Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.
Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa yang harus ia katakan.Tepat di depan jenazah ke-dua orangtuanya Arga berusaha tegar, tetapi ia tidak bisa. Tubuhnya lemas tak bertenaga yang membuat Wijaya harus menahan tubuh Arga.Masih dengan dibantu oleh Wijaya, Arga mendekati jenazah Atmaja dan juga mamanya. "Apakah kamu ingin melihat wajah kedua orangtuamu?" Wijaya bertanya untuk memastikan. Ia tahu betul jika wajah Wijaya dan Wulan sudah tidak dapat dikenali karena benturan yang cukup keras ketika mengalami kecelakaan.Arga duduk di samping keduanya, perlahan tangannya membuka kain yang menutupi wajah Papa beserta Mama-nya. Disaat kain yang menutupi wajah kedua orangtuanya terbuka di situlah Arga tidak sadarkan diri, ia pingsan ketika melihat wajah Mama-nya. Wajah cantik yang selalu ia lihat sekarang sudah tidak dapat dikenali lagi.Bisma yang melihat adiknya pingsan langsung menghampiri. Ia menolong Wijaya untuk membawa adiknya menjauh dari jenazah ke-dua orangtuanya."Kamu jaga adikmu, biar Om yang bertemu dengan mereka." Kata Wijaya meninggalkan Bisma dan juga Arga.Dibantu dengan pembantu dirumah ini, Bisma memberikan minyak angin di sebagian hidung Arga agar ia celat sadar. Tangis yang sejak kemarin malam ditahan oleh Bisma akhirnya jatuh juga, ia tidak dapat menahannya lagi ketika melihat adiknya seperti ini.Tidak ada yang tenang ketika harus kehilangan sosok pelita hidupmu, walaupun dia bukan keluarga kandung tetapi jasanya tak tergantikan.Isak tangis yang tidak berhenti membuat mbok Darmi menenangkan Bisma. "Sabar den! Ini semua kehendak Tuhan. Mau bagaimana pun jika belum menemukan takdir kematian maka ia akan bersama kita.""Mengapa harus diulang tahun Aini mbok? Mengapa disaat hari bahagia adik aku menjadi hari duka untuk kita semua?" Kata Bisma yang masih dalam tangisnya."Aden harus ingat!! sejak kita dalam kandungan dan ruh kita ditiupkan, disitulah janji kita terucap. Mulai dari takdir kehidupan hingga takdir kematian dan bagaimana kita mati," jelas mbok Darmi dengan menitikan air mata.Tidak ada yang menyangka orang sebaik Atmaja harus meninggal dengan tragis seperti ini. Wajah yang tak dapat dikenali dan beberapa tulang rusuknya harus keluar.Mbok Darmi meninggalkan kedua kakak beradik tersebut, ia akan kembali bekerja di belakang untuk menyiapkan beberapa minuman pada orang-orang yang berdatangan untuk takziah.Jenazah sudah dimandikan dan sudah dikafani sejak dari rumah sakit. Di sini hanya mengikatkan tali pocongnya saja. Arga dan Bisma berdiri berdampingan untuk mengangkat keranda.Mereka ke pemakaman menggunakan mobil ambulance, dan keranda yang di pegang akan memasuki mobil ambulance. Masih dengan tangisnya Arga mengangkat keranda ibunya beserta beberapa tetangga yang membantunya. Sedangkan Bisma, sekali lagi ia mencoba tegar dengan semua ini.Pemakaman berjalan dengan lancar tanpa hambatan, dan sekarang Arga masih jongkok di samping makam kedua orangtuanya."Tidakkah kamu ingin melihat adikmu!" Ucap Wijaya pada Arga. Wijaya sengaja mengatakan itu agar Arga tidak berlarut-larut dalam kesedihan, tidak hanya Arga dan Bisma yang merasa kehilangan karena ia juga merasakannya."Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Arga memastikan."Dia baik, tetapi ia butuh dukungan dari orang-orang yang menyayanginya. Segera temui adikmu karena sejak kemarin ia menunggu kepulangan mu."Arga bangkit dari duduknya setelah mendapatkan petuah dari Wijaya. Melihat Arga yang pergi meninggalkan pemakaman membuat Bisma semakin terpukul. "Keluarkan semua beban dalam dirimu, disini sudah tidak ada lagi adikmu dan jangan menahannya," kata Wijaya menenangkan Bisma.Kali ini tangis Bisma pecah di pemakaman kedua orangtuanya, tak ada lagi yang ia tutup-tutupi. Ialah Bisma hanya manusia biasa yang mencoba kuat di saat semua orang lemah.Wijaya mengusap punggung Bisma, ia hanya ingin Bisma mengungkapkan semuanya tanpa harus menjadi kuat. Mungki ia bisa menggunakan topeng itu di depan adiknya tetapi didepan Wijaya topeng itu tidak ada gunanya.Setelah merasa tenang Wijaya mengajak Bisma untuk bangkit dan pergi dari makam kedua orangtuanya.***Arga yang sudah sampai di rumah sakit langsung pergi keruang ICU dimana Aini berada. Menggunakan pakaian yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit membuatnya hanya pasrah.Arga berjalan pelan menuju berangkar adiknya, dari depan pintu ia sudah dapat melihat jika banyak alat medis di tubuh adiknya. Tidak hanya alat medis melainkan juga ada perban dibagian pipinya, tangis yang tadinya sudah reda jatuh kembali.Adiknya yang sangat cantik dan ceria harus terbaring di brangkar rumah sakit seperti ini dna juga ia harus menerima banyak luka pada tubuhnya. Andai saja ia bisa menggantikan sang adik, ia tidak ingin adiknya menderita."Hai adik kecil! Abang mohon sama kamu, jangan pernah menyerah untuk bangkit. Disini ada Abang dan juga mas Bisma jadi kamu tidak sendirian. Om Wijaya juga ada untuk kita!" Arga berkata pelan dengan menahan sesak pada dadanya."Maafin Abang, mungkin kalau Abang dirumah hal ini tidak akan terjadi. Tetapi percuma kalau Abang berkata mungkin jika takdir tuhan memang menentukan jalannya seperti ini. Abang hanya ingin bilang ke kamu, kalau kamu tidak sendirian jadi Abang mohon cepat bangun."Arga lebih memilih meninggalkan ruangan adiknya, ia tidak sanggup melihat Aini menderita. Arga lebih memilih menunggu Aini di bangku yang sudah disediakan dekat ruangan.Kenangan masa lalu terlintas dalam benaknya, dimana saat itu ketika ulang tahunnya. Ia mendapatkan kejutan dari keluarganya! Mereka jauh-jauh berkunjung ke kota Semarang hanya untuk memberikan kejutan. Antusias Aini ketika memberikan dirinya sebuah kue ulangtahun tahun dan disana tertera lilin yang menandakan umurnya.Sayangnya tahun ini ia tidak bisa memberikan kejutan ulang tahun pada Aini, tetapi semua orang diberi kejutan atas kematian tuan atmaja.Ponsel Arga berdering dan ia mendapat telepon dari orang kepercayaan tuan Atmaja dan dirinya."Maaf tuan, ada yang janggal dengan kematian tuan Atmaja," kata seseorang yang di seberang telepon..Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Tepat hari ini putri tunggal dari keluarga Atmaja genap berusia 15 tahun. Tuan Atmaja sudah mempersiapkan acara untuk merayakan ulangtahun putrinya."Pa... Papa," teriak Aini dari lantai atas."Iya sayang, ada apa kamu teriak-teriak?""Papa ingat tidak hari ini hari apa?" Tanya Aini."Terimakasih sayang berkat kamu Papa jadi ingat kalau hari ini ada rapat," ucap tuan Atmaja sembari mencium kening putrinya.Tuan Atmaja pergi meninggalkan putrinya dengan senyum yang merekah. Ia tahu jika hari ini adalah ulangtahun sang putri, hanya saja ia ingin memberikan kejutan kepada anaknya.Aini yang ditinggal sendirian di meja makan merasa sedih, pasalnya di hari ulangtahunnya sang papa sibuk bekerja. Ia segera pergi mengambil tas sekolahnya dan berpamitan kepada sang mama."Ma, Aini berangkat ke sekolah," katanya dengan wajah lesuh."Kamu kenapa sayang? Tidak seperti biasanya kamu sedih begini?" Tanya Wulan penasaran."Tidak ma, Aini hanya kesal dengan papa," adunya.Setelah mengatakan jika diri
Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak
Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr
Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa
Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb
Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr
Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak