Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.
Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.
Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya.
"Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma.
"Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah."
"Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma.
"Kakak..." Ucap Aini manja.
Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini.
"Wah.. bebek," katanya sumringah.
Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak memperdulikan Bisma yang masih bingung untuk memarkirkan mobilnya.
Tidak berselang lama Bisma masuk kedalam restoran, ia mencari keberadaan Aini. Aini duduk di pojok dekat dengan kolam ikan, pepohonan yang ada didekat kolam memberikan hembusan angin sepoi-sepoi. Rambut Aini berantakan akibat hembusan angin.
"Rambutnya dirapikan dong," ucap Bisma merapikan rambut Aini.
"Kak, Aini suka sama tempatnya. Ini tidak seperti restoran melainkan lesehan yang cocok untuk keluarga."
Pesanan Aini sudah siap, Aini memesan makanan yang berhubungan dengan bebek. Mulai dari bebek goreng, bebek panggang dan juga bebek rica-rica.
Bisma terkejut melihat pesanan Aini yang cukup banyak. "Dek kamu yakin bisa menghabiskan ini semua?"
"Kalau nggak habis kan ada kakak, jadi kakak juga harus makan apa yang Aini pesan."
Bisma hanya bisa menghela nafas, ia tidak tahu harus berbuat apa. Dia sendiri tidak terlalu suka dengan bebek dan demi adik tercintanya ia terpaksa harus memakan olahan bebek.
"Ayo kak di makan," kata Aini.
Akhirnya semua olahan bebek yang dipesan oleh Aini sudah habis, dan kalian tahu kan siapa yang menghabiskan. Yap, Aini yang menghabiskan semuanya sedangkan Bisma hanya mencicipi bebek gorengnya.
Bisma mengendarai mobilnya keluar dari parkiran menuju rumah Aini. Ia senang karena Aini suka dengan restoran yang dipilihnya.
Sesampainya di rumah keluarga Atmaja, Bisma turun dan masuk kedalam rumah mengikuti Aini.
"Mbok, mama dimana?" Tanya Bisma pada mbok Narti.
"Ada di dapur Den," beritahu mbok Narti.
"Terimakasih mbok."
Bisma menghampiri Wulan. Ia berjalan dengan pelan tanpa suara untuk mengejutkan mamanya. Wulan sudah tahu jika anaknya akan menjahilinya. "Mama tahu kalau itu kamu Bis."
"Mama nggak asik, pura-pura tidak tahu kan bisa!" Rajuk Bisma.
"Walaupun kamu bukan anak kandung mama, mama akan tahu jika kamu datang," jelas Mama Wulan.
"Iya Ma, mama itu wanita terhebat untuk Bisma dan juga Arghanta. Oh iya Ma, apa tidak ada kejutan untuk ulangtahun Aini?"
"Ada, papa kamu sudah mempersiapkan semuanya," ucap Mama Wulan berbisik.
"Really? Lalu kenapa Aini murung? Ia juga bilang kalau Papa sibuk dan lupa akan ulangtahunnya."
"Kamu seperti tidak tahu kebiasaan papamu. Ayo makan siang dulu baru balik ke kantor."
"Maaf ni ma bukannya menolak rezeki, masalahnya Bisma baru balik makan siang bareng Aini," jelas Bisma.
Bisma berpamitan kepada Mama Wulan dan juga mbok Narti. "Ma, mbok Bisma balik kekantor dulu."
Niat awal Bisma yang hanya ingin mengantarkan Aini ternyata tidak terjadi, karena ia merindukan sosok ibu angkatnya. Dapat dikatakan Bisma menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam untuk menggoda mamanya dan juga mbok Narti.
Tidak tahu kenapa Bisma merasa jika hari ini adalah hari terakhir ia berjumpa dengan sang mama. Ia hanya berpikir mungkin karena dua hari lagi dia harus keluar kota maka rasa rindu itu membuncah.
Bisma memiliki perusahaan sendiri, ia diberikan modal oleh papa Atmaja untuk memulai bisnis dan Alhamdulillah. Bisnis yang ia geluti berhasil, walaupun perusahaannya tidak sebesar perusahaan milik keluarga Atmaja.
Dreettt dreettt
Handphone Bisma berbunyi pertanda jika ada yang memanggil. Ia melihat siapa yang sedang menelpon, setelah tahu ia langsung menjawab panggilan.
"Assalamualaikum, ada apa Ar?" Tanya Bisma pada adiknya. Yang menelpon Bisma adalah adiknya Arghanta, Arghanta saat ini sedang ditugaskan keluar kota oleh tuan Atmaja.
"Kak, malam ini kata papa akan ada kejutan untuk Aini," ucap Arghanta diseberang telepon.
"Terus! Kamu mau titip barang dan nantinya kakak yang akan kasih ke Aini," tebak Bisma.
Arghanta hanya memberikan senyuman yang tidak dapat dilihat oleh Bisma. "Iya kak, tolong banget kak," pinta Arghanta.
Sebelum mendapatkan jawaban dari Bisma panggilan sudah dimatikan oleh Arga terlebih dahulu. "Dasar adik durhaka," omelnya.
Bisma mencari hadiah untuk Aini sesuai perintah Arga, ia datang ke toko kado dimana ia bisa memilih hadiah yang akan diberikan. Pilihan Bisma jatuh pada boneka Boba yang cukup besar berwarna coklat, tidak tahu mengapa ia tertarik dengan boneka itu.
"Mbak tolong boneka yang ini satu," pintanya pada penjaga toko.
Setelah mendapatkan hadiah untuk Aini ia bergegas kembali ke kantor, dan nantinya ia akan bertanya pada sang Papa dimana mereka akan merayakan ulang tahun Aini.
Dilain tempat tuan Atmaja bergegas menyelesaikan pekerjaan, ia tidak ingin terlambat. Atmaja sengaja pulang lebih cepat dari biasanya.
"Lista, kamu sudah mempersiapkan tempat yang saya minta," tanya Atmaja pada sekertarisnya.
"Sudah pak."
"Oke, kalau begitu kamu boleh pulang!"
Setelah pekerjaannya selesai Atmaja kembali pulang, ia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan kepada putrinya.
Di lobi kantor masih ada beberapa pegawainya yang belum pulang, dan mereka menyapa bos mereka. "Sore pak," Atmaja hanya membalas dengan senyuman.
Dalam waktu 30 menit ia sudah sampai dirumahnya, "Assalamualaikum," ucapnya ketika masuk kedalam rumah.
"W*'alaikumsalam pa, tumben papa jam segini udah pulang?" Tanya mama Wulan heran.
"Hari ini putri kita ulang tahun jadi Papa nggak ingin dia kecewa."
Atmaja beranjak ke kamar sang putri yang berada di lantai dua, ia meninggalkan istrinya di bawah sendiri.
"Sayang papa pulang," katanya dengan mengetuk pintu kamar."Aini nggak mau bicara sama papa," teriak Aini dari dalam kamar.
"Ya sudah, sebenarnya papa mau ajak kamu ke suatu tempat."
"Kita mau kemana pa?" Tanyanya dengan membuka pintu kamar.
"Segera mandi dan ganti pakaian kamu dengan gaun yang indah," jawab sang papa pergi meninggalkan kamar putrinya.
Atmaja berserta keluarganya sudah siap untuk berangkat ke tempat yang sudah disiapkan oleh sekretarisnya. Tidak lupa ia juga mengirimkan pesan kepada Bisma untuk datang ke pesta yang sudah ia siapkan.
Diperjalanan Aini sangat bahagia, karena mereka menyanyikan lagu random. Aini juga mengungkapkan terimakasih atas kejutan yang akan diberikan papanya. Tiba-tiba saja ketika sampai di jalan sepi ada dua motor yang mengejar mobil mereka. Aini panik dan langsung memeluk lengan sang mama.
Atmaja mencoba tidak panik, jika ia panik akan berbahaya untuk dirinya dan juga keluarganya. Dua sepeda motor yang mengejar Atmaja semakin mendekat dan mereka menodongkan pistol, Aini yang melihat itu langsung berteriak.
"Papa..., Aini takut," ucapnya lirih.
"Kamu diam saja ya sayang, papa tidak akan membiarkan mereka menyentuh kamu dan juga mama kamu."
Atmaja semakin mempercepat laju mobilnya, tetapi ia tidak sadar jika ada belokan yang cukup curam. Para pengendara sepeda motor yang sejak tadi mengikuti berhenti dan mereka menembakan pistolnya kearah ban mobil.
Karena sudah terlanjur melaju dengan cepat, mobil yang dikendarai Atmaja oleng dan menabrak dinding perbatasan hingga masuk kedalam jurang.
Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr
Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in
Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa
Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te
Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R
Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta
Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa
Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in
Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""
Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb
Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr
Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak