Ketiga anak kecil itu berlari keluar dari dalam. Kaki kecil mereka menuruni tangga dengan semangat.Yasmin menoleh seakan-akan dia baru mengingat sesuatu. "Oh, iya. Aku membawa anak-anak ke rumah ibuku. Besok aku akan mengantar mereka pulang."Dia sama sekali tidak peduli pada Irene apakah dia menginap di Taman Royal atau tidak.Di depan Daniel, Yasmin menggendong satu per satu anak ke dalam mobil.Anak-anak menjulurkan kepalanya dari jendela mobil. Mereka berkata pada Papa, "Dadah!"Raut wajah Daniel menjadi makin masam ketika dia melihat mobil melaju pergi. Sekujur tubuhnya menyebarkan aura yang menakutkan.Irene berkata dengan lembut, "Daniel, ayo masuk. Kita makan dulu, setelah itu aku akan memainkan piano untukmu. Baru-baru ini aku menulis lagu dan aku ingin kamu mendengarnya. Kamu orang pertama, loh!"Yasmin dan ketiga anak yang berisik itu sudah pergi. Maka itu, Irene dan Daniel bisa menikmati dunia mereka sendiri dengan tenang.Yasmin turun dari mobil, lalu dia hendak menggendo
Kepala Yasmin langsung jatuh ke atas dada Daniel. Sekujur tubuhnya berbaring di atas tubuh Daniel yang keras.Yasmin segera meronta. "Aku juga nggak bisa!"Daniel mencubit dagu Yasmin dan menyipitkan matanya. "Kamu akan tahu setelah mencobanya.""Aku nggak mau .... Mmph!" Begitu Yasmin membuka mulutnya, Daniel langsung menciumnya.Yasmin memalingkan mukanya dengan terengah-engah. Daniel pun mengecup leher Yasmin yang membuat tubuh Yasmin gemetar tak terkendali.Yasmin merasa pengemudi hendak mengemudikan mobil, dia pun berkata dengan gelisah, "Aku nggak mau pergi!""Kamu nggak perlu menemani anak-anak di sini," kata Daniel dengan suara kasar. Sorot matanya tampak berbahaya ketika dia menatap Yasmin.Karena panik, Yasmin bertanya, "Apa kamu suka menemukan pembunuh ayahku?"Dia tidak mau pergi dan dia lebih tidak ingin terjadi apa-apa dengan Daniel.Dia tidak mempunyai suasana hati untuk melakukan itu.Kematian ayahnya adalah masalah di hati ibunya.Yasmin tidak bisa tenang sebelum dia m
"Aku tiba-tiba merasa bulan malam ini indah," kata Evan sambil memandang bulan di langit.Lauren bergeming. Dia seolah-olah sedang diculik."Kamu nggak perlu takut padaku. Aku suamimu," kata Evan dengan lembut.Nada lembut Evan malah membuat Lauren merasa pria ini sangat tidak waras."Apa kamu benar-benar ingin aku menjadi istrimu?" Ketika Lauren bertanya, nadanya penuh dengan ketakutan."Menurutmu?"Menurut Lauren, cepat atau lambat dia akan dibunuh Evan atau Evan akan langsung melemparnya ke danau buaya seperti Nova.Lauren akan lenyap dari dunia ini secara diam-diam."Aku sudah bilang, aku nggak akan menyakitimu. Tentu saja kamu juga nggak boleh menyakiti dirimu sendiri. Kamu adalah segalanya bagiku. Hanya aku yang dapat memutuskan hidup atau matimu," kata Evan yang terdengar sangat sinting.Lauren lebih memilih Evan langsung membunuhnya daripada menunggu seperti ini. Ini jauh lebih menakutkan daripada kematian.Tangan Evan mengelus perut rata Lauren. "Apa ada anakku di dalam sini?
Mobil melaju pergi.Yasmin kaget. "Woi! Daniel, kamu jangan memaksaku!""Memaksamu apa?" Daniel menatapnya. "Apa kamu nggak perlu tidur? Tidur di mana pun sama saja, 'kan?""..."Klara berdiri di atas dan melihat mobil di bawah pergi. Yasmin juga tidak keluar dari mobil.Dia senang melihat itu.Itu berarti Daniel tidak menemani Irene, melainkan datang untuk mencari Yasmin.Jelas kalau Yasmin yang mempunyai anak lebih penting daripada Irene.Besok pagi, Klara dan Bibi membantu anak-anak memakai baju.Anak-anak bertanya dengan penasaran, "Di mana Mama?""Kami nggak melihat Mama.""Aku tahu! Mama belum bangun, 'kan?"Klara berkata, "Semuanya salah. Kemarin Mama pergi bersama Papa.""Papa datang?""Oh! Mereka pergi kencan, 'kan?" Mata Julia berbinar-binar.Klara bertanya, "Apa mereka sering pergi kencan?""Sering," jawab Julian."Mereka nggak akan pulang sepanjang malam," jawab Julius.Klara bertanya lagi, "Kalau begitu, apa papa kalian sering bersama Irene?""Kami nggak melihat mereka.""
"Lebih baik sampai dia mati! Pergi cari lebih banyak wartawan!""Mengerti."Irene melempar ponselnya ke samping dengan emosi.Ayahnya baru meninggal. Kalau sesuatu terjadi pada pabrik, Yasmin pasti kewalahan menangani perusahaan.Selama dia bisa membuat Yasmin menderita, dia tidak peduli dengan konsekuensinya!Yasmin memasuki kantor. Dia melihat setumpuk dokumen di meja yang perlu dia kerjakan. Setelah melihat-lihat dokumen itu, dia menemukan selembar daftarDia mengeluarkannya, lalu melihat selembar per selembar.Beberapa perlu tanda tangannya.Yasmin mengeluarkan pulpennya. Dia menggambar sebuah lingkaran.Ada yang langsung membuka pintu kantor dengan tidak sopan.Yasmin lihat orang yang masuk adalah Irene. Tanpa ekspresi dia bertanya, "Ada apa?""Ayah sudah tiada. Seberapa jauh perusahaan ini bisa berkembang di tanganmu? Kalau kamu mundur sekarang masih sempat," ujar Irene."Aku mengelola perusahaan ini, yang merupakan keinginan ayah. Mengapa harus mundur? Jangan lupa, sekarang peru
Jangan mengira Yasmin tidak tahu kalau mereka satu komplotan.Penghancuran tembok pasti disengaja waktu itu. Dia tidak bertanya karena belum saatnya.Irene menggertakkan giginya dengan emosi, tapi dia berpura-pura tidak peduli. "Ngapain kamu memberitahuku? Untuk membuktikan kalau kamu hebat? Lucu sekali. Kemampuan terhebatmu cuman merayu pria!""Bu Yasmin, tolong saya. Saya sudah difitnah." Raffie masih memohon.Yasmin berkata, "Boleh! Beri tahu aku, siapa yang menyuruhmu? Seharusnya ada yang mengarahkanmu, 'kan? Kalau nggak, kamu nggak mungkin seberani ini."Mata Raffie mengelak. "Ng ... nggak. Saya yang serakah ...."Yasmin pun tidak bertanya lagi. "Pak Polisi, terima kasih.""Yasmin, berani-beraninya kamu menjebakku. Aku nggak akan melepaskanmu! Kamu bukan siapa-siapa ...." Raffie naik darah karena Yasmin tidak mau menolongnya. Kemudian, dia dimasukkan ke dalam mobil polisi.Yasmin melihat Irene yang sedang menahan amarah dengan ekspresi datar. "Kamu sangat kecewa, 'kan?"Irene berk
Martin terdiam.Yasmin juga terdiam.Ini jauh lebih buruk daripada golf!Yasmin membuang stik biliar ke atas meja dengan wajah datar. "Nggak seru. Aku nggak mau bermain lagi."Martin tidak bisa menahan tawanya. Dia mengambil bola di lantai dan berkata, "Begitu aku mulai, aku akan bermain sampai akhir."Yasmin melihat Martin meletakkan kembali bolanya, kemudian mulai bermain.Setiap bola yang dia pukul masuk ke dalam jaring. Terkadang hanya satu bola, terkadang dua atau gila bola sekaligus.Yasmin menontonnya dari samping."Apa kamu merasa lebih baik?" tanya Martin sambil memasukkan bola.Yasmin tahu apa yang dimaksud Martin.Martin juga ada menghadiri pemakaman ayahnya.Namun, saat itu Yasmin terlalu sedih dan sama sekali tidak memedulikannya."Aku merasa aku nggak akan pernah merasakan apa yang kamu rasakan," kata Martin. "Kalau ayahku meninggal dunia, bisa jadi aku akan merayakannya tiga hari tiga malam."Yasmin tahu Martin bukan sedang bercanda.Martin dan David sama sekali tidak de
Winnie sangat senang.Raymond berkata pada Winnie, "Kamu mencari tempat untuk beristirahat dulu. Nanti aku akan menyusulmu."Winnie melirik Yasmin, lalu dia tersenyum dengan sopan sebelum pergi.Yasmin terus menatap Winnie. Dia memperhatikan tubuh dan tinggi Winnie."Apa kamu sedang memiliki kursi pijat?" tanya Raymond."Iya. Ibuku bilang lehernya pegal, jadi aku datang untuk melihat-lihat. Ada terlalu banyak merek dan aku nggak tahu mana yang bagus," ujar Yasmin.Raymond membantu Yasmin memilih sebuah merek. "Yang ini. Aku pernah membelikannya untuk ibuku dan ini lumayan bagus.""Aku mau yang ini," kata Yasmin kepada staf toko.Staf toko pergi menulis tagihan untuknya.Ketika mereka sedang menunggu, Raymond berkata, "Ibuku yang mengaturnya. Kami sedang mencoba.""Itu sangat bagus. Dia terlihat sangat lucu." Lalu, Yasmin bertanya, "Apa pekerjaannya?""Guru.""Murid-murid pasti sangat menyukainya. Satu guru, satu kepala sekolah. Kalian benar-benar serasi," ujar Yasmin dengan jujur. Dia
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati