Lauren tidak bisa merasakan kelembutan Evan. Dia hanya bisa merinding.Pria di depannya ini sinting!"Aku sudah bilang, aku ingin kamu melahirkan anakku. Jangan melakukan hal ini lagi. Aku bisa marah," ujar Evan dengan wajah yang menyeramkan.Kemarahannya pasti berbeda dengan orang normal.Itu akan memakan korban jiwa.Lauren sangat memahaminya."Tapi ... Tuan Besar Samson nggak akan setuju." Lauren mencari alasan.Dia tidak ingin melahirkan anak Evan. Dia tidak ingin anaknya mempunyai ayah seperti Evan.Bagaimana anaknya setelah dia besar nanti? Bukankah dia akan sama dengan Evan?Itu terlalu mengerikan!""Tenang saja. Dia pasti menginginkan anakku. Karena itu yang aku inginkan," kata Evan.Kalimat terakhirnya terdengar sangat aneh.Lauren tidak berani melawan sama sekali. Sekujur tubuhnya gemetar.Evan mengecup bibir Lauren. "Kita seperti pasangan suami istri yang menghidupkan kembali hubungan, 'kan? Kalau kita punya anak, ini akan lebih sempurna."Lauren memejamkan matanya dengan pu
Dulu mereka hanya mengenal Andy.Kebetulan Yasmin berdiri di samping tangga kaki tiga. Seorang pekerja sedang berdiri di atas tangga itu sambil menyusun batu bata. Lalu, dia menyapa Yasmin.Pekerja itu mendapat kode dari Raffie, lalu dia menyepak pipa baja di bawah kakinya.Pipa baja berguling dari atas, kemudian jatuh ke arah kepala Yasmin.Saat Yasmin mendengar suara, dia mengangkat kepalanya. Ujung pipa baja jatuh ke arah wajahnya.Dari sudut dan ketinggian ini, pipa baja itu bisa langsung menusuk wajahnya."Bu Yasmin, hati-hati!"Peringatan Raffie datang terlambat. Otak Yasmin sudah bereaksi, tapi tubuhnya masih mematung.Masalah akan terjadi saat ini.Seseorang tiba-tiba muncul dari samping, lalu dia memeluk bahu Yasmin dan menariknya ke sebelah.Pipa baja itu jatuh ke tanah dengan suara keras.Yasmin terkejut melihat Daniel.Raffie berlari ke arah mereka dengan khawatir. Dia takut dengan aura menyeramkan Daniel, lalu dia berkata, "Bu Yasmin, apa Anda baik-baik saja? Aku kaget sek
"Evan selalu melakukan sesuatu dengan tujuan. Meskipun Paman Andy siuman, dia nggak akan memengaruhi hak Evan menjadi penerus.""Kalau begitu, siapa? Aku benar-benar nggak tahu." Yasmin merasa sangat jengkel. "Setelah Ayah meninggal, aku makin nggak bisa mengetahui apa yang terjadi di antaranya dengan Keluarga Samson. Jangan-jangan kematian Ayah ada hubungannya dengan Keluarga Samson? Itu berarti ada kaitannya dengan Juan? Tapi, ayahku adalah putra kandung Juan. Apa itu mungkin?""Itu tergantung pada apa masalahnya." Daniel berkata, "Ayah dan anak saling bermusuhan bukan hal yang aneh.""Menurutmu, Juan juga mencurigakan?" tanya Yasmin."Bekas luka di dada Evan mungkin untuk menyembunyikannya dari orang lain," kata Daniel.Pengetahuan dalam Daniel mengejutkan Yasmin. "Kenapa mereka membuat Gilbert makin mirip Evan?""Evan sendiri mempunyai penyakit jantung.""Aku nggak tahu itu." Setelah Yasmin mengatakan itu, Daniel meliriknya. Yasmin pun mengomel di dalam hati, 'Iya, kekuasaanku ngga
Ketiga anak kecil itu berlari keluar dari dalam. Kaki kecil mereka menuruni tangga dengan semangat.Yasmin menoleh seakan-akan dia baru mengingat sesuatu. "Oh, iya. Aku membawa anak-anak ke rumah ibuku. Besok aku akan mengantar mereka pulang."Dia sama sekali tidak peduli pada Irene apakah dia menginap di Taman Royal atau tidak.Di depan Daniel, Yasmin menggendong satu per satu anak ke dalam mobil.Anak-anak menjulurkan kepalanya dari jendela mobil. Mereka berkata pada Papa, "Dadah!"Raut wajah Daniel menjadi makin masam ketika dia melihat mobil melaju pergi. Sekujur tubuhnya menyebarkan aura yang menakutkan.Irene berkata dengan lembut, "Daniel, ayo masuk. Kita makan dulu, setelah itu aku akan memainkan piano untukmu. Baru-baru ini aku menulis lagu dan aku ingin kamu mendengarnya. Kamu orang pertama, loh!"Yasmin dan ketiga anak yang berisik itu sudah pergi. Maka itu, Irene dan Daniel bisa menikmati dunia mereka sendiri dengan tenang.Yasmin turun dari mobil, lalu dia hendak menggendo
Kepala Yasmin langsung jatuh ke atas dada Daniel. Sekujur tubuhnya berbaring di atas tubuh Daniel yang keras.Yasmin segera meronta. "Aku juga nggak bisa!"Daniel mencubit dagu Yasmin dan menyipitkan matanya. "Kamu akan tahu setelah mencobanya.""Aku nggak mau .... Mmph!" Begitu Yasmin membuka mulutnya, Daniel langsung menciumnya.Yasmin memalingkan mukanya dengan terengah-engah. Daniel pun mengecup leher Yasmin yang membuat tubuh Yasmin gemetar tak terkendali.Yasmin merasa pengemudi hendak mengemudikan mobil, dia pun berkata dengan gelisah, "Aku nggak mau pergi!""Kamu nggak perlu menemani anak-anak di sini," kata Daniel dengan suara kasar. Sorot matanya tampak berbahaya ketika dia menatap Yasmin.Karena panik, Yasmin bertanya, "Apa kamu suka menemukan pembunuh ayahku?"Dia tidak mau pergi dan dia lebih tidak ingin terjadi apa-apa dengan Daniel.Dia tidak mempunyai suasana hati untuk melakukan itu.Kematian ayahnya adalah masalah di hati ibunya.Yasmin tidak bisa tenang sebelum dia m
"Aku tiba-tiba merasa bulan malam ini indah," kata Evan sambil memandang bulan di langit.Lauren bergeming. Dia seolah-olah sedang diculik."Kamu nggak perlu takut padaku. Aku suamimu," kata Evan dengan lembut.Nada lembut Evan malah membuat Lauren merasa pria ini sangat tidak waras."Apa kamu benar-benar ingin aku menjadi istrimu?" Ketika Lauren bertanya, nadanya penuh dengan ketakutan."Menurutmu?"Menurut Lauren, cepat atau lambat dia akan dibunuh Evan atau Evan akan langsung melemparnya ke danau buaya seperti Nova.Lauren akan lenyap dari dunia ini secara diam-diam."Aku sudah bilang, aku nggak akan menyakitimu. Tentu saja kamu juga nggak boleh menyakiti dirimu sendiri. Kamu adalah segalanya bagiku. Hanya aku yang dapat memutuskan hidup atau matimu," kata Evan yang terdengar sangat sinting.Lauren lebih memilih Evan langsung membunuhnya daripada menunggu seperti ini. Ini jauh lebih menakutkan daripada kematian.Tangan Evan mengelus perut rata Lauren. "Apa ada anakku di dalam sini?
Mobil melaju pergi.Yasmin kaget. "Woi! Daniel, kamu jangan memaksaku!""Memaksamu apa?" Daniel menatapnya. "Apa kamu nggak perlu tidur? Tidur di mana pun sama saja, 'kan?""..."Klara berdiri di atas dan melihat mobil di bawah pergi. Yasmin juga tidak keluar dari mobil.Dia senang melihat itu.Itu berarti Daniel tidak menemani Irene, melainkan datang untuk mencari Yasmin.Jelas kalau Yasmin yang mempunyai anak lebih penting daripada Irene.Besok pagi, Klara dan Bibi membantu anak-anak memakai baju.Anak-anak bertanya dengan penasaran, "Di mana Mama?""Kami nggak melihat Mama.""Aku tahu! Mama belum bangun, 'kan?"Klara berkata, "Semuanya salah. Kemarin Mama pergi bersama Papa.""Papa datang?""Oh! Mereka pergi kencan, 'kan?" Mata Julia berbinar-binar.Klara bertanya, "Apa mereka sering pergi kencan?""Sering," jawab Julian."Mereka nggak akan pulang sepanjang malam," jawab Julius.Klara bertanya lagi, "Kalau begitu, apa papa kalian sering bersama Irene?""Kami nggak melihat mereka.""
"Lebih baik sampai dia mati! Pergi cari lebih banyak wartawan!""Mengerti."Irene melempar ponselnya ke samping dengan emosi.Ayahnya baru meninggal. Kalau sesuatu terjadi pada pabrik, Yasmin pasti kewalahan menangani perusahaan.Selama dia bisa membuat Yasmin menderita, dia tidak peduli dengan konsekuensinya!Yasmin memasuki kantor. Dia melihat setumpuk dokumen di meja yang perlu dia kerjakan. Setelah melihat-lihat dokumen itu, dia menemukan selembar daftarDia mengeluarkannya, lalu melihat selembar per selembar.Beberapa perlu tanda tangannya.Yasmin mengeluarkan pulpennya. Dia menggambar sebuah lingkaran.Ada yang langsung membuka pintu kantor dengan tidak sopan.Yasmin lihat orang yang masuk adalah Irene. Tanpa ekspresi dia bertanya, "Ada apa?""Ayah sudah tiada. Seberapa jauh perusahaan ini bisa berkembang di tanganmu? Kalau kamu mundur sekarang masih sempat," ujar Irene."Aku mengelola perusahaan ini, yang merupakan keinginan ayah. Mengapa harus mundur? Jangan lupa, sekarang peru