Winnie sangat senang.Raymond berkata pada Winnie, "Kamu mencari tempat untuk beristirahat dulu. Nanti aku akan menyusulmu."Winnie melirik Yasmin, lalu dia tersenyum dengan sopan sebelum pergi.Yasmin terus menatap Winnie. Dia memperhatikan tubuh dan tinggi Winnie."Apa kamu sedang memiliki kursi pijat?" tanya Raymond."Iya. Ibuku bilang lehernya pegal, jadi aku datang untuk melihat-lihat. Ada terlalu banyak merek dan aku nggak tahu mana yang bagus," ujar Yasmin.Raymond membantu Yasmin memilih sebuah merek. "Yang ini. Aku pernah membelikannya untuk ibuku dan ini lumayan bagus.""Aku mau yang ini," kata Yasmin kepada staf toko.Staf toko pergi menulis tagihan untuknya.Ketika mereka sedang menunggu, Raymond berkata, "Ibuku yang mengaturnya. Kami sedang mencoba.""Itu sangat bagus. Dia terlihat sangat lucu." Lalu, Yasmin bertanya, "Apa pekerjaannya?""Guru.""Murid-murid pasti sangat menyukainya. Satu guru, satu kepala sekolah. Kalian benar-benar serasi," ujar Yasmin dengan jujur. Dia
Winnie berjalan mendekat. "Kenapa kamu ada di sini."Yasmin melihat Winnie dan tampak sangat terkejut. "Kamu ....""Aku bekerja di sini.""Aku mengingat Pak Raymond bilang kamu bekerja sebagai guru," kata Yasmin. "Aku punya tiga anak dan sedang berpikir haruskah aku menyekolahkan mereka di sini saja. Jadi, aku ingin bertanya-tanya."Winnie melihat Yasmin dengan terkejut. "Kamu sudah punya tiga anak? Aku nggak bisa melihatnya. Kamu muda sekali." Kalau begitu, dia tidak perlu mengkhawatirkan Yasmin sebagai saingannya. Dia mencurigai Yasmin adalah mantan pacar Raymond, tapi siapa yang akan menyukai wanita yang mempunyai tiga anak?Yasmin tersenyum. Dia memang masih muda, hanya saja dia cepat melahirkan.Tak peduli ke mana pun dia pergi, orang lain mengira dia masih mahasiswa. Bahkan mahasiswa tahun pertama."Kalau begitu, aku orang yang tepat. Aku sudah mengajar di sekolah ini hampir tiga tahun, jadi aku memahami semuanya," ujar Winnie.Setelah itu, terdengar suara klakson mobil di sebela
Yasmin berdiri di luar pintu. Setelah mobil itu menghilang dari pandangannya, dia baru masuk.Dia baru saja membuka pintu, lalu dia langsung melihat Klara sedang berdiri di sana sambil tersenyum. "Sepertinya itu bukan mobil Daniel?""Kenapa itu harus mobil Daniel? Apa dia nggak punya kesibukan sendiri?" Yasmin merasa dia sedang diejek ibunya."Apa itu Raymond?" tanya Klara.Yasmin tidak menyangkalnya. "Iya, itu dia. Ketika aku pergi membeli kursi pijat, aku berpapasan dengannya dan pacarnya. Setelah itu, dia mengantarku pulang." Dia tidak memberi tahu Klara kalau pacarnya Raymond memiliki tahi lalat di sudut mulutnya. Bagaimana kalau itu bukan dia? Lebih baik Yasmin merahasiakannya dulu."Pacar? Dia sudah punya pacar? Aku kira dia benar-benar nggak bisa melupakanmu. Ternyata dia juga bisa melupakan orang dengan mudah." Dia merasa pria yang bisa diandalkan benar-benar langka."Bukankah itu sangat bagus?" tanya Yasmin. "Aku dan dia nggak mungkin bisa bersama.""Iya, sekarang aku juga sud
Dulu, Klara tidak akan merasa seperti ini.Semenjak Andy meninggal dunia, Klara sering melamun. Dia memikirkan masa pacarannya dengan Andy, masa mereka putus, masa dia menikah dengan Jason dan masa dia bertemu dengan Andy lagi.Dia tidak menyangkal hatinya berdebar ketika dia melihat Andy.Andy adalah pria yang tampan, berusaha keras dan lembut.Setelah dia mati, semua perasaan yang tertahan di hati Klara meledak ....Klara memutuskan untuk mengunjungi makam Andy.Dia membeli buah-buahan, dupa dan bunga.Dia memasuki kawasan pegunungan. Area makam ada yang berjaga.Setelah gerbangnya di buka, mobil Klara baru bisa masuk.Klara mematikan mesin mobil setelah dia tiba di kaki gunung, kemudian dia keluar dari mobil.Tangga yang panjang menyambutnya di depan. Klara membawa barang-barang sambil menaikinya.Setelah dia tiba di atas, napasnya terengah-engah.Area makam sangat sepi dan hanya ada Klara sendiri.Bagaimanapun juga, sekarang bukan Hari Menyapu Makam.Dia menemukan makam Andy.Klara
Setelah Yasmin mengantar polisi keluar, sepanjang hari sudah berlalu.Polisi mengatakan Raffie bersikeras berkata tidak ada yang mengintruksinya dan memang dia sendiri yang serakah akan uang.Orang lain lebih tidak tahu apa-apa karena Raffie adalah ketua mereka.Selesai makan siang, Yasmin beristirahat sebentar.Yasmin memikirkan keraguan polisi sebelum mereka pergi. Mereka bahkan berkata padanya karena Raffie mengakui dia sendiri yang melakukannya, kasus ini pun berhenti.Kenapa Raffie berkata seperti itu?Meskipun dia sudah masuk kantor polisi, kenapa dia masih menutup mulutnya dengan rapat.Yasmin ingin tersenyum, tapi senyumannya tampak dingin.Bisa karena apa lagi? Karena Irene adalah tunangannya Daniel.Raffie bisa masuk penjara, tapi dia pasti tidak berani menyeret keluarganya.Sebenarnya, dari awal Yasmin sudah mengetahui ini.Dia hanya bisa menangkap Raffie. Dahlia dan Irene yang mengarahkan Raffie pun menjadi tak berdaya.Lagi pula, ini bukan kejadian pertama ....Maka itu, k
"Apa kalian mau makan?" tanya Daniel."Makan apa?" Begitu Julian selesai bertanya, ada yang mengetuk pintu kantor."Masuk," ucap Daniel.Yasmin langsung berpikir ini adalah kantornya, kenapa Daniel yang menjawab?Orang yang masuk adalah Rafael. Dia membawa masuk makanan yang sudah dia beli. Lalu, dia menyusunnya di meja kopi.Kudapan yang lezat dan jus segar, lengkap dengan teh sore.Setelah itu, Rafael keluar.Yasmin mengusap kepala ketiga anak itu, lalu dia berkata, "Kalian makan dulu. Mama masih ada urusan. Setelah urusan Mama selesai, kita pulang sama-sama, ya.""Makan sebelum kamu pergi," kata Daniel."Nggak mau. Biarkan mereka pergi.""Aku sudah membelikannya untukmu," paksa Daniel.Yasmin melihat makanan dan empat gelas jus buah di meja kopi.Daniel tidak meminum jus buah. Dia hanya meminum teh.Jadi, itu untuk Yasmin."Mama, ayo makan!" Julius mengambil sesendok kue, lalu menyodorkannya ke mulut Yasmin.Yasmin pun membuka mulutnya untuk menerimanya. Lalu, dia menyesap jus buah.
Nada sambung sudah berakhir, tapi tetap tidak ada yang mengangkat telepon.Aneh. Di mana Klara? Apa dia sedang memasak?Yasmin berpikir nanti dia akan mencoba menelepon ibunya lagi atau menunggu ibunya menelepon balik setelah menyadari panggilan tak terjawab darinya.Setelah itu, dia pergi menemani anak-anak.Sampai makan malam, Klara tidak pernah menelepon Yasmin balik.Yasmin berdiri di samping untuk menelepon Klara. Ibunya tetap tidak mengangkat telepon. Apa yang sedang dia lakukan?Menurut logika, karena Yasmin belum pulang untuk makan malam, seharusnya ibunya meneleponnya untuk bertanya.Sebelumnya Klara terus meminta Yasmin bersama Daniel saja. Sekarang dia langsung tidak mau menelepon Yasmin?"Mama, ayo main bola!" Anak-anak mengelilingi Yasmin, lalu mereka memeluk kakinya dengan erat.Yasmin meletakkan ponselnya. "Oke."Ketika dia keluar, dia tidak melihat Daniel. Mungkin pria itu sedang di ruang kerja.Dia membawa anak-anak ke luar, lalu mereka berlari di halaman.Rerumputan h
Tampang dan suara Yasmin yang menggemaskan membuat sekujur tubuh Daniel membeku. Langkah kakinya pun melambat.Yasmin mengambil kesempatan itu untuk menendang bolanya. "Julian, Julius!"Julian dan Julius segera berlari ke arah bola. Mereka berdua bekerja sama, lalu bola itu ditendang dan berhasil mencetak gol."Gol! Yey!" kata Julian dan Julius kepada Yasmin dengan senang.Yasmin merasa bangga. Walaupun dia curang, anak-anaknya senang!Daniel memeluk pinggang Yasmin, lalu menariknya dekat. Tatapan mata Daniel menjadi tajam. Dia menatap wajah merah Yasmin dan bertanya, "Apa kamu senang?""Mereka putramu," balas Yasmin. Dia menarik tangan Daniel yang kuat. Mereka sedang di depan anak-anak! Namun, dia tidak bisa menggerakkan Daniel!"Ketika kamu melawan mereka, kenapa kamu nggak membiarkan mereka menang, hm?" tanya Daniel.Jangan mengira dia tidak melihatnya.Yasmin merasa bersalah, lalu dia berkata, "Karena di awal aku nggak membiarkan mereka menang, kali ini aku harus membiarkan mereka
"Lauren yang nggak tahu malu dan bersikeras melengket dengan Evan! Tante nggak perlu khawatir. Aku bisa menanganinya." Sofia terlihat sombong. Bagaimana mungkin dia merasa terancam oleh wanita yang berasal dari daerah kumuh? "Tapi, bagaimana Tante bisa tahu?"Melihat Sofia masih belum mengetahui apa-apa, Jessy pun berkata, "Lauren ini sedang hamil.""Apa?" Raut wajah Sofia berubah drastis. Suaranya menjadi tinggi.Saat Jessy melihat Sofia mau naik darah, dia berkata, "Ketika aku berada di toilet, aku mendengar istri Daniel mengatakannya. Aku merasa kamu pasti nggak tahu, jadi aku memberitahumu.""Aku mau membunuh Lauren si wanita jalang itu! Dasar nggak tahu diri! Bisa-bisanya sampah sepertinya ingin berebutan denganku. Aku akan bertanya pada Evan ....""Tunggu." Jessy menahannya."Tante, aku nggak bisa berpura-pura nggak tahu tentang hal ini!""Apa yang bisa kamu lakukan setelah mengetahuinya? Kalau kamu membuat keributan, kamu yang malu. Sekarang yang paling penting adalah kamu harus
"Iya, aku meneleponnya. Nanti malam aku ingin pergi menemuinya," kata Yasmin."Nggak perlu," tolak Evan.Alis Yasmin pun berkerut. "Kenapa? Paman, kamu seperti ini salah. Kamu sudah melukai dua orang.""Aku tahu apa yang sedang kulakukan." Evan tidak ingin membicarakan ini lagi.Sofia datang. Dia bersandar pada Evan, lalu bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan? Kenapa wajah Yasmin terlihat sangat serius?"Yasmin berkata, "Wajahku menjadi terlihat serius karena aku memakai masker. Hebat."Sofia sengaja tertawa.Evan merangkul Sofia. "Ayo cari tempat untuk makan. Apa kamu lapar?""Lapar. Evan, kamu sangat baik padaku.""Selamat menikmati, Yasmin." Setelah Evan mengatakan itu, dia pergi bersama Sofia.Yasmin melihat tampang mereka berdua yang tampak mesra. Ini benar-benar tidak pantas bagi Lauren.Dia pun berbalik dan pergi ke toilet.Dia tiba di depan toilet wanita dan baru saja ingin membuka pintu."Yasmin." Daniel muncul dari belakang. "Jangan berkeliaran."Jessy yang hendak menar
Anak-anak berlari keluar untuk bermain. Yasmin berdiri, lalu mengingatkan mereka, "Jangan nakal, ya!"Jessy tertawa. "Ketiga anak kecil itu benar-benar menggemaskan. Aku sangat suka melihat mereka."Juan berkata, "Kalau begitu, minta James cepat mencari istri agar dia juga dapat melahirkan anak."James mengerutkan alisnya. "Bukankah itu terlalu cepat untukku? Bukankah sekarang sudah ada yang lebih modern? Setelah bertunangan, kamu bisa melewatkan pernikahan dan langsung mempunyai anak!"Sofia melihat Evan dengan senang, kemudian mengulurkan tangan untuk memeluk lengan Evan.Meskipun Evan diam saja, Sofia tetap sangat senang.Hari ini adalah hari pertunangannya. Akhirnya hari ini tiba juga.Ketika mereka tidur bersama malam ini, Sofia tentu bisa hamil.Jessy memelototi James. Walaupun apa yang dikatakan James benar, dia tidak boleh mengatakan hal yang begitu memalukan!Lalu, dia sengaja mengatai putranya, "Kamu juga sudah nggak muda. Jangan membuat keluargamu cemas. Kapan kamu akan memb
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Yasmin."Nggak tahu. Yasmin ... aku hamil." Lauren memberitahunya. "Jalan keluarku semuanya sudah diblokir Evan."Yasmin terkejut. "Hamil ....""Dia mengganti pil KB-ku dan membuatku hamil. Evan ... benar-benar membuatku jijik!"Yasmin dapat merasakan keputusasaan Lauren.Di keputusasaannya Lauren, apa yang bisa dilakukan tentang pertunangan Evan?Evan tahu Lauren sedang hamil anaknya, tapi dia tetap pergi bertunangan dengan wanita lain. Dia benar-benar parah.Lauren menghibur dirinya sendiri, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkanku. Manusia tetap harus berpikiran terbuka, 'kan?"Pada hari pertunangan Evan, Yasmin dan Daniel membawa anak-anak ke Kota Greya.Saat melihat daftar nama tamu, tidak ada yang menyangka Daniel, penguasa Kota Imperial, akan muncul.Hubungan itu tentu membuat Keluarga Darsono puas.Mereka mengadakan pestanya di hotel termewah Kota Greya. Mereka memesan seluruh gedung.Helikopter mendarah di atap. Setelah mereka tiba di lantai satu
Lauren sendiri tidak tahu siapa ibu kandungnya.Ayah tirinya bukanlah orang baik, sementara ibu angkatnya berpura-pura tidak melihatnya. Mereka menjalani hidup yang susah setiap hari.Dia selalu berpikir kenapa orang tua kandungnya tidak menginginkannya? Apa dia diculik orang seperti kakak kandung James?Kalau seperti itu, Lauren akan merasa sedikit lebih baik.Setidaknya dia bukan dibuang ...."Omong-omong, kakakku sangat hebat. Apa kamu tahu apa yang dia ambil pada pesta ulang tahunnya yang pertama?""Kalkulator? Pulpen? Makanan? Uang?" Lagi pula, tidak ada yang perlu dilakukan Lauren, lebih baik mengobrol dengan James."Semuanya salah. Dia memegang tangan kakekku.""Ha?" Itu benar-benar di luar sangka Lauren."Makanya, kakekku sangat senang. Dia langsung mengumumkan kalau kakakku akan menjadi penerus Keluarga Darsono." Setelah James berbicara dengan penuh semangat, suaranya berubah menjadi kecewa ketika dia berkata, "Tapi, kakakku nggak mempunyai takdir itu ....""Takdir setiap oran
Lauren tidak hanya memahami ancaman itu, tapi tubuhnya juga mendingin.Selama anak ini ada, semuanya baik-baik saja. Begitu anak ini tidak ada, pembunuhan apa pun bisa terjadi.Tak peduli apa Lauren sengaja menggugurkan anak ini atau tidak.Dia bertanggung jawab.Besok pagi, Evan menemani Lauren makan sarapan sebelum pergi. Dia memegang jasnya dan naik mobil. Suasana hatinya tampak sangat bagus.Lauren berjalan ke pintu, lalu melihat mobil Bentley hitam itu melaju pergi. Kemudian, gerbang tertutup secara otomatis.Evan pergi atau tidak itu tidak terasa berbeda.Lauren merasa ada kamera di mana-mana sehingga dia tidak punya tempat untuk bersembunyi.Dia pergi ke kamar mandi, lalu melihat bagian belakang cermin kecil. Benda tersebut masih di sana.Dia benar-benar ingin mencabutnya, kemudian melemparkannya ke dalam toilet.Namun, apa yang dikatakan Evan tidak boleh dianggap remeh. Kalau Lauren membuang kamera ini, akan muncul kamera kedua.Terdengar suara dering ponsel dari kamar tidur. L
"Kamu salah. Aku keluar untuk melihat bulan. Kapan aku ingin melarikan diri?" bohong Lauren dengan ekspresi datar."Lauren, kamu jangan berbohong tanpa berkedip. Kami semua melihatmu! Kenapa kamu mau keluar untuk melihat bulan? Apa di dalam nggak ada bulan?" Pada akhirnya, Zarco masih mementingkan harga dirinya sebagai pria.Dia sudah ditampar dan dihantam kepalanya. Dia sangat malu!"Rasa melihat bulan di luar dan dari dalam berbeda," balas Lauren. Dia tidak ingin mengalah pada Zarco. "Selain itu, dia sudah bersikap nggak sopan padaku. Apa aku nggak boleh memberinya pelajaran? Evan, kamu nggak bisa membiarkan anak buahmu selalu menindasku, 'kan?""Kak Evan, aku nggak ...." Zarco baru ingin membela diri, tapi kemudian Evan menyelanya."Obati lukamu."Zarco menggertakkan giginya dan amarah memenuhi hatinya, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa karena ada Evan. Maka itu, dia pergi bersama anak buah lainnya.Evan menatap Lauren. Tatapan matanya yang tajam seperti monster yang menghantui
"Kamu pasti nggak memberitahunya kalau aku hamil," kata Lauren."Aku bilang aku menyembunyikanmu di luar." Evan bersandar ke kursi ruang kerjanya dan meregangkan kaki panjangnya. "Dia nggak peduli. Walaupun dia tahu, dia nggak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya nggak suka repot.""Kalau kita menggugurkan anak ini, maka nggak akan ada repot," kata Lauren."Aku lebih memilih membunuh orang tua itu."Kekejaman Evan mengejutkan Lauren, jadi Lauren tidak ingin lanjut berbicara dengannya. "Aku mau tidur. Sudah, ya."Setelah mematikan telepon, dia melirik cahaya terakhir di cakrawala sebelum berjalan kembali.Dia tidak meragukan kalau Evan tidak peduli dengan ikatan keluarga. Orang tua angkatnya Lauren dan Juan bukanlah siapa-siapa bagi Evan.Namun, dia bersikeras menginginkan anak.Lauren ingin sekali bertanya padanya apa dia tahu bagaimana cara mendidik anak?Bagi orang yang tumbuh di daerah kumuh, hal yang paling mereka kurang adalah kasih sayang ...Lauren tahu Evan tidak akan datang. Dia
"Aku setuju untuk bertunangan, tapi syaratku adalah kamu nggak boleh mencari Lauren," ujar Evan dengan tajam.Juan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menentukan waktunya."Evan sengaja bertanya, "Apa kamu akan mengundang istrimu ke pertunanganku?"Ekspresi Juan menjadi masam. "Dia dirawat dengan baik di rumah sakit jiwa, jadi dia nggak boleh keluar."Selesai makan malam, Evan tidak menetap dan langsung pergi.Dia meninggalkan Juan sendirian di meja makan.Pengurus rumah berjalan mendekat. "Tuan Besar, apa Anda ingin saya memanaskan sopnya? Saya melihat Anda nggak meminum sesendok pun.""Apa aku bisa menelannya?" Juan meletakkan sendok garpunya."Pria mencari wanita bukan hal yang perlu dikhawatirkan," hibur pengurus rumah."Wanita ini berbeda. Dia adalah mantan istri Gilbert." Juan tidak pernah meremehkan Lauren. "Aku bisa melihat dia itu wanita yang cukup kejam karena bisa melemparkan Gilbert ke penjara. Kalau Evan jatuh ke tangannya lagi ....""Tuan Besar nggak perlu khawati