besok dia , isterinya menyusul ke Surabaya untuk menghadiri pernikahan kami. Setelah merasa pasti bahwa aku akan dilamar oom Herkules, aku menelpon mama bahwa aku akan ke Surabaya.“Kamu balik ke Surabaya, ada apa nak?” tanya mama.“Aku mau dilamar ma,”“Eh..apa dilamar? Tidak dengar kamu pacaran , kok tiba-tiba dilamar?”“Iya ma, tapi mama jangan repot-repot. Besok pagi aku sudah sampai di Surabaya.” Kataku.“Mau dijemput?”“Tidak usah ma,mama siapkan saja makanan kesukaanku. Aku ke sana dengan pacarku.”Kataku.Aku tidak ingin mengatakan ke mama, bahwa aku balikan dengan Oom Bulus.Pasti mama tidak setuju, mama mengira ketidak hadiran oom Bulus selama dua tahun ke Surabaya karena sudah rujuk dengan isterinya. Tugas beratku menjelaskan ke mama agar mama bisa menerima Oom Bulus . Mengenai Adhi biar itu surprise tersendiri.Pesawat mendarat dengan aman ,Oom Bulus sudah pesan mobil untuk disewa selama kami di Surabaya. Kami
Sentuhan jemari di wajahku membuat aku membuka mataku, sayup-sayup aku mendengar suara Adhi memanggil ku.“Ma, bangun. Katanya kita mau ke rumahnya oma.”“Huh. Mama lupa bangun.” Kataku.Adhi tertawa mendengar kata-kataku,”Mama lupa bangun, seperti papa, suka lupa bangun.”“Papa suka lupa bangun?” tanyaku.“He eh, kalau papa di ruang kerjanya, papa ketiduran. Adhi gedor kamar papa yang terkunci, papa dengan mata merah dan bengkak buka pintu lalu berkata, papa lupa bangun.”“Ayo , mana papamu?”“Lagi dengar berita di televisi.”Dengan bergandengan tangan kami keluar kamar tidur, Oom Bulus memandang kami. “Enak tidurmu?” tanyanya.“Hum, sampai lupa bangun.” Jawabku disambut dengan tawa oleh Adhi dan papanya.“Adhi , cepat minum susu. Papa minta susu coklat panas buat kamu dan mama. Ada roti bakar. Setelah sarapan kamu mandi.”“Mama yang mandiin,”No! Kamu bisa mandi sendiri.”“Kenapa papa minta mama mandiin?” protes Adhi.“Kemarin, papa bilang ke mama ayo mandi, lalu mama dan papa ke kam
Lamaran telah dilaksanakan. Setelah Oom Bulus mendaftarkan pernikahan kami, ditentukan tanggal pernikahan kami. Kami menikah secara sederhana di rumah mama, hanya dihadiri beberapa kerabat mama dan papa yang tinggal di Surabaya dan sekitarnya, tetangga. Oom Herkules menjadi saksi Oom Bulus , adikku Priyo Widagdo Widiantoro yang dipanggil Yana, sebagai waliku. Setelah pernikahan , kami tinggal di rumah mama beberapa hari agar Adhi bisa dekat dengan omanya , tante dan oomnya. Untung mama dan adik-adikku mampu menjalin hubungan yang erat dengan Adhi sehingga Adhi semakin dekat dengan mama dan adik-adikku.Selama di rumah mama kita tidak bermain cinta, “Puasa dulu biar bulan madunya hot-hot byarr.” Kata suamiku.“Dasar mesum,” bisikku. “Aku ingin bulan madu kita menjadi momen terindah dalam hidupku, setiap saat menatapmu, menidurimu, memandikanmu , menggulungmu dalam pelukan hangatku.”“Hum.. apakah momen itu hanya untukmu?” bisikku ketika kami tidur di rumah mama.“Bagiku dan tentunya j
Hari pertama wisata romantis bulan madu kami jalan-jalan di sekitar Canggu Avenue melihat pernak-pernik Bali. Aku tertarik pada beberapa asesoris, setelah itu kami ke Tanah Lot, mengitari tanah lot, mengagumi pura suci yang terletak di pulau Karang, melihat mata air suci yang berasal dari tengah laut, aku mengambil air , membilas mukaku . Aku merasakan suasana mistis ketika berfoto di depan pura suci. Dari Tanah Lot, supir mengantar kami ke taman budaya Garuda Wishnu Kencana. Supir mengatakan untuk menikmati senja terindah ada di GWK.Kami memasuki restoran semi outdoor , bernuansa khas Bali, sambil bersantap kita menyaksikan keindahan panorama Bali, romantic dinner. Supir telah reservasi desk dimana kami bisa melihat sunset , view Bali Selatan. Kalau di Tanah Lot aku merasakan suasana mistis, di GWK aku merasa ada energi magis, apalagi setelah melihat tari Kecak , instrument musik gamelan, suara penari pria , “cak, cak, cak.”menciptakan ritme yang unik dan magis.Kami kembali ke vi
Seminggu lebih kami menikah, lima hari bulan madu kami menjalani rutinitas yang nyaman, berwisata romantis sambil makan siang di restoran ,bercerita di tempat tidur mengenang masa lalu yang indah di apartemen dan masa depan yang akan kami hadapi, mandi bersama, tidur sambil berpelukan dan di malam hari tidak dilewatkan bercinta.Habis mandi, aku sedang menyikat rambutku di depan meja rias, suamiku berhenti di sampingku menyandarkan pinggulnya di meja rias, aku mendongak , menatapnya. Suamiku menyentuh tangan yang memegang sikat rambut.“Aku suka melihat kamu menyikat rambutmu,”ucapnya.“Bisakah aku menyikat rambutmu?” tanyanya .Aku memberikan sikat rambut ke suamiku yang langsung menyikat rambutku. Aku mencermati wajah suamiku yang selalu menatapku dengan tatapan cinta di matanya, tangannya membelai helai-helai rambutku.“Aku merindukan Adhi,” kataku.“Hum, aku juga. Bulan madu kita segera akan berakhir. Lusa kita kembali ke Surabaya, jemput Adhi. Besoknya kita kembali ke Jakarta.”“
“Well,” kata suamiku sambil menatapku lekat-lekat,”Kau menelponnya?”“Ya.”“Apakah dia marah mendengar kamu menikah denganku?”“Tidak. Dia malah mendoakan agar aku bahagia. Malah dia memberikan nasehat padaku makna pernikahan, mengukuhkan hubungan dua orang yang saling mencintai. Peliharalah cinta kalian, penuhilah kebutuhan suamimu baik jasmani maupun rohani. Kata-katanya seperti pendeta saja.”“Aku kira dia marah karena berharap kamu akan kembali padanya.”“Waktu kami berpisah , kami berpisah baik-baik. Aku kembalikan cincin berlian yang diberikan kepadaku sebagai relationship yang mengikat kita. Aku katakan aku tidak berhak memakainya lagi. ”Kataku.“Dia menerimanya?”“No! Dia marah, mengembalikan cincin itu kepadaku. Aku masih memakainya ketika kami bersama. Setelah kamu melamarku aku copot cincinnya dan kusimpan di laci kamarku.”“Mum…”Aku melihat suamiku seakan meragukannya dan itu membuatku kesal. Mungkin dia ragu apakah aku betul-betul melupakan profesor Black. Hampir empat
Bulan madu berakhir, kami kembali ke Surabaya menjemput Adhi. Semalam di Surabaya kami kembali ke Jakarta , kembali ke dunia nyata sebagai isteri dan ibu.Saya harus banyak belajar menjadi ibu dengan menggunakan naluriku dan bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang sesungguhnya.Kami tinggal di apartemen Bougenville 2 yang sepi dari keramaianan, apartemen ekslusif, hunian yang dihuni oleh sekelompok orang dengan kelas sosial tinggi.Aku tidak suka masuk dalam lingkaran sosial tinggi yang eklusif aku tidak pernah bergaul dengan mereka , lebih banyak tinggal di apartemen bermain dengan Adhi atau keluar jalan-jalan di sekitar apartemen ada taman bermain yang kebanyakan dipenuhi suster atau baby sister bersama anak asuh mereka. Dari situ aku mendengar gosip-gosip para penghuni yang digosipin sesama suster atau baby sister.Melihatku , mereka kira profesiku sama dengan mereka, mereka menanyakan siapa majikanku, berapa gajiku, di tingkat berapa aku tinggal. Akhirnya mereka tahu bahwa aku bukan
Rumah tanggaku yang aku bina bersama suamiku berjalan dengan cepat seiring perubahan hidup yang kualami dari seorang yang bebas bersikap dan berkelakuan sesuai keinginanku harus kulepaskan karena aku sekarang tidak sendiri ,ada suami dan anak dalam kehidupanku sekarang.Kami saling memahami satu sama lain, kami berusaha untuk mengubah hal-hal yang tidak kusukai dan tidak disukai suamiku, memang tidak bisa secara drastis, aku tahu suatu saat tanpa kami sadari akan berubah sendiri.Satu hal yang sangat kusukai dari suamiku sebagai pribadi yang santun, berdedikasi tinggi terhadap ide, serta pemikiran ke depan, tidak saja untuk masa depan kami juga masa depan perusahaan. Hal yang dimilikinya itu telah membuat perusahaan yang dipimpinnya berkembang menjadi perusahaan swasta yang terkemuka dan disegani karenanya banyak perusahaan tertarik untuk menjadi mitra usaha patungan.Aku menatap suamiku yang keluar dari apartemen, membawa tas kerja berisi beberapa dokumen. Di depan oom Herkules dan
Kepalaku yang sejak tadi pusing semakin pusing dan berdenyut, aku menutup wajahku seakan mengusir kebimbangan, ketakutan , kecemasan ditambah kegusaran karena berita hoaks .Ingin rasanya aku segera balik ke Jakarta , menemui suamiku dan mengatakan apa yang diberitakan di Lagi Viral tidaklah benar atau hoaks.Aku sibuk dengan pikiranku, menerima saran Mr. Grayson berakibat aku lebih lama tinggal di LA, sedangkan suamiku hanya memberi ijin aku untuk tujuh hari saja, termasuk kepulanganku ke Jakarta. Jika aku tinggal lebih lama pasti dia mengira apa yang diberitakan di Lagi Viral benar adanya meskipun dik Fanny sudah mengkonfirmasikannya dan mengirim foto-foto penghormatan terakhir Profesor Thomas Black.Sedang sibuk dengan pikiranku ponselku berbunyi, cepat aku raih ponselku, siapa tahu suamiku menelpon , betapa kecewaku ternyata bukan dari dia dari Miss Alexandra Brown dia menanyakanku apakah aku akan hadir dalam pembacaan surat wasiat. Aku katakan bahwa aku harus menghubungi suamik
Ketika profesor Thomas Black disemayamkan di rumah duka, Mr. Grayson memberikan dua ponsel kepadaku,” Accept it, it's the professor's cell phone” Ujarnya.Aku memandangnya tidak mengerti, melihat keraguanku dia meletakkan di tanganku, "I have no right to keep it, there were some private conversations, fotos and videos abaout you and profesor.”Aku menerimanya dengan tangan gemetar, kemudian minta ijin untuk meninggalkannya sebentar ke ruang istirahat yang disediakan rumah duka. Aku membelai dua ponsel yang sangat kuingat milik Profesor Black, kami sering selvie, video bersama. Aku membukanya membaca beberapa percakapan kami dari yang serius sampai vulgar membuatku merinding, membuka galeri ada beberapa foto kami bedua baik dalam berpakaian lengkap bahkan polos, aku membuka video, betapa terperajatku melihat video kami , video saling bercanda, di ranjang, di kamar tamu dan ruang kerja Profesor Black bahkan ketika kami sedang berhubungan intim.Aku mengurut dadaku, menangis dan ingin men
Bagiku permohonanku disetujui suamiku adalah anugerah terindah yang diberikan Sang Penyelenggara Ilahi yang berkenan membuka hati suamiku ,”Jalan yang ditunjukkan Tuhan kepada ku meluweskan semua jalan ke Los Angeles. Visa , tiket ,surat-surat perjalanan sudah ditanganku ,” bisikku ketika aku memasukkan beberapa pakaian ke koper.Aku diantar suamiku ke bandara Soeta,”Adakah yang menjemputmu di bandara Los Angeles?” tanya suamiku.“Mr. Grayson Hopkins, kuasa hukum Profesor Black.” Jawabku.“Begitu tiba kasih khabar, jangan membuat papa bertanya-tanya apakah kamu tiba dengan selamat.”Kami berpisah sambil memeluk , cipika cipiki,”Papa akan merindukanmu.”Bisik suamiku.“Mama juga akan merindukanmu, setelah menikah baru pertama kali kita berpisah antara dua benua. Mudah-mudahan mama bisa cepat pulang.” Kataku menciumnya sekali lagi.Perjalanan panjang ke California aku berusaha tidur,agar sampai di California aku minta langsung ke rumah sakit. Setelah menjenguk Profesor Black, berbisik d
Aku bingung menghadapi dilemma yang harus aku pilih,berangkat ke Los Angeles menjenguk Profesor Black yang sedang sekarat atau membiarkannya dalam kesendiriannya dan mungkin kerinduannya untuk bertyemu denganku tidak terwujud.Kepalaku rasanya mau pecah, masalahku sekarang bertambah lagi. Masalah bertumpuk di otakku membuatku semakin stress, rasanya ingin menjerit sekeras-kerasnya. Pelukan lembut di bahuku menyadarkanku, aku membalikkan tubuhku berhadapan dengan suamiku yang menatapku lekat-lekat,”Kamu ingin menjenguknya?” tanyanya lembut .Aku menatap suamiku, bertanya dalam hatiku mengapa dia tiba-tiba cepat berubah, tadi kami sempat bertengkar , tidak menerima permohonan kuasa hukum Profesor Black agar aku ke Los Angeles.“Mam, ingat kamu sekarang ibu dari Adhie dan Mira, isteri dari BuluSriyanto, bukan mahasiswi Profesor Black. Lupakan dia, lupakan kalau dia sakit, siapa tahu itu jebakan agar kamu ke LA , dia …”“Dia sekarat! Bukan menjebakku!” Kataku dengan suara keras.“Apa bukti
Hari-hari sibuk di kantor, sidang naik banding ibu Dewitasari, sidang penghinaan dan pencemaran nama baik juga belum selesai . Ibu Dewitasari dikenakan tuntutan berlapis-lapis karena perbuatan tindak pidana penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Ibu Dewitasari minta naik banding, seharusnya hukuman harus lebih ringan.Demikian halnya sidang ibu Kasmawati dan Sari dijerat pasal pencemaran nama baik di media sosial dengan maksud supaya hal tersebut diketahui umum .Perbuatan yang merendahkan atau merusak nama baik atau harga diri orang lain sehingga merugikan orang tersebut, termasuk menista dan/atau memfitnah dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Empat Ratus Juta Rupiah.Ancaman yang semakin membuatku ketakutan atas keselamatan diriku, suami dan anak-anakku meskipun sudah dilaporkan kepada pihak yang berwenang tidak membuatku aman dan nyaman dalam melaksanakan aktivitas di luar.Yang paling menyedihkan hatiku adalah perub
Hari Sabtu kami mengurung diri di kamar Executive suite . Kami sepakat mematikan ponsel, tidak mengadakan hubungan kelua. Jum’at malam setelah candle light dinne kami berkurung di kamar, melakukan apa saja sesuai keinginan kami, kalau ingin bercinta kami bercinta sampai puas, kalau lapar dan haus kami memesan melalui layanan kamar atau room service,makanan dan minuman diantarkan tanpa harus meninggalkan kenyamanan kami.Saat ini kami berbaring di ranjang, mendengarkan musik romantis dari ponsel suamiku. Ponsel milik kami berdua,berisi semua yang namanya romantic. Musik romantis, video romantis dan pembicaraan kami berisi kata-kata cumbu rayuan. Itu hasil karya suamiku kalau kami berdua di kamar tidur , musik pengantar untuk melakukan hal-hal yang romantis.Dua malam, tiga hari hari kami rencanakan diisi dengan healing dan refreshing, rekonsiliasi batin , mencari kesegaran batin agar kami semakin mencintai serta mengolah tubuh kami, dengan hubungan intim kami percaya akan meny
Suamiku benar-benar mampu menguasai diriku pada pemanasan, dia mengenal titik-titik sensitif yang sangat kusukai jika dia menyentuhnya entah dengan jemarinya, bibir atau lidahnya yang mampu membuatku terus mendesah dan mengerang. Pemanasannya saja membuatku blingsatan apalagi kalau memasukiku.“Aku akan membuatmu terus menggelinjang, mendesah dan mengerang. Aku ingin mengalahkan si dia yang ada di LA. “ Katanya setiap kami melakukan hubungan intim.Aku tertawa terkikik-kikik mendengar celotehnya, teringat kata-kataku waktu kami berbicara pertama kali di teras tempat kostku. Setelah ronde pertama selesai suamiku belum puas menginginkan kami melakukannya lagi setelah kami beristirahat.Suamiku membisikkan sesuatu di telingaku, aku terkejut mendengar bisikannya.“Mengapa terkejut? Baru kamu dengar pose itu?” tanya suamiku ingin mengetahui reaksiku.Aku tidak berani menatapnya, aku pura-pura sibuk merapikan rambutku yang acak-acakan, melirik cermin besar yang berdiri kokoh , menyatukan
Dua minggu lagi kami akan merayakan tiga tahun pernikahan kami, sesuai kesepakatan ,kami akan merayakan di hotel. Suamiku sudah reservasi untuk tiga hari . Menjelang anniversary perkawinan kami suamiku sibuk memanjakanku dengan membeli pakaian, mulai dari gaun tidur, gaun pesta , sepatu high heels untuk pesta candle light anniversary yang dibungkus dalam box berbalut kain sutra dipermanis dengan pita besar , baru boleh aku buka di hotel.“Ma, nanti dipakai waktu anniversary perkawinan kita,”kata suamiku menyerahkan goody bag dengan nama designer terkenal dengan gaun haute couture.“Pa, terlalu memanjakanku,” ujarku.“Kalau papa kasih uang suruh mama beli pasti mama cari yang tidak bermerek,”“Mama tidak gila barang bermerk, yang penting enak dipakai.”“Posisi mama sebagai direktur keuangan dan papa sebagai pengusaha harus berkualitas dalam penampilan, makin tinggi kedudukan harus semakin berkualitas dalam penampilan.” Ujar suamiku.“Mama takut semakin papa terlihat berkualitas dalam
Semalam kami melampiaskan gairah liar kami, tadi pagi aku terbangun ketika suamiku sudah minta, “Ma, si kecil minta,”bisiknya di telingaku.Mataku yang masih malas untuk dibuka, aku buka paksa, melihat miliknya telah berdiri tegak menuntut untuk dilayani.“Masih ngantuk.” Kataku.“Ma,dia sudah nggak tahan.”“Dia atau papa,”Usilku untuk menggodanya menghilangkan kantukku.“Dua-dua.”“Pa, mulai saja nanti aku nurut saja keinginan papa.”“Boleh? Sesuai keinginanku? Sure?” tanyanya .“Hum..”Aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan suamiku yang selalu membuatku insomnia, melupakan di sekitarku, membiarkan jemari, bibir dan lidahnya bereaksi di kedua payudaraku, berakhir dengan menghisapnya. Aku bisa merasakan miliknya terus berkedut di pahaku . Aku membelai miliknya dengan lembut, tidak saja aku yang mendesah karena ulah suamiku, suamiku juga mendesah ketika jemariku membelai, mengurut miliknya.“Mam, uenaak banget,”“Hum..”Aku tidak tahu berapa lama kami melakukan pemanasan, aku