Beranda / Lain / BANGKIT / Bisma dan Arghanta Dinata

Share

Bisma dan Arghanta Dinata

Penulis: Rini siska lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.

Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.

Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.

Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi.

"Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es krim.

"Kita cari uang dulu, nanti kalau sudah ada uangnya Abang belikan kamu es krim."

Arga yang belum mengerti hanya menangis ketika apa yang ia inginkan tidak terwujud. Tangisnya membuat beberapa pejalan kaki yang melewati mereka menatap kasihan tetapi diantara mereka semua tidak ada yang berbaik hati untuk membelikan es krim.

Sampai seorang suami istri yang keluar dari toko es krim melihat mereka. "Kamu kenapa menangis?" Tanya wanita itu.

Arga tidak menjawab ia hanya menunjuk gambar yang ada didepan toko. "Kamu mau es?" Tanyanya lagi dan Arga hanya mengangguk.

Bisma yang melihat interaksi antara Arga dan juga wanita itu tersenyum, ia merasa bahagia karena masih ada manusia yang ingin menolong mereka walaupun hanya membelikan es krim.

Suami dari wanita tadi keluar membawa dua cup es krim, ia memberikan kepada Bisma dan juga Arga. "Ini untuk kalian berdua."

Sepasang suami istri itu membawa Bisma dan Arga duduk di taman, dimana toko es krim tadi memiliki sebuah taman bermain yang dikhususkan untuk anak-anak. Arga sangat menikmati es krimnya tanpa peduli apa yang sedang dibicarakan oleh Bisma dan juga Wulan.

"Rumah kamu dimana? Tante antar kamu sampai rumah, ya," ucapnya.

"Bisma dan Arga tidak punya rumah, rumah kami sudah diambil," jelasnya.

"Bagaimana kalau kamu ikut Tante saja," pintanya.

"Bisma mau sama Arga saja, terimakasih Tante atas es krim nya," ucap Bisma pergi meninggalkan sepasang suami-istri itu.

Bisma dan Arga kembali ke aktivitas mereka yaitu menjual koran, tidak banyak uang yang dihasilkan oleh mereka tetapi ia bersyukur setidaknya ia dan adik kecilnya masih bisa makan.

Hujan turun membasahi kota Jakarta, Arga dan Bisma yang sudah beberapa bulan ini tinggal di bawah kolong jembatan merasa kedinginan. Bisma memeluk adiknya agar tidak kedinginan, mereka berdua hanya tidur beralaskan kardus bekas tanpa selimut.

Hari-hari mereka lalui dengan gembira, Bisma tidak pernah mengeluh jika ia capek karena ini semua pilihan dirinya. Terkadang ia merasa iri melihat anak seusianya pada pergi ke sekolah, sedangkan ia harus mencari uang untuk makan.

Sebenarnya ketika ada yang ingin mengadopsi Arga, Bisma melarangnya karena ia sudah terlanjur jatuh cinta dengan Arga. Bukannya tidak ada panti yang ingin menampung mereka hanya saja Bisma takut jika dipanti nanti akan ada yang mengadopsi  salah satu diantara mereka berdua.

Rasa sayang Bisma kepada Arga tidak ada batasnya, karena ia rela mencari uang dan memberi makan untuk sang adik. Sayangnya di usia Arga yang menginjak tiga tahun masih memerlukan asupan yang cukup, ia masih memerlukan susu dan juga makanan yang bergizi.

Hingga suatu malam di bawah kolong jembatan Arga menggigil karena kedinginan. Lagi-lagi hujan kembali turun membasahi bumi ini, hujan yang sejak sore tadi belum reda membuat Bisma tidak dapat mencari uang. Saat ini mereka belum makan apapun.

Bisma memeluk Arga agar ia hangat tetapi tubuh Arga sangat panas, panik yang dirasakan Bisma saat ini. Pasalnya ia tidak tahu harus berbuat apa, ia mencoba meminta pertolongan kepada orang-orang yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya.

"Bu, tolongin saya! Adik saya badannya panas," ucapnya meminta pertolongan kepada pengemis yang sedang mengistirahatkan tubuhnya.

"Kalau adik kamu sakit di bawa kerumah sakit dek," ucapnya

"Saya nggak punya uang Bu!"

"Jika tidak punya uang kamu bisa membawanya ke puskesmas, jika tidak kamu hanya bisa pasrah," beritahunya.

Bisma tidak kehabisan akal, ia mencoba meminta pertolongan kepada yang lainnya dan adiknya ia titipkan kepada ibu pengemis yang ia jumpai tadi.

Semua orang yang ia mintai pertolongan tidak ada yang ingin menolongnya. Mereka semua mengatakan 'kita orang tidak punya maka jangan sampai kita sakit.

Bisma mencoba pergi ke area jalan raya, ia bertekad untuk menghentikan beberapa mobil yang melaju. Di bawah guyuran hujan Bisma masih setia menunggu kedatangan mobil yang akan melintasi jalan itu, ia tidak peduli dengan dinginnya malam akibat turunnya hujan.

Bisma melihat ada mobil yang melintas dengan kecepatan sedang, ia langsung berlari ketengah untuk menghadang mobil itu. Mobil yang ia hadang berhenti dan menurunkan kacanya untuk berbicara kepada Bisma. "Hei anak kecil, kalau mau mati jangan menabrakan dirimu di  depan mobil saya. Minggir kamu, saya harus pergi," teriaknya.

Bisma hanya bisa menjauh dari mobil yang ia hadang. Bisma kembali untuk menemui Arga, ia tidak tenang meninggalkan Arga kepada orang lain tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak.

Sebelum menjumpai Arga ia melihat mobil dengan kecepatan tinggi yang akan melintasi jalan tersebut, tanpa pikir panjang Bisma langsung berlari ketengah jalan dan merentangkan tangannya.

Ciiittttt

Suara decitan mobil yang dipaksa berhenti ketika sedang melaju kencang. Kurang dari setengah meter mobil itu akan menabrak Bisma. Sang pengendara mobil langsung turun untuk melihat keadaan Bisma.

"Kamu tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?" Tanya sang pengendara.

"Om tolong adik saya!" Ucap Bisma menangis.

Atmaja yang sedang terburu-buru harus menunda kepergiannya, "apa yang bisa saya bantu?"

"Adik saya sakit Om, tetapi saya tidak tahu harus membawanya kemana," jelas Bisma.

Atmaja mengikuti langkah kecil kaki Bisma yang menuju kebawah kolong jembatan. Atmaja ingat dengan anak kecil yang hampir ia tabrak, anak kecil itu adalah anak yang beberapa hari lalu mereka temui di kedai es krim.

Atmaja segera membawa Arga dalam gendongannya, ia berlari sembari memegang tangan Bisma agar tidak tertinggal. Mereka masuk kedalam mobil dan menuju kerumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Atmaja mengantar Arga kedokter anak kemudian ia meninggal mereka, Atmaja pergi ke lorong persalinan karena tujuannya kerumah sakit ialah untuk melihat istrinya melahirka.

Malam berganti pagi, sebelum Atmaja melihat putrinya ia pergi keruangan Arga. Ia dapat melihat jika Bisma sedang tertidur di sofa, dan Arga masih terlelap karena sejak kemarin ia tidak dapat tidur.

Atmaja membangunkan Bisma, "Bisma ayo bangun, Om sudah membelikan kamu sarapan."

Bisma mengucek matanya dengan imut, membuat hati Atmaja tersentuh. Ia bertekad jika istrinya sudah bisa pulang kerumah maka ia akan membawa Arga beserta Bisma untuk tinggal dengannya.

Bab terkait

  • BANGKIT   Masuk Jurang

    Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb

  • BANGKIT   Papa dan Mama Pergi

    Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""

  • BANGKIT   Arga pulang

    Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in

  • BANGKIT   Pemakaman

    Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa

  • BANGKIT   Kejanggalan

    Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta

  • BANGKIT   Menjenguk Aini

    Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R

  • BANGKIT   Setitik Respon

    Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te

  • BANGKIT   Ulang Tahun

    Tepat hari ini putri tunggal dari keluarga Atmaja genap berusia 15 tahun. Tuan Atmaja sudah mempersiapkan acara untuk merayakan ulangtahun putrinya."Pa... Papa," teriak Aini dari lantai atas."Iya sayang, ada apa kamu teriak-teriak?""Papa ingat tidak hari ini hari apa?" Tanya Aini."Terimakasih sayang berkat kamu Papa jadi ingat kalau hari ini ada rapat," ucap tuan Atmaja sembari mencium kening putrinya.Tuan Atmaja pergi meninggalkan putrinya dengan senyum yang merekah. Ia tahu jika hari ini adalah ulangtahun sang putri, hanya saja ia ingin memberikan kejutan kepada anaknya.Aini yang ditinggal sendirian di meja makan merasa sedih, pasalnya di hari ulangtahunnya sang papa sibuk bekerja. Ia segera pergi mengambil tas sekolahnya dan berpamitan kepada sang mama."Ma, Aini berangkat ke sekolah," katanya dengan wajah lesuh."Kamu kenapa sayang? Tidak seperti biasanya kamu sedih begini?" Tanya Wulan penasaran."Tidak ma, Aini hanya kesal dengan papa," adunya.Setelah mengatakan jika diri

Bab terbaru

  • BANGKIT   Setitik Respon

    Setelah beberapa minggu dirawat di rumah sakit akhirnya Aini memberikan respon. Ia menggerakkan jarinya beberapa kali dan hal itu di lihat oleh Bisma.Melihat hal itu Bisma segera menelpon adiknya yang harus berganti pakaian karena harus bertemu dengan klien. Sudah dikatakan jika mereka berdua akan bergilir dan terkadang Om Wijaya bergabung untuk meminta Bisma dan Arga istirahat.Tidak hanya menelpon sang adik, ia juga buru-buru keluar untuk mencari perawat yang saat ini tidak ada di dalam ruangan. Ketika ia melihat seorang perawat Bisma segera menarik tangan perawat tersebut dan membawanya masuk kedalam ruang ICU."Ada yang bisa saya bantu, Pak!" tanya perawat tersebut yang merasa heran karena tiba-tiba ditarik oleh Bisma."Adik saya, dia menggerakkan jarinya." Ada rasa haru yang membuat Bisma menitikkan air matanya."Itu hanya respon biasa, tapi semoga saja respon pasien kali ini membuatnya sadar dari tidur panjangnya," jelas perawat te

  • BANGKIT   Menjenguk Aini

    Rama, Reza dan Rabithah tidak langsung pulang kerumah mereka setelah bel pulang sekolah. Biasanya mereka akan terburu-buru keparkiran untuk bergegas pulang. Namun, kali ini mereka bertiga masih setia duduk di dalam kelas di ikuti oleh beberapa teman lainnya. Ya! Mereka ingin berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Mereka ingin mensupport Aini agar ia cepat kembali kesekolah. Rabithah juga sudah menelpon Bisma sebelum mengajak teman-temannya. Ia mendapatkan izin dari Bisma dan segera memberitahu teman-temannya."Kapan kita akan berangkat?" Tanya Reza tidak sabaran.Mereka semua sangat merindukan malaikat mereka yang selalu membela orang lemah. Mereka semua juga sangat sedih ketika mendapat kabar jika orangtua Aini meninggal dalam Insiden tersebut. Maka dari itu mereka ingin memberikan dukungan pada temannya."Tunggu dulu, kita harus memikirkan akan membawa apa!!" "Percuma, Aini belum sadar sejak tragedi tersebut," beritahu R

  • BANGKIT   Kejanggalan

    Seperti hari sebelumnya, Arga tak henti-hentinya berkunjung kerumah sakit untuk melihat keadaan Aini. Dan Aini masih belum ada perkembangannya! Bahkan beberapa dokter mengatakan kalau perkembangan Aini semakin menurun.Arga dan Bisma akan bergantian untuk menjaga Aini, terkadang Wijaya juga datang dan menawarkan diri untuk menjaga Aini. Tapi selalu di tolak oleh Bisma karena ia tidak ingin merepotkan Wijaya. Sudah banyak bantuan yang dilakukan Wijaya ketika orangtua angkatnya meninggal dan kali ini ia ingin menjaga Aini berdua dengan sang adik.Bisma menghampiri Arga yang sejak tadi belum beranjak dari ruangan Aini. Sudah tiga hari ini Arga mengabaikan pekerjaannya dan memilih menjaga Aini. "Keluarlah sebentar untuk mencari makan! Sejak kemarin aku tidak melihatmu memakan sesuatu," ucap Bisma."Tidak kak, aku akan disini menemani Aini. Aku takut jika ia sadar nanti tidak ada orang di sisinya.""Ada aku Ar! Aku juga kakaknya jadi kamu tidak usah ta

  • BANGKIT   Pemakaman

    Arga yang mengetahui kalau Aini saat ini masih terbaring di rumah sakit sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa, dimana nantinya ketika Aini bangun apa yang harus ia katakan.Arga sampai dirumah orangtuanya dan disana sudah berdiri om Wijaya beserta kakaknya Bisma. Arga tahu kakaknya sedang tidak baik-baik saja hanya saja ia tidak ingin terlihat lemah didepan sang adik.Arga luruh kelantai setelah sampai dirumah orangtuanya dan ketika ia melihat dua jenazah dari depan pintu rumahnya. Wijaya yang mengerti bagaimana anak-anak angkat Atmaja yang selalu ada untuk Atmaja langsung menghampiri Arga."Masuklah kedalam dan temui orangtuamu untuk terakhir kalinya." Wijaya membimbing Arga untuk berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa barang yang di bawa Arga dipindahkan oleh satpam ke kamar Arga.Ketika Arga masuk, Bisma tidak sanggup melihat wajah adiknya. Ini baru Arga dan ia tidak bisa menceritakan semuanya! Apalagi jika Aini sadar apa

  • BANGKIT   Arga pulang

    Wijaya menjawab panggilan dari Arghanta. "Hallo, kak Bisma perasaan aku Kenapa tidak enak? Apakah kalian disana baik-baik saja." Wijaya yang mendengar suara Arghanta hanya bisa menitihkan air mata, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Semuanya berlangsung begitu cepat sehingga tidak ada yang tahu takdir sang pencipta.Dengan memberanikan diri Wijaya berbicara pada Arghanta. "Kamu bisa pulang malam ini? Besok acara pemakaman orangtua mu." Beritahu Wijaya yang berusaha tegar agar Arghanta tidak panik.Bisa didengar diseberang telepon kalau ada benda yang jatuh dan Wijaya sudah yakin jika benda yang jatuh itu adalah ponsel milik Arghanta. Anak angkat tuan Atmaja itu pasti shock ketika mengetahui kalau orangtuanya meninggal.Tidak berhenti sampai di situ, karena panggilan yang masih berlangsung membuat Arghanta bertanya sesuatu. "Apakah Aini baik-baik saja?"Wijaya sangat tahu kedua anak angkat Atmaja sangat menyayangi Aini, putri semata wayang keluarga Atmaja. Jadi wajar jika yang in

  • BANGKIT   Papa dan Mama Pergi

    Bisma mendapat kabar dari Wijaya bahwa orangtua Aini tidak ada yang selamat, mereka berdua meninggal tepat di ulangtahun putri mereka yang ke 15 tahun.Saat ini yang harus ia usahakan hanya berdoa pada sang pencinta atas kesembuhan adik angkatnya. Ia berjanji akan selalu ada untuk Aini hingga maut merenggut nyawanya.Jenazah orangtua Aini juga dibawa kerumah sakit yang sama dengan Aini, hal itu ia lakukan agar mempermudah dirinya untuk mengurus jenazah.Bisma tidak tahu harus mengadu kepada siapa, ia hanya berusaha terlihat tegar yang mana kenyataannya dia sangat lemah. Orangtua asuhnya harus pergi meninggalkan dunia ini dan memberikan luka kepada adik kecilnya.Disaat Bisma menangis disamping pintu ruang operasi tiba-tiba saja Wijaya datang menghampirinya, "kamu harus kuat, demi kedua adik kamu," ucap Wijaya berusaha menenangkan Bisma.Bukannya tenang, Bisma semakin terlihat rapuh, ia menangis dalam pelukan Wijaya. Bisma mengadu kepada Wijaya tentang apa yang ia rasakan."Om papa,""

  • BANGKIT   Masuk Jurang

    Suasana di restoran sudah ramai, teman dan juga beberapa kerabat yang di undang oleh Atmaja sudah berkumpul di restoran yang telah didekor dengan apik.Ada beberapa kolega Atmaja yang sengaja datang untuk memberikan doa kepada putrinya. Mereka semua menunggu hingga pukul 9 malam dan tidak ada tanda-tanda jika tuan Atmaja akan datang.Keluarga Wijaya yang memang sudah dekat dengan keluarga Atmaja meminta para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan sembari menunggu kedatangan Atmaja."Hadirin semua, saya sebagai perwakilan dari keluarga Wijaya meminta maaf atas keterlambatan tuan Atmaja. Kalian semua bisa menikmati hidangan yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan tuan Atmaja."Semua orang pergi berpisah, ada yang pergi untuk mencicipi aneka kue, dan ada juga yang mengambil makan.Reza, Rama dan juga Rabithah merasa heran dengan keterlambatan papanya Aini, mereka bertiga berspekulasi jika Aini masih mengambek dengan papanya sehingga membuat mereka terlambat."Tumb

  • BANGKIT   Bisma dan Arghanta Dinata

    Bisma dan Arghanta merupakan anak dari panti asuhan, mereka berdua tidak tahu siapa orangtua mereka. Bisma yang saat itu telah berusia 4 tahun merasa senang karena ada pendatang baru di panti. Bisma menyayangi Arga seperti adiknya sendiri.Hingga suatu hari ibu panti meninggal dunia dan beberapa anak panti tidak ada lagi yang mengurus. Bahkan rumah panti yang mereka tempati harus di ambil alih dan mereka semua di usir.Arghanta yang masih berusia 3 tahun harus ikut dengan Bisma yang berusia 7 tahun. Sedangkan anak panti yang lainnya pergi dan ada juga yang mengadopsi mereka, tetapi diantara semuanya tidak ada yang ingin mengadopsi Bisma karena Bisma tidak ingin berpisah dengan Arga.Bisma dan Arghanta hidup di jalanan, mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari orang-orang. Terkadang Bisma akan menjual koran untuk membeli makan, Arga yang saat itu berusia tiga tahun tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya mengikuti kemanapun Bisma pergi."Abang mau itu," pinta Arga yang melihat es kr

  • BANGKIT   KECELAKAAN

    Bisma hanya diam, ia tidak ingin Aini terganggu. Walaupun sebenarnya ia merasa sedih karena kehadirannya tidak terlalu diharapkan oleh Aini.Bisma rela meninggalkan pekerjaan demi memberikan kejutan untuk adik tercintanya. Sayang, yang adiknya harapkan bukan kejutan dari dia tetapi dari Arghanta.Bisma mengendarai mobilnya ke restoran, ia sengaja membawa Aini ke sana karena ia tahu jika Aini lapar. Pasalnya sejak tadi perut Aini berbunyi, tetapi ia tidak berani mengatakannya."Kita mampir dulu, kakak lapar sejak pagi belum makan," ucap Bisma."Katanya kakak sibuk? Kita langsung pulang saja kak, Aini bisa makan di rumah.""Terus kakak biarin cacing di perut kamu? Dia mengganggu konsentrasi kakak ketika menyetir," gurau Bisma."Kakak..." Ucap Aini manja.Bisma menghentikan mobilnya di restoran, ia memilih restoran yang menyediakan bebek bakar. Bisma tahu adiknya sangat suka dengan bebek jadi dia memilih restoran ini."Wah.. bebek," katanya sumringah.Aini masuk terlebih dahulu, ia tidak

DMCA.com Protection Status