Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.
Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.
Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja.
"Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."
Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.
Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat.
"Tumben Om Atmaja belum sampai?" Tanya Reza pada kedua temannya.
"Iya, tidak biasanya Om Atmaja terlamabat," sambung Rama menimpali.
"Mungkin Aini masih marah dengan papanya," ucap Rabithah positif.
"Tetapi ini tidak seperti biasanya, bahkan mereka telat hampir dua jam," lanjut Reza.
"Kok perasaan gue nggak enak ya!"
"Husstt, jangan berpikir yang macam-macam," kata Rabithah memarahi Reza.
Tepat pukul 10 malam, tuan Atmaja dan juga keluarganya masih belum datang. Bisma yang sudah sampai sejak tadi juga merasa heran atas keterlambatan ayah asuhnya.
Bisma segera menelpon tuan Atmaja, tetapi sebelum ia menelpon ada panggilan masuk dari nomer yang tidak ia kenali.
Bisma menjawab panggilan itu, 'Halo.'
'apa benar ini dengan keluarga bapak atmaja.'
'iya, saya putranya'
'jika dilihat dari keadaan sekitar, bapak Atmaja mengalami kecelakaan tunggal dan membuat mereka terperosok kedalam jurang.'
Duarrrr
Bagai dihantam badai, Bisma tidak percaya jika papanya mengalami kecelakaan. Ia sangat paham jika papanya tidak pernah berkendara dengan kencang.
Handphone yang dipegangnya terjatuh, ia merosot lemah setelah mendengar penjelasan dari seberang telepon.
"Ada apa Bisma?" Tanya tuan Wijaya.
"Papa Om," ucapnya sendu
"Apa yang terjadi dengan tuan Atmaja?" Tanya Reza, Rama dan juga Rabithah bersamaan.
Tidak hanya ketiga teman Aini, karena semua tamu yang ada disana pada menghampiri Bisma untuk mencari tahu kebenarannya.
"Papa kecelakaan,"
"Bagaimana bisa? Mas Atmaja jika berkendara selalu santai, ia tidak mungkin mengalami hal seperti ini," ucap tuan Wijaya.
"Saya juga tidak tahu Om, sekarang kalian semua bisa meninggalkan pesta ini. Saya akan pergi ketempat kejadian," kata Bisma membubarkan para tamu yang hadir di pesta ulangtahun adiknya.
Semua tamu undangan mulai meninggalkan tempatnya, banyak di antara mereka yang tidak percaya akan kejadian ini. Berbeda dengan seseorang yang merasa bahagia atas terjadinya kecelakaan yang menimpa keluarga Atmaja.
'Rencanaku berhasil,' batinnya.
Wijaya dan Bisma pergi menuju lokasi kejadian, sudah banyak polisi yang berada di tempat tragedi tersebut. Beberapa polisi juga mengamankan jalan agar orang-orang dapat lewat dan tidak terjadi kemacetan.
"Bagaimana bisa papa saya kecelakaan?" tanya Bisma pada salah satu anggota polisi.
"Dilihat dari beberapa jejak mobil, sepertinya tuan Atmaja berkendara sangat kencang sehingga membuat mobil mereka oleng dan masuk kedalam jurang," jelas polisi itu.
"Tidak mungkin, pak! Saya sangat mengenal Mas Atmaja, ia tidak pernah berkendara dengan kencang," ucap Wijaya menimpali.
"Bapak bisa melihat jejak ban mobil ini yang dipaksa berhenti agar tidak masuk kedalam jurang, jika bapak Atmaja berkendara dengan lambat hal ini tidak akan terjadi."
Polisi yang mereka tanyain pergi meninggalkan mereka berdua, saat ini Bisma menuju ketempat evakuasi. Mereka mengevakuasi mobil yang masuk kedalam jurang.
Harapan Bisma sangat tipis setelah melihat beberapa body mobil yang hancur dan juga pembatas jalan yang hancur. Bukannya tidak ingin berpikir positif, hanya saja keadaan sudah menjelaskan semuanya.
Butuh waktu berjam-jam untuk bisa menaikkan mobil yang terperosok, akibat hari sudah malam dan juga keadaan jalan yang sangat sempit membuat kontraktor kesusahan.
"Pak, bisakah kita menyelamatkan orang yang di dalam terlebih dahulu? Lebih baik kita mengevakuasi orangnya dibandingkan mobilnya," beritahu Bisma.
Mendengar masukan dari Bisma, beberapa polisi dan tim SAR turun kebawah untuk mengevakuasi orang yang ada di dalam mobil. Mereka kesusahan karena minimnya cahaya dibawah, tetapi mereka tidak putus asa.
Hingga akhirnya satu orang berhasil mereka evakuasi, yaitu Aini yang mana wajahnya hancur akibat beberapa kaca yang mengenai wajahnya.
"Disini, ia masih hidup, hanya saja denyut nadinya sangat lemah," teriak salah seorang dari tim SAR.
Dengan cekatan para medis yang berada disana sejak tadi ikut turun untuk membantu seseorang yang dikatakan selamat dalam kecelakaan ini.
Bisma akhirnya bisa bernafas lega, karena pada akhirnya mereka masih selamat. Ia tidak tahu siapa yang selamat, walaupun begitu harapan dia tidak menjadi pupus.
Aini berhasil mereka naikan keatas dan segera dilakukan pertolongan pertama oleh beberapa tim medis. Bisma menghampiri mobil ambulans yang dimana ada Aini didalamnya.
Melihat kondisi Aini yang kritis membuat mobil ambulans segera menuju rumah sakit, tetapi Bisma bimbang ia harus ikut kerumah sakit atau menunggu kabar baik dari orngtua asuhnya.
"Sebaiknya kamu ikut kedalam ambulans itu, agar Aini tidak kesepian. Saya yang akan menunggu kabar baik dari Mas Atmaja," kata Wijaya memberi tahu Bisma.
Bisma bergegas masuk kedalam mobil ambulans, sebelum itu ia mengucapkan terima kasih kepada Wijaya, "terimakasih, Om! Segera kabari saya jika papa dan mama sudah dievakuasi."
Bisma senantiasa menunggu Aini di dalam mobil, "kamu kuat dek, kakak tahu kamu kuat. Kakak mohon kamu bertahan ya!" Ucap Bisma sendu.
Ia tidak tahu harus berbuat apa, yang bisa ia lakukan hanya menggenggam erat tangan Aini dan mengucapkan kata-kata motivasi agar adiknya bisa bangun kembali.
"Sus, apakah adik saya bisa bangun," tanya Bisma kepada perawat itu.
"Saya tidak tahu tuan, semua bergantung pada sang pencipta," jawab perawat itu.
'Ya Allah selamatkanlah adik hamba, hamba tidak ingin kehilangan dirinya,' batin Bisma.
Mobil ambulans yang ditumpangi oleh Bisma sudah sampai kerumah sakit, para perawat menurunkan Aini dan memindahkannya ke brangkar yang di bawah keluar oleh beberapa perawat. Para perawat membawanya ke ruang Operasi, karena jika dilihat banyak kaca yang menancap di wajah Aini dan mereka harus segera mencabut kaca-kaca tersebut.
Bisma dilarang masuk, ia harus menunggu adiknya di luar ruangan. Sesak yang ia rasakan ketika melihat keadaan adiknya, wajah cantik sang adik hancur akibat beberapa kaca yang menancap pada wajahnya.
Tidak berselang lama handphone Bisma berdering, disana tertulis nama Wijaya.
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in
Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa
Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Tepat hari ini putri tunggal dari keluarga Atmaja genap berusia 15 tahun. Tuan Atmaja sudah mempersiapkan acara untuk merayakan ulangtahun putrinya."Pa... Papa," teriak Aini dari lantai atas."Iya sayang, ada apa kamu teriak-teriak?""Papa ingat tidak hari ini hari apa?" Tanya Aini."Terimakasih sayang berkat kamu Papa jadi ingat kalau hari ini ada rapat," ucap tuan Atmaja sembari mencium kening putrinya.Tuan Atmaja pergi meninggalkan putrinya dengan senyum yang merekah. Ia tahu jika hari ini adalah ulangtahun sang putri, hanya saja ia ingin memberikan kejutan kepada anaknya.Aini yang ditinggal sendirian di meja makan merasa sedih, pasalnya di hari ulangtahunnya sang papa sibuk bekerja. Ia segera pergi mengambil tas sekolahnya dan berpamitan kepada sang mama."Ma, Aini berangkat ke sekolah," katanya dengan wajah lesuh."Kamu kenapa sayang? Tidak seperti biasanya kamu sedih begini?" Tanya Wulan penasaran."Tidak ma, Aini hanya kesal dengan papa," adunya.Setelah mengatakan jika diri
Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa
Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb
Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr
Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak