Share

Aunty Cantik untuk Daddy
Aunty Cantik untuk Daddy
Penulis: Nanasshi

Bab 1

Penulis: Nanasshi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 16:05:33

Aéroport Paris-Charles de Gaulle, pukul tujuh pagi dan kepalaku yang pengar. Pergi tanpa rencana, terburu-buru dan yang pasti tanpa perhitungan membuat melelapkan diri barang satu jam saja di pesawat, pun tak bisa. Kepala berputar, sibuk menyusun rencana. Perihal hidup, yang tak lagi sama.

Aku terus menarik koper, keluar bandara sebab keberadaan si brengsek Mark tak terlihat di area penjemputan. Padahal, ia sudah berjanji akan menjemput kakaknya yang cantik jelita ini di bandara. Dua manusia menyebalkan lainnya bahkan sengaja menutup telepon sebelum aku sempat mengatakan apapun.

Ah ... hidupmu sempurna, Nye!

Karena terus bersungut, kesialan datang. Menambah kekesalan, aroma muram dan keinginan untuk mengumpat naik ke permukaan dua kali lipat. Sebab, bayangkan Alexander McQueen tercintaku tiba-tiba patah karena kakiku yang terkilir. Aku terjatuh dengan kedua tangan yang sibuk melilitkan kain sebagai penutup kepala, kacamata hitam dan masker di wajah.

Aku tersuruk ke lantai dengan tidak elegannya!

"Brengsek! Brengsek! Brengsek!"

Aku memukul-mukul stilleto-ku yang telah patah ke lantai. Mata berair membuatku melepaskan paksa kacamata dan masker untuk kemudian membantingnya ke lantai. Terisak seperti orang bodoh dengan tatap mata orang yang berlalu lalang.

Aku tidak peduli.

Sama seperti banyaknya orang yang juga tidak peduli pada alasanku melakukan hal itu. Pada hari-hari yang aku lalui dengan patah hati, dengan sesak yang menyeruak, dan kumpulan luka yang memelukku di sepanjang malam. Mereka tidak pernah bertanya soal betapa kehilangan seseorang yang kita cintai ternyata bisa membuat seputus asa itu.

Tentu saja, siapa yang peduli. Yang mereka tahu hanya satu hal.

Lyla Anyelir Daphne adalah seorang pelakor.

"Mengapa Tuhan bersikap tidak adil sih padaku? Apa salahku? Yang perempuan jalang itu dia, bukan aku! Ah ... sial! Mark juga kemana sih? Brengsek! Semuanya memang brengsek!"

Aku meracau dengan segala macam umpatan yang keluar. Beberapa nampak berjengit heran, berbisik-bisik dan sepertinya menggunjingkan. Aku masih saja duduk dengan stiletto patah di tangan. Memaki adikku berulang-ulang, dan air mata masih berkejaran.

Hah!

Pasti akan sangat lucu kalau fotoku yang sedang riuh air mata ini tersebar di jagat maya. Kebanyakan di antara mereka pasti akan dengan senang hati menertawakan keadaanku yang menyedihkan ini. Lalu sebagian lainnya akan menyebut sebagai azab karena merajut kasih dengan suami orang lain.

Ya Tuhan, kepalaku masih saja mengingat bagaimana ujaran-ujaran kebencian itu terlontar padaku. Walau kepalaku menginstruksikan pada hati untuk tegar dan tidak usah peduli, sayangnya yang aku rasakan sebaliknya.

Hatiku sangat sakit.

"Aunty, jangan nangis. Kalau nangis, nanti cantiknya hilang."

"Benar. Aunty jangan nangis ya, nanti ketemu ayah kami. Dia pasti bisa membuat aunty tersenyum.

Aku mendongak, mendapati dua makhluk kecil, berambut panjang dengan muka serupa; setengah berjongkok dan mengulurkan tisu. Aku masih termangu ketika salah satu di antara mereka mengulurkan tangannya dan menghapus air mataku.

Mereka anak siapa?

"Percaya sama aku aunty, ayah kami itu punya keajaiban yang bisa bikin setiap orang tersenyum walau cuma melihatnya." Satu di antara dua makhluk kecil itu kembali berorasi. Mengatakan betapa hebat ayahnya yang punya keajaiban dan bisa membuatku tersenyum.

"Sana. Aku nggak suka anak kecil," jawabku sinis. Anehnya, mata kedua makhluk pendek di hadapanku ini justru berbinar.

"Kami mau hibur aunty."

"Terserah. Pergi sana. Hatiku sedang buruk, aku nggak mood main dengan kalian," jawabku ketus. Aku buru-buru bangkit dan meraih stilleto-ku, kacamata dan masker. Berniat menarik kembali koper berwarna marun milikku, ketika tanpa sengaja koperku menyenggol salah satu makhluk kecil tadi. Membuat ia meraung, menangis seperti baru saja tersenggol kereta api.

Sial!

Mereka anak siapa sih?

"Aunty, kenapa membuat Thea terjatuh," teriak satu makhluk kecil lainnya yang turut pula menangis.

Oh God! Aku tanpa sengaja menyenggol satu makhluk pendek dan satu lainnya turut menangis. Adakah hari sial yang begitu lengkap seperti hari ini? Setelah dimaki seluruh perempuan Indonesia dan membuatku harus kabur ke Paris, aku masih harus berurusan dengan anak-anak ... aneh ini?

Brengsek!

"Aku tidak sengaja, hey. Ayo bangun."

Aku celingukan sebab orang-orang mulai memandang aneh ke arahku. Sudah dipastikan, aku antagonis di sini. Ya Tuhan ... hidupku.

"Aunty ... jahat!" teriak mereka berdua dengan tangisan yang masih serempak. Di hidupku yang sudah 26 tahun ini belum Tuhan beri kesempatan untuk menjadi istri apalagi ibu, jadi jelas menenangkan anak kecil bukan hobby apalagi keahlianku. Jadilah, aku berjongkok di hadapan mereka berdua. Mencolek-colek pipi mereka yang kenyal dan chubby.

"Hey! Jangan menangis. Aku nggak sengaja. Lagipula, mana orang tua kalian? Kenapa berkeliaran tanpa orang dewasa," ucapku masih dengan nada sedikit ketus.

Perlu aku tegaskan, aku ... Lyla Anyelir Daphne tidak suka anak kecil!

"Aunty ... aku bukan squishy, jadi jangan colek-colek pipiku!"

"Dimana ayah?" tanya makhluk kecil yang tadi tersenggol koperku. Entah bertanya pada siapa, sebab mereka saja tidak tahu dimana ayah mereka lantas bagaimana aku bisa tahu?

"Aunty, dimana ayah kami?"

Aku menunjuk diriku dengan bodoh. Menatap mereka bergiliran dan semakin kesal.

"Hey, mana aku tahu."

"Aunty jahat," teriak mereka serempak untuk kemudian menangis lagi semakin keras.

Aku berusaha menahan kesal. Sejak semalam, Indonesia dan isinya adalah yang sudah begitu buruk untukku. Beruntung, aku tidak memilih bunuh diri. Dan sekarang, pagiku di Paris pun harus diisi dengan kesialan juga?

"Hey! Apa yang kamu lakukan pada anak-anakku?"

Aku menoleh, di arah jam 12. Satu laki-laki dengan kemeja bermotif summer dengan warna biru; berdiri. Ia bergegas berlari, membantu dua makhluk kecil dengan pipi kenyal itu bangkit. Mencium pipi keduanya untuk kemudian mengusap air mata mereka.

Jadi ... ini ayah mereka?

Aku terlalu pandai mendeskripsikan sesuatu secara visual. Dia tampan, tinggi, dengan kulit pucat dan bibir yang berwarna merah alami. Jangan lupakan dekik di pipinya yang begitu menawan. Oh iya, badannya pun tegap, akan sangat hangat bila memeluk.

Sebentar?

Apa?

"Kamu apakan anak-anakku?" tanyanya sinis. Membuyarkan lamunanku yang terlalu sensual.

Aku mengernyit. "Permisi, apa maksudnya ya?" tanyaku bingung.

"Anna-Thea, apa orang ini gangguin kalian?

Aku berdecak kesal. Kupandangi laki-laki itu dengan tatapan mata tak terima. Dibandingkan aku yang mengganggu, kedua bocah kecil itu yang jelas sudah menggangguku lebih dahulu. "Hey Squishy, bilang sama ayah kalian. Aku nggak mengganggu kalian tapi justru kalian yang menggangguku," sergahku.

Dua makhluk kecil itu saling pandang dan mengeratkan pelukannya di pundak ayahnya.

"Kami ingin menghibur aunty yang sedang menangis dan sepatunya patah. Tapi ... dia menyenggol Thea sampai jatuh, Dad."

"Hey squishy, aku nggak sengaja ya. Koperku yang menyenggol kalian," jawabku tidak terima.

"Pokoknya aunty jahat, Dad," ujar mereka serempak.

Aku diam dan menatap mereka kesal. Bisa-bisanya dua makhluk kenyal ini menurunkan citraku di depan ayah mereka yang tampan.

Sebentar?

Aku memuji ayahnya?

"Bukankah itu terlalu kasar, Mademoiselle?"

Aku mendelik, dalam hati meralat pujianku sebelumnya sebab tatapan dingin yang diberikan oleh laki-laki berparas tam - ah sial, aku memujinya lagi.

"Aku nggak melakukan apapun. Aku juga betul-betul nggak sengaja membuat koperku nyenggol putrimu," jawabku masih terus membela diri.

"Kenyataannya kamu bikin anak-anakku menangis," keluhnya lagi.

Aku memijit pangkal hidung; kesal. Ini masih pagi dengan kepalaku yang berat. Belum terlelap selama hampir 24 jam dan rasanya sekarang ingin meledak. Aku bangkit, meraih pegangan koper.

"Terserah anda, Monsieur, yang pasti aku nggak sengaja. Dan squishy, aku bukan aunty kalian ya, mengerti," cecarku kesal.

Aku buru-buru melangkah dengan kaki pincang sebab stilleto yang patah sebelah. Baru pada langkah ketiga, sakit menjerat membuatku setengah berteriak dan kembali tersuruk ke lantai. Kakiku sepertinya terkilir!

Saat aku dengan susah payah memijat kaki kiriku, seseorang nampak mendekat. Nyatanya, itu adalah laki-laki dengan dua anak-anak squishy tadi. Ia setengah berjongkok dengan tangannya yang menggamit dua jemari mungil di sisi kiri dan kanan.

Dan Tuhan memberi hari yang lengkap padaku. Sebab, saat aku kira ia mengulurkan tangan untuk membantuku, nyatanya laki-laki brengsek itu justru sedikit merunduk untuk kemudian membenarkan letak kacamata di pangkal hidungku.

Hanya itu!

Setelahnya ia berlalu dengan kekehan kecil dan tawa menyebalkan dua makhluk pendek di sisinya.

"Brengsek kamu!"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
king.safir11
Seruuuuuuuuuuu banget kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 2

    Aku memukuli Mark dengan stiletto, mengomeli Naeema dan Sella serta mengabaikan Ardio yang sejak tadi hanya terus tersenyum. Mereka berempat adalah manusia-manusia jahat yang membiarkanku mengalami pagi yang sial di bandara Paris. Sebab, karena mereka tidak menjemputku di bandara, aku jadi harus bertemu dengan makhluk kenyal dan ayah mereka yang tampan.Ah ... apa gunanya tampan bila menyebalkan!"Jadi kamu mau tinggal di sini?"Naeema membuka suara. Jelas saja dia tak tahu tentang rencana dadakanku. Dia dengan kurang ajarnya menutup telepon saat aku mengatakan bahwa aku akan terbang ke Paris.Menyebalkan bukan?"Menurutmu?""Menurutku, iya," jawabnya tanpa dosa."Dimana kau akan tinggal?"Kali ini Sella yang angkat suara. Sahabatku itu masih asik dengan game di ponselnya dan mengabaikan keberadaanku di ruang dan waktu yang sama dengannya. Sifatnya yang paling aku benci."Di sini ... sama kalian dong," jawabku acuh tak acuh. Tangan sibuk mengeluarkan pakaian-pakaian dari dalam koper.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 3

    Macarons berwarna ungu dan dua gelas affogato di meja sudut, Ten Belles cafe milik Dio. Aku masih diam, cemberut dan mengabaikan tatapan ingin tahu dari dua netra bulat milik sahabatku. Sebab pikiran, sedang terbagi menjadi beberapa bagian. 50% di Indonesia dengan 'dia' si pemeran utama, 25 % di Belle Epouqe dengan dua Squishy yang menyebalkan dan 25 % lagi entah berada di mana. Berjalan-jalan, menghambur tak tahu arah.Intinya, aku sedang dalam mode bodoh!"Jadi siapa gadis kembar menggemaskan yang manggil kamu Aunty?"Aku mendelik ke arah Dio sebagai tanda tak ingin diusik, namun laki-laki pendiam itu masih saja sibuk menelisik."Oke ... oke. Aku ketemu dua squishy itu kemarin pagi di bandara.""Jadi itu cucu nenek Willie," gumam Dio.Aku mengernyit. "Cucu?""Benar, cucu pemilik rumah kita," jawab Dio seraya menyesap affogato miliknya."Oh ... si tampan itu anak nenek Willie." Aku balas bergumam.Kini, Dio yang mengernyit. "Anak nenek Willie itu perempuan.""Berarti itu menantu nene

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 4

    Aku bergelung selimut, membiarkan Sella dan Mark tertawa dengan pertandingan game mereka. Atau Naeema yang sibuk dengan vlog-nya. Kecuali Dio, dia tak ada di rumah malam ini. Mengurusi cafe dan mungkin menikmati Seine dengan kekasihnya.Aku sibuk membaca notifikasi yang masuk di media sosial milikku, yang sialnya kesemuanya itu berisikan hujatan, hinaan dan beragam hal-hal menakutkan lainnya. Mereka –yang mengatakan itu- tak pernah benar-benar bisa menyaring apa yang mereka katakan. Segala hina dina yang mereka lontarkan; pun selama mereka bahagia, akan tetap menjadi hal yang menarik. Sedang aku –si korban- hanya bisa menangis.Lantas, hati kecilku kembali bertanya. Mengapa kau menangis, Nye?Aku mengusap buliran air mata yang menyintas pipi. Membenarkan semua ucapan mereka terkait aku perempuan hina yang mencintai suami orang lain. Meski, sebagian cerita sesungguhnya tidak mereka ketahui."Sudah dibilangin jangan membuka media sosial kamu, Nye." Naeema meraih paksa ponselku dan melem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 5

    Paris adalah rumah kedua. Sebab, Mark tinggal di sini. Ketiga sahabatku juga. Di tengah jadwal sibukku –dulu- aku masih bisa mengosongkan waktu hanya untuk istirahat di sini, satu dua hari. Menikmati affogato di Ten Belles milik Dio, shopping dengan Sella dan Naeema di Le Marais, atau sekedar berjalan-jalan malam dengan Mark di sekitaran Seine.Tapi, sejak mereka tahu aku menjalin kasih dengan 'dia' yang telah berganti status –terutama Mark- mereka mulai mengabaikanku. Menurutku, wajar. Mereka hanya terlalu peduli padaku; menyayangiku. Takut bila hal-hal buruk terjadi dan aku satu-satunya yang akan paling merasakan luka.Dan aku batu!Masih saja menuruti perasaan bodoh yang tak bisa melihat. Perihal laki-laki yang bahkan tidak pantas hanya untuk dipertahankan. Meski, akibat yang ditimbulkannya benar-benar membuat sekarat. Kini.Dan malam ini, sekitaran Seine masih cukup ramai walau invicta berwarna gold yang melingkar di tanganku sudah menunjukkan pukul 10. Aku berjalan-jalan sendiria

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 6

    Aku terus mengekor Dio, sejak satu jam lalu. Dia abai dan mengatakan bahwa aku akan membuat pelanggannya kabur bila bekerja sebagai waitress di cafenya. Kejam sekali si mata bulat!Aku harus bekerja sebab tak mungkin menjadi aktris di Indonesia lagi dengan citra yang sudah buruk dan lebur. Citra sebagai seorang pelakor.Aku memang menyelesaikan sarjanaku di UI, seni teater. Tapi, ini Paris. Hanya pekerjaan-pekerjaan kasar yang bisa aku lakukan. Misalnya; menjadi waitress."Kamu ceroboh, Anye. Kamu bisa melukai diri kamu sendiri kalau menjadi pelayan di cafeku," omel Dio. Dia saat ini, masih sibuk menyirami bunga di halaman Belle Epoque.Aku kembali merengek, "Tapi aku butuh pekerjaan. Kamu tahu, skill yang aku punya hanya akting. Aku nggak mungkin menjadi model di butiknya Naeema atau pakaiannya nanti nggak akan laku. Aku juga nggak bisa bekerja di perusahaan game seperti Sella, atau aku akan mengacaukannya. Tapi, aku bisa menjadi waitress di cafemu, Dio.""Tidak, Nye. Kamu lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 7

    FLASHBACKIndonesia, May 2021.'Nanti mau ya, menghabiskan malam penuh gairah bersama? Aku punya kado spesial untuk kamu.'Pesan masuk itu mengubah musim panas milik Indonesia yang gerahnya tidak keruan menjadi sejuk seketika. Mungkin juga karena segelas affogato yang aku sesap. Atau boleh jadi karena kepalaku sudah sibuk membayangkan ini dan itu, malam nanti.Suara riuh di luar ruangan sesaat membuatku sadar. Menanggalkan bayang-bayang nakal di dalam otak dan menegaskan ... hey ... ini masih di lokasi syuting. Di ruang tunggu itu, aku dapat melihat pantulan diri di cermin rias. Wajah yang sudah nampak lelah tiba-tiba berubah penuh binar. Hanya karena sebuah pesan masuk dari dia.Micko Kasetra.Masih terpaku pada cermin ketika tepat, sebuah tangan melingkar di leher. Aroma parfum Bvlgari Pour Homme dengan wangi teh yang menenangkan. Wangi dari seseorang yang selama enam tahun ini yang menjadi favorit. Wangi yang begitu senang aku hidu tatkala mata terbuka. Atau saat lelah seharian s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 8

    Tanganku sudah dipenuhi balon di sisi kiri dan sisa cokelat di sisi kanan. Lutut terasa bergetar sebab mengikuti pergerakan dua makhluk ajaib yang dikirim dari planet Saturnus. Dua squishy yang sibuk memantul ke sana kemari. Tanpa lelah; dan aku hampir mati. Ya Tuhan! Anak kembar berusia lima tahun ini sepertinya tidak pernah kehabisan energi. "Thea, Anna, kemari. Ayo istirahat dulu sebntar. Kita harus makan siang, kan?" pintaku dengan suara setengah memohon. Thea menoleh –mungkin juga Anna sebab aku tidak tahu- dan berlari menghampiriku. Tak lama, satu squishy lainnya datang dengan tawa yang lebar. Mereka berdiri di depanku dengan senyuman yang mentereng. "Kita makan siang apa, aunty?" Aku diam sejenak. "Pizza? Pasta? Spaghetti?" "Spaghetti," jawab mereka serempak. Aku mengusap kepala mereka berdua lembut, untuk kemudian menggamit dua jemari mereka di sisi kanan dan kiri untuk kemudian masuk ke dalam cafe. Sayangnya, ini bukan cafe Dio. Padahal di sana, aku akan memin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 9

    Ini pukul sepuluh malam, sepi. Sebab Naeema dan Sella berkencan dengan pasangan masing-masing. Juga Mark dan Dio yang entah ke mana. Tapi sejak tadi senyum di bibirku yang menjadi aneh. Sungguh! simpul bibir tertarik paksa membentuk senyuman tanpa aku tahu penyebabnya. Tidak ada jokes-jokes aneh milik adikku, Mark. Tidak juga ada pertikaian antara Naeema dan Sella yang membuatku senang. Aku; sendirian. Sepertinya aku terserang virus mematikan. Senyum tanpa sebab!Atau sebabnya adalah senyum milik ... Jaden?Tidak mungkin!Ponselku bergetar. Menghadirkan pesan dengan nomor baru. Boleh jadi ini pesan iseng atau memang 'seseorang' sengaja mengirimkannya. Isinya singkat, penuh nada memerintah dan menyebalkan. Aku mengernyit. Cukup tahu siapa manusia kurang ajar yang mengirimnya.From : xxx-xxx Datang ke Mamma Primi cafe dengan si kembar. To : xxx-xxxApa ini dibayar? Aku pengangguran sekarang.From : xxx-xxx Dasar matrealistis! To : xxx-xxxAku harus hidup di sini.Mau atau tidak?Fr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 64

    "Kalian semua mengenal perempuan ini, kan? Dia seorang aktris dan menurut berita yang selama ini beredar, ia memiliki hubungan dengan salah satu korban yakni nyonya Lyla Anyelir, Benar?" Pak Polisi tanpa seragam itu mengawali sesi pertanyaannya. Dio dan Mark sesaat terdiam. Kaget, terkejut dan tak menyangka ke arah mana pembicaraan ini akan berujung dengan nama perempuan itu dibawa-bawa. "Jennieta," gumam Jaden Pradipta. "Benar. Dia Jennieta. Dia adalah penyewa truk yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi. Ia juga yang membayar supir truk hitam dengan nomor xxx yang sengaja keluar jalur berlawanan dan menabrakan kendaraannya pada mobil yang kalian kendarai." Mata Jaden memerah, nyalang sekali. Tangannya mengepal kuat, membuat buku-buku jarinya memutih. Ia lantas berbalik, memukul dinding rumah sakit dengan kuat. Sekali, dua kali, enggan berhenti. Para polisi yang terkejut, menoleh pada Dio dan Mark kebingungan. Sementara keduanya langsung memburu, mencoba menghentikan perbuatan Ja

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 63

    (Point of View 3) Malam itu hujan turun deras, membasahi jalan raya yang mereka lalui dalam perjalanan pulang dari liburan keluarga. Anye, Jaden, Dio, Sella, Mark, Naeema, dan si kembar, Anna dan Thea, berada dalam mobil SUV besar milik Jaden. Mereka tergesa pulang saat Anye memberikan mereka tanda terkait kontraksi; tanda kelahiran si bayi. Anye, yang sedang hamil sembilan bulan, duduk di kursi tengah bersama sang suami. Perutnya yang besar membuatnya harus duduk dengan posisi miring, terus menerus diusap oleh Jaden. Dio yang mengemudi sesekali menoleh; turut panik juga. "Kamu masih baik-baik saja, Sayang?" tanya Jaden dengan nada khawatir. Anye tersenyum lemah sambil mengangguk. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit ... duh! sakit banget Jaden!" seru Anye sambil menjambak rambut Jaden. "Aw! sakit sayang," erang Jaden, tapi tetap pasrah, tidak mengenyahkan jari sang istri dari kepalanya. "Dio, bawa mobilnya lebih cepat. Anye benar-benar bisa bikin aku botak." Di kursi depan, di

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 62

    "Aku tidak ingin peduli," jawabku tak acuh."Dia merebut Micko dari Anye. Dia benar-benar menyukai si bajingan itu sangat banyak sampai menggunakan berbagai cara untuk merebut kekasih orang lain. Dan sekarang hasilnya, dia benar-benar dicampakkan oleh si brengsek itu. Aku tahu bahwa depresinya berdasar."Aku menyesap hot chocolate-ku dan kembali mengalihkan pandangan ke arah luar. Banyaknya orang dengan tawa-tawa mereka yang bersuka ria. Ternyata, tidak semuanya merasakan hal yang sama. Di beberapa sudut bumi, pastilah banyak orang yang bahkan menganggap hidup terlalu sulit bahkan untuk sekedar menyunggingkan senyum. Jennieta misalnya. Aku waktu dulu, contohnya. Kita sama-sama terperangkap pada rasa putus asa. Tidak lebih hanya karena sebuah kebodohan dalam mencintai seseorang. Benar-benar bodoh, sebab laki-laki yang ingin dipertahankan pun, menengok saja tidak.Ah ... sial!Tiba-tiba aku ingin merengkuh Jennieta dan mengatakan padanya bahwa Micko terlalu bajingan untuk ditangisi sepe

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 61

    RS. Tjipto, pukul 10 pagi. Aku dan Jaden sedang asik di ruangan dr. Anita, memandangi layar besar di mana bayi kami sedang asik berkomunikasi. Sesekali, dr. Anita memperdengarkan suara detak jantungnya yang seketika membuatku dan Jaden dipenuhi haru. Dokter spesialis kandunganku ini adalah perempuan berusia 45 tahun. Dengan wajah teduh, ia selalu memberikan berbagai tips dan pengetahuan seputar kehamilan dengan mudah diserap dan menyenangkan.Seperti hari ini. Sejak pagi, aku dan Jaden cukup panik. Bayi kecil kami yang biasanya aktif dan bergerak-gerak tak tahu waktu, lebih memilih banyak diam hari ini. Juga bagian ulu hati yang sedikit nyeri, membuatku dan Jaden memutuskan untuk menemui dr. Anita segera. Walau ternyata setelah melalui pemeriksaan, tak ada hal yang mengkhawatirkan. Baik aku maupun bayiku, semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja."Usia kandunganmu sekarang 37 week, Nye. Semuanya sehat dan ia tumbuh menjadi bayi yang pintar. Dalam beberapa minggu lagi, kau sudah

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 60

    "Siapa ya?" Aku menuju interkom. Sesaat termangu, aku bimbang antara membuka pintu atau tidak. "Micko?"Aku kemudian memilih membuka pintu. Sudah lama aku tidak melihatnya. Laki-laki itu juga bahkan memilih tidak datang di pesta pernikahanku."Ada perlu apa?"Aku tidak mempersilahkan Micko masuk. Memilih menyuruhnya duduk di kursi luar, ia meletakkan sebuah buket bunga mawar berwarna pink."Untuk apa?""Ucapan selamat, Nye." Ia duduk dan menyunggingkan senyum."Selamat untuk?""Pernikahanmu dan juga kehamilanmu.""Baiklah." Aku mengeluarkan ponselku dan melakukan panggilan video pada Jaden. Micko nampak terkejut namun sepertinya ia bersikap setenang mungkin. Harus menunggu hingga dering ke lima, barulah Jaden memunculkan batang hidungnya."Ada seseorang berkunjung dan ingin memberikan selamat pada kita, sayangnya kau sedang di rumah sakit. Kau ingin menyapa?""Siapa?" Jaden meletakkan berkas yang dipegangnya untuk kemudian fokus padaku."Ini." Aku membalik mode kamera hingga menampakk

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 59

    Dua garis berwarna merah. Aku sudah membuka bungkus yang ke sepuluh dan hasilnya tetap sama. Berkali-kali pula aku mengucek mata, dan hasilnya juga tidak berubah. Meyakinkan hati pun sudah aku lakukan sejak tadi. Namun tetap saja, lagi dan lagi itu terasa seperti mimpi. Seperti bunga tidur yang indah namun terasa was-was kalau sampai bangun dan itu ternyata tidak terjadi. Sedikit banyak, kejadian di Bali membuatku khawatir. Jaden dan harapannya jangan sampai kembali dibuat kecewa."Jadi bagaimana, Nye?"Itu suara Jaden. Ia pasti sedang mondar-mandir di depan pintu kamar mandi. Namun anehnya, ia tidak sendiri. Sella dan yang lainnya juga berada di sana. Juga merasakan cemas yang sama. Entah kami memang sedemikian kompaknya atau level ingin tahu mereka yang terlalu tinggi."Ini."Aku menyerahkan semua hasil test pack yang menyimpulkan hal yang sama. Jaden nampak mematung sesaat namun kemudian meraihku dalam pelukannya. Mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali. Mengecup dahiku tanpa

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 58

    Lihat dua mempelai di altar itu!"Dio!" Aku kembali menjadi Lyla Anyelir yang tidak tahu tempat. Tamu-tamu yang datang bahkan mengalihkan sepenuh atensi mereka padaku. Jangan lupakan Mark, Naeema dan Sella yang tertawa penuh ejekan."Anna benar, kan, ibu? Auntie Sella dan uncle Dio yang menikah. Kenapa ibu tidak percaya padaku?" Anna dan Thea berjumawa. Keduanya berlari ke arah Naeema dan memeluknya seketika. Aku dan Jaden akhirnya mendekat juga."Kau terkejut?" tanya Naeema. Aku memukul lengan gadis itu dan ia kembali tertawa. Lanjutnya, " bukan hanya kau yang terkejut. Kita semua sama terkejutnya."Aku, Naeema, Jaden dan pasang mata tamu lainnya akhirnya benar-benar terfokus ke depan sana. Di mana, Dio dan Sella sedang berjalan bersama menuju pendeta. Keduanya sedang berjalan menuju janji sumpah setia.Aku menyikut Naeema dan setengah berbisik, "Kenapa mereka menikah?""Kau pikir hanya kau yang ingin menikah," bisik Naeema sarkas."Maksudku ... sejak kapan mereka menjalin hubungan?"

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 57

    Manusia itu hidup dengan terus melihat ke depan. Sebanyak apapun kebahagiaan di masa lalu, waktu tetap berputar seperti biasanya. Pun kesedihan. Sesakit apapun masa lalu memberikan luka, waktu terus berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sudah takdirnya seperti itu. Dan akan tetap begitu.Oke.Begitu juga dengan hidup seorang Lyla Anyelir. Kematian ibuku yang menyesakkan dada itu telah berlalu. Meraung seperti orang gila sekalipun, tetap tidak akan membawa kembali sosoknya padaku. Menjerit sampai suara di tenggorokan terputus sekalipun, tetap tak akan membuatnya bisa menghampiriku lagi. Sampai kapanpun.Itulah sebabnya, hari ini, tepat satu bulan kepergiannya, aku mulai memilih merelakan. Hari-hari sebelumnya yang terasa begitu mendung, sedang aku coba buat cerah kembali. Tawaku yang sirna, lelucon-lelucon bodoh yang entah pergi ke mana, atau semangatku yang tiba-tiba sekarat, kini sedang aku usahakan agar utuh kembali. Sebab ada dua squishy, teman-teman dan adikku, juga suamiku tercin

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 56

    Aku menghentikan langkah. Jaden juga. Kita berdua saling menatap dalam temaram. Mata Jaden yang pekat menunjukkan keraguan. Di sana bersemayam, seluruh tanya yang menjadi satu. Perihal Dio, atau mungkin bahkan Micko. Terlebih, kejadian beberapa saat lalu, saat aku justru tertawa heboh ketika dokter justru mengatakan bahwa aku belum hamil. Jaden nampak kecewa."Apa karena aku tertawa?""Karena kau nampak tak kecewa," gumamnya.Aku menghela napas. Melangkahkan kaki dalam hitung jari ke depan, melepaskan pelukanku pada lengannya. "Kau boleh meragukanku sebanyak apapun, Jaden. Tapi kau tidak bisa meragukanku hanya karena aku lebih realistis.""Realistis?""Yah ... kau mungkin terlalu terbawa perasaanmu dan bahagia bukan kepalang hingga tidak bisa berpikir realistis, Jaden. Tapi aku tahu diriku sendiri. Kita menikah pun baru hitungan hari. Aku sudah memikirkan itu matang-matang. Jadi bila aku tak kecewa, itu bukan karena aku tidak menginginkan anak darimu. Bukan karena aku tidak bersungguh

DMCA.com Protection Status