Share

Bab 5

Penulis: Nanasshi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 15:56:05

Paris adalah rumah kedua. Sebab, Mark tinggal di sini. Ketiga sahabatku juga. Di tengah jadwal sibukku –dulu- aku masih bisa mengosongkan waktu hanya untuk istirahat di sini, satu dua hari. Menikmati affogato di Ten Belles milik Dio, shopping dengan Sella dan Naeema di Le Marais, atau sekedar berjalan-jalan malam dengan Mark di sekitaran Seine.

Tapi, sejak mereka tahu aku menjalin kasih dengan 'dia' yang telah berganti status –terutama Mark- mereka mulai mengabaikanku. Menurutku, wajar. Mereka hanya terlalu peduli padaku; menyayangiku. Takut bila hal-hal buruk terjadi dan aku satu-satunya yang akan paling merasakan luka.

Dan aku batu!

Masih saja menuruti perasaan bodoh yang tak bisa melihat. Perihal laki-laki yang bahkan tidak pantas hanya untuk dipertahankan. Meski, akibat yang ditimbulkannya benar-benar membuat sekarat. Kini.

Dan malam ini, sekitaran Seine masih cukup ramai walau invicta berwarna gold yang melingkar di tanganku sudah menunjukkan pukul 10. Aku berjalan-jalan sendirian. Mark, masih marah. Dia tak ingin menggandeng tanganku lagi. Sepertinya, kisaran dua tahun lalu terakhir kali Mark melakukan itu.

Aku duduk di sekitaran Seine. Memandangi lalu lalang yacht dan kerlip Eiffel tak jauh dari sana. Sedangkan hatiku kelabu. Memutar kembali perjalanan hidup yang hancur bagai debu. Bahkan, hingga kini aku tak berani membuka kembali media sosial milikku. Semuanya, berisikan hujatan dan makian!

"Lagi menyesali perbuatan, huh?"

Sontak menoleh, sebab suara yang nampak sedingin es tiba-tiba tepat berada di sebelah. Tak pernah mengundang apalagi mengatakan permisi. Dia ... makhluk apa? Sesukanya muncul kapan saja dan dimana saja.

Aku mendengus kesal. Kembali mengalihkan pandang ke arah Seine dan semilir angin musim panas mengaburkan rambutku yang sengaja aku gerai.

"Kamu nggak tahu apa-apa, Monsieur," pungkasku ketus. Aku bisa mendengar kekehan kecil dari mulutnya yang sombong.

"Aku mungkin nggak tahu apa-apa, Mademoiselle. Tapi aku tahu, orang-orang seperti kamu nggak pernah mau mengerti rasa sakit orang lain," komentarnya seenaknya.

Aku menoleh dan ia juga. Saling beradu tatap dengan mata yang nyalang di milik masing-masing. Aku tahu; aku salah. Tapi menghakimi tanpa mengetahui keseluruhan kisah adalah kejahatan. Dan dia tak berhak menatap penuh kebencian sebab si korban; bukan dia.

"Kamu selalu semenyebalkan ini?"

Dia mengedikkan bahu. "Selain sama kamu, aku selalu manis."

Aku menghela napas kasar. "Memang ya, kamu itu manusia paling nyebelin."

"Pernah berpikir dari sudut pandang orang lain?"

Aku diam, membenarkan. Dan memang sekali saja; aku tidak pernah. Memandang kejadian ini dari sudut pandang orang lain, termasuk dari sudut pandang istri laki-laki itu.

"Kamu harus coba memposisikan dirimu ada pada perempuan itu," ocehnya.

Aku masih menatap lurus, ke arah dua manusia yang bercengkrama dengan taburan aroma manis khas kasmaran. Di mana, dulu aku juga merasakannya. Tentu saja, dengan 'dia'.

"Kamu harus tahu rasanya, semua yang kamu bangun selama 6 tahun harus hilang hanya karena 'keharusan' dalam jeda satu minggu. Menurut kamu, gimana hatiku?"

Aku menoleh ke arah Jaden. Menatap tepat di sepasang obsidiannya yang kelam dan beku. Seperti, hatinya memang tak pernah terjamah hangatnya perasaan. Atau mungkin, kebencian yang terbersit adalah perkara luka di masa lalu.

Bukankah itu klise sekali?

"Tapi memutuskan tetap menutup mata selama 2 tahun, bukan sesuatu yang bisa dibenarkan, kan?"

Mataku sayu; menunduk. Dia benar. Apapun alasannya, selalu tak ada pembenaran perihal sesuatu yang salah, yang sifatnya illegal. Tak ada yang bisa melawan sesuatu yang dilindungi hukum. Secara legal. Sah.

Dan aku terkekeh sendiri. Menertawakan diri yang memang sejak awal menjadi begitu bodoh. Mengatakan berulang kali pada diri sendiri –terutama- juga pada orang lain bahwa 'aku benar' hanya karena 'aku cinta'. Meski, logika lebih sukses menamainya sebagai 'murahan!'.

"Apa yang kamu tuai saat ini, itu adalah resiko dari pilihan kamu. Aku rasa kamu cukup pintar, untuk nggak lagi mengusik kebahagiaan orang lain."

Kalimat dingin itu adalah penutup. Sebab, Jaden si manusia paling dingin yang pernah aku temui kini beranjak dan menghilang di balik remangnya sekitaran Seine.

Tersisalah, aku; sendirian. Merenungi kesalahan demi kesalahan yang melemparkanku jauh ke Paris dan bersembunyi layaknya buronan. Sebab kembali ke Indonesia, seperti sebuah kemustahilan.

Ah ... Nye, ada apa dengan hidup kamu?

***

Bab terkait

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 6

    Aku terus mengekor Dio, sejak satu jam lalu. Dia abai dan mengatakan bahwa aku akan membuat pelanggannya kabur bila bekerja sebagai waitress di cafenya. Kejam sekali si mata bulat!Aku harus bekerja sebab tak mungkin menjadi aktris di Indonesia lagi dengan citra yang sudah buruk dan lebur. Citra sebagai seorang pelakor.Aku memang menyelesaikan sarjanaku di UI, seni teater. Tapi, ini Paris. Hanya pekerjaan-pekerjaan kasar yang bisa aku lakukan. Misalnya; menjadi waitress."Kamu ceroboh, Anye. Kamu bisa melukai diri kamu sendiri kalau menjadi pelayan di cafeku," omel Dio. Dia saat ini, masih sibuk menyirami bunga di halaman Belle Epoque.Aku kembali merengek, "Tapi aku butuh pekerjaan. Kamu tahu, skill yang aku punya hanya akting. Aku nggak mungkin menjadi model di butiknya Naeema atau pakaiannya nanti nggak akan laku. Aku juga nggak bisa bekerja di perusahaan game seperti Sella, atau aku akan mengacaukannya. Tapi, aku bisa menjadi waitress di cafemu, Dio.""Tidak, Nye. Kamu lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 7

    FLASHBACKIndonesia, May 2021.'Nanti mau ya, menghabiskan malam penuh gairah bersama? Aku punya kado spesial untuk kamu.'Pesan masuk itu mengubah musim panas milik Indonesia yang gerahnya tidak keruan menjadi sejuk seketika. Mungkin juga karena segelas affogato yang aku sesap. Atau boleh jadi karena kepalaku sudah sibuk membayangkan ini dan itu, malam nanti.Suara riuh di luar ruangan sesaat membuatku sadar. Menanggalkan bayang-bayang nakal di dalam otak dan menegaskan ... hey ... ini masih di lokasi syuting. Di ruang tunggu itu, aku dapat melihat pantulan diri di cermin rias. Wajah yang sudah nampak lelah tiba-tiba berubah penuh binar. Hanya karena sebuah pesan masuk dari dia.Micko Kasetra.Masih terpaku pada cermin ketika tepat, sebuah tangan melingkar di leher. Aroma parfum Bvlgari Pour Homme dengan wangi teh yang menenangkan. Wangi dari seseorang yang selama enam tahun ini yang menjadi favorit. Wangi yang begitu senang aku hidu tatkala mata terbuka. Atau saat lelah seharian s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 8

    Tanganku sudah dipenuhi balon di sisi kiri dan sisa cokelat di sisi kanan. Lutut terasa bergetar sebab mengikuti pergerakan dua makhluk ajaib yang dikirim dari planet Saturnus. Dua squishy yang sibuk memantul ke sana kemari. Tanpa lelah; dan aku hampir mati. Ya Tuhan! Anak kembar berusia lima tahun ini sepertinya tidak pernah kehabisan energi. "Thea, Anna, kemari. Ayo istirahat dulu sebntar. Kita harus makan siang, kan?" pintaku dengan suara setengah memohon. Thea menoleh –mungkin juga Anna sebab aku tidak tahu- dan berlari menghampiriku. Tak lama, satu squishy lainnya datang dengan tawa yang lebar. Mereka berdiri di depanku dengan senyuman yang mentereng. "Kita makan siang apa, aunty?" Aku diam sejenak. "Pizza? Pasta? Spaghetti?" "Spaghetti," jawab mereka serempak. Aku mengusap kepala mereka berdua lembut, untuk kemudian menggamit dua jemari mereka di sisi kanan dan kiri untuk kemudian masuk ke dalam cafe. Sayangnya, ini bukan cafe Dio. Padahal di sana, aku akan memin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 9

    Ini pukul sepuluh malam, sepi. Sebab Naeema dan Sella berkencan dengan pasangan masing-masing. Juga Mark dan Dio yang entah ke mana. Tapi sejak tadi senyum di bibirku yang menjadi aneh. Sungguh! simpul bibir tertarik paksa membentuk senyuman tanpa aku tahu penyebabnya. Tidak ada jokes-jokes aneh milik adikku, Mark. Tidak juga ada pertikaian antara Naeema dan Sella yang membuatku senang. Aku; sendirian. Sepertinya aku terserang virus mematikan. Senyum tanpa sebab!Atau sebabnya adalah senyum milik ... Jaden?Tidak mungkin!Ponselku bergetar. Menghadirkan pesan dengan nomor baru. Boleh jadi ini pesan iseng atau memang 'seseorang' sengaja mengirimkannya. Isinya singkat, penuh nada memerintah dan menyebalkan. Aku mengernyit. Cukup tahu siapa manusia kurang ajar yang mengirimnya.From : xxx-xxx Datang ke Mamma Primi cafe dengan si kembar. To : xxx-xxxApa ini dibayar? Aku pengangguran sekarang.From : xxx-xxx Dasar matrealistis! To : xxx-xxxAku harus hidup di sini.Mau atau tidak?Fr

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 10

    Seine dan yacht yang melaju lambat. Menampilkan pesona Paris di sekitarnya. Ada Anna dan Thea yang nampak ceria menikmati sandwich. Juga sore sudah disambut semburat orange di sudut sana. Aku berdiri di bagian depan yacht, di sisi Jaden. Laki-laki itu memandang sungai Seine dengan pandangan yang selalu terasa sulit untuk dibaca. Aku mendehem. Berharap, kebekuan mencair. Dan memang Jaden menoleh. "Aktingmu buruk," komentarnya pedas. Aku hanya mencebikkan bibir. "Aku actress yang berbakat, asal kamu tahu." "Kamu mengajari anakku hal-hal tadi?" tanyanya curiga. "Si squishy hanya aku beri pengarahan sedikit. Catat ya, pengarahan. Bukan mengajari detailnya. Anak-anak kamu akan jadi actress hebat seperti aku," jawabku jumawa seraya tertawa. "Aku nggak mau anakku seperti kamu." Dingin. Singkat dan seperti menusukku dengan pisau. Aku menoleh ke arah Jaden. "Maksud kamu?" "Perlu aku jabarkan?" Aku diam; bergeming. "Akting kamu mungkin sangat bagus, tapi kamu membuat skandal memaluka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 11

    Instagram, Tiktok, x, dan berbagai portal gosip lainnya sedang memandangku sinis. Ada banyak kalimat lucu yang ditambahkan. Ada banyak ucapan konyol yang dibubuhkan. Itu bumbu. Media memang selalu dipoles semacam itu; agar menjual. Dan itu – Sialan!Aku sebagai objek. Dikuliti oleh berbagai perspektif yang menyudutkan.'Aktris berinisial L-A tertangkap kamera sedang menikmati kencan dengan seorang sutradara''Aktris berinisial L-A menikmati makan malam romantis dengan sutradara besar Indonesia berinisial M''Sutradara M sudah beristri, benarkah ada skandal kencan dengan artis berinisial L-A?''Lihat foto-foto kencan aktris L-A, nomor lima akan buat kamu geleng-geleng kepala'Aku melempar ponselku ke atas nakas. Mengabaikan berbagai macam komentar yang tak bisa lagi aku hitung, klasifikasikan dan cerna. Terlalu banyak. Dan yang bisa aku lakukan sekarang hanya kembali membaringkan tubuhku di atas tempat tidur, dengan jemari sibuk memijit dahi."Jangan terlalu dipikirkan. Berita itu aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 12

    Cookies, macarons dan tarte tatin dari cafe Dio sibuk bergantian masuk ke dalam mulut. Menemani pagiku yang pengangguran. Sella sejak semalam tidak pulang. Naeema berangkat pagi-pagi buta. Dio apalagi, sepertinya ia berangkat ke cafe saat masih fajar. Tersisa aku yang meringkuk di sofa depan tv dan Mark yang masih terlelap di kamarnya.Aku mengganti beberapa channel secara random. Tak ada yang menarik, hanya berita pagi tentang serangan bom yang dituduhkan pada teroris, atau acara masak-memasak berbagai macam makanan yang membuatku semakin lapar, juga acara olahraga pagi yang membuatku semakin mengantuk.Sial!Hidup sebagai pengangguran ternyata tidak seindah bayangan."Ya Tuhan, perempuan tua ini sungguh nggak punya kerjaan? Kamu kelihatan kaya gelandangan sekarang Kak."Aku menoleh, mendelik ke arah si tersangka bermulut kotor yang menghina dan menyamakanku dengan tunawisma."Woyy!! Aku tendang mulut kamu ya Mark!""Sini kalau kamu bisa. Kamu kan pendek Kak."Aku bangkit dan menenda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 13

    Le jules Verne, menara Eiffel lantai dua. Retoran mewah yang menjadi destinasi semua manusia pecinta keindahan. Sebab dari sini, gemerlap Paris nampak jumawa memamerkan diri. Aku, dua squishy dan Jaden. Duduk dalam diam, dengan pikiran saling berkecamuk. Catat tolong. Ini bukan makan malam romantis keluarga bahagia, ya. Bukan! Pandanganku masih sibuk pada hamparan Paris yang menawan. Malam dan kerlap-kerlip lampu yang semarak. Di sampingku, Anna dan Thea sibuk mengunyah steak yang sudah lebih dulu di potong Jaden untuk piring Thea, dan olehku untuk piring Anna. Bukan! Ini masih bukan soal ayah, ibu dan anak-anaknya. Aku hanya kasihan melihat Anna yang ingin segera melahap steak-nya. "Ayah bilang kita pindah ke Paris karena akan bertemu Mama." Anna sibuk mengunyah namun matanya yang berbinar penuh rasa ingin tahu terlihat jelas. Aku menoleh ke arah Jaden. Ingin tahu reaksi dari laki-laki brengsek itu. Jujur, aku ingin tak peduli. Mengabaikan urusan 'rumah tangga' orang lain, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 64

    "Kalian semua mengenal perempuan ini, kan? Dia seorang aktris dan menurut berita yang selama ini beredar, ia memiliki hubungan dengan salah satu korban yakni nyonya Lyla Anyelir, Benar?" Pak Polisi tanpa seragam itu mengawali sesi pertanyaannya. Dio dan Mark sesaat terdiam. Kaget, terkejut dan tak menyangka ke arah mana pembicaraan ini akan berujung dengan nama perempuan itu dibawa-bawa. "Jennieta," gumam Jaden Pradipta. "Benar. Dia Jennieta. Dia adalah penyewa truk yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi. Ia juga yang membayar supir truk hitam dengan nomor xxx yang sengaja keluar jalur berlawanan dan menabrakan kendaraannya pada mobil yang kalian kendarai." Mata Jaden memerah, nyalang sekali. Tangannya mengepal kuat, membuat buku-buku jarinya memutih. Ia lantas berbalik, memukul dinding rumah sakit dengan kuat. Sekali, dua kali, enggan berhenti. Para polisi yang terkejut, menoleh pada Dio dan Mark kebingungan. Sementara keduanya langsung memburu, mencoba menghentikan perbuatan Ja

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 63

    (Point of View 3) Malam itu hujan turun deras, membasahi jalan raya yang mereka lalui dalam perjalanan pulang dari liburan keluarga. Anye, Jaden, Dio, Sella, Mark, Naeema, dan si kembar, Anna dan Thea, berada dalam mobil SUV besar milik Jaden. Mereka tergesa pulang saat Anye memberikan mereka tanda terkait kontraksi; tanda kelahiran si bayi. Anye, yang sedang hamil sembilan bulan, duduk di kursi tengah bersama sang suami. Perutnya yang besar membuatnya harus duduk dengan posisi miring, terus menerus diusap oleh Jaden. Dio yang mengemudi sesekali menoleh; turut panik juga. "Kamu masih baik-baik saja, Sayang?" tanya Jaden dengan nada khawatir. Anye tersenyum lemah sambil mengangguk. "Aku baik-baik saja, hanya sedikit ... duh! sakit banget Jaden!" seru Anye sambil menjambak rambut Jaden. "Aw! sakit sayang," erang Jaden, tapi tetap pasrah, tidak mengenyahkan jari sang istri dari kepalanya. "Dio, bawa mobilnya lebih cepat. Anye benar-benar bisa bikin aku botak." Di kursi depan, di

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 62

    "Aku tidak ingin peduli," jawabku tak acuh."Dia merebut Micko dari Anye. Dia benar-benar menyukai si bajingan itu sangat banyak sampai menggunakan berbagai cara untuk merebut kekasih orang lain. Dan sekarang hasilnya, dia benar-benar dicampakkan oleh si brengsek itu. Aku tahu bahwa depresinya berdasar."Aku menyesap hot chocolate-ku dan kembali mengalihkan pandangan ke arah luar. Banyaknya orang dengan tawa-tawa mereka yang bersuka ria. Ternyata, tidak semuanya merasakan hal yang sama. Di beberapa sudut bumi, pastilah banyak orang yang bahkan menganggap hidup terlalu sulit bahkan untuk sekedar menyunggingkan senyum. Jennieta misalnya. Aku waktu dulu, contohnya. Kita sama-sama terperangkap pada rasa putus asa. Tidak lebih hanya karena sebuah kebodohan dalam mencintai seseorang. Benar-benar bodoh, sebab laki-laki yang ingin dipertahankan pun, menengok saja tidak.Ah ... sial!Tiba-tiba aku ingin merengkuh Jennieta dan mengatakan padanya bahwa Micko terlalu bajingan untuk ditangisi sepe

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 61

    RS. Tjipto, pukul 10 pagi. Aku dan Jaden sedang asik di ruangan dr. Anita, memandangi layar besar di mana bayi kami sedang asik berkomunikasi. Sesekali, dr. Anita memperdengarkan suara detak jantungnya yang seketika membuatku dan Jaden dipenuhi haru. Dokter spesialis kandunganku ini adalah perempuan berusia 45 tahun. Dengan wajah teduh, ia selalu memberikan berbagai tips dan pengetahuan seputar kehamilan dengan mudah diserap dan menyenangkan.Seperti hari ini. Sejak pagi, aku dan Jaden cukup panik. Bayi kecil kami yang biasanya aktif dan bergerak-gerak tak tahu waktu, lebih memilih banyak diam hari ini. Juga bagian ulu hati yang sedikit nyeri, membuatku dan Jaden memutuskan untuk menemui dr. Anita segera. Walau ternyata setelah melalui pemeriksaan, tak ada hal yang mengkhawatirkan. Baik aku maupun bayiku, semuanya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja."Usia kandunganmu sekarang 37 week, Nye. Semuanya sehat dan ia tumbuh menjadi bayi yang pintar. Dalam beberapa minggu lagi, kau sudah

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 60

    "Siapa ya?" Aku menuju interkom. Sesaat termangu, aku bimbang antara membuka pintu atau tidak. "Micko?"Aku kemudian memilih membuka pintu. Sudah lama aku tidak melihatnya. Laki-laki itu juga bahkan memilih tidak datang di pesta pernikahanku."Ada perlu apa?"Aku tidak mempersilahkan Micko masuk. Memilih menyuruhnya duduk di kursi luar, ia meletakkan sebuah buket bunga mawar berwarna pink."Untuk apa?""Ucapan selamat, Nye." Ia duduk dan menyunggingkan senyum."Selamat untuk?""Pernikahanmu dan juga kehamilanmu.""Baiklah." Aku mengeluarkan ponselku dan melakukan panggilan video pada Jaden. Micko nampak terkejut namun sepertinya ia bersikap setenang mungkin. Harus menunggu hingga dering ke lima, barulah Jaden memunculkan batang hidungnya."Ada seseorang berkunjung dan ingin memberikan selamat pada kita, sayangnya kau sedang di rumah sakit. Kau ingin menyapa?""Siapa?" Jaden meletakkan berkas yang dipegangnya untuk kemudian fokus padaku."Ini." Aku membalik mode kamera hingga menampakk

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 59

    Dua garis berwarna merah. Aku sudah membuka bungkus yang ke sepuluh dan hasilnya tetap sama. Berkali-kali pula aku mengucek mata, dan hasilnya juga tidak berubah. Meyakinkan hati pun sudah aku lakukan sejak tadi. Namun tetap saja, lagi dan lagi itu terasa seperti mimpi. Seperti bunga tidur yang indah namun terasa was-was kalau sampai bangun dan itu ternyata tidak terjadi. Sedikit banyak, kejadian di Bali membuatku khawatir. Jaden dan harapannya jangan sampai kembali dibuat kecewa."Jadi bagaimana, Nye?"Itu suara Jaden. Ia pasti sedang mondar-mandir di depan pintu kamar mandi. Namun anehnya, ia tidak sendiri. Sella dan yang lainnya juga berada di sana. Juga merasakan cemas yang sama. Entah kami memang sedemikian kompaknya atau level ingin tahu mereka yang terlalu tinggi."Ini."Aku menyerahkan semua hasil test pack yang menyimpulkan hal yang sama. Jaden nampak mematung sesaat namun kemudian meraihku dalam pelukannya. Mengucapkan terima kasih berulang-ulang kali. Mengecup dahiku tanpa

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 58

    Lihat dua mempelai di altar itu!"Dio!" Aku kembali menjadi Lyla Anyelir yang tidak tahu tempat. Tamu-tamu yang datang bahkan mengalihkan sepenuh atensi mereka padaku. Jangan lupakan Mark, Naeema dan Sella yang tertawa penuh ejekan."Anna benar, kan, ibu? Auntie Sella dan uncle Dio yang menikah. Kenapa ibu tidak percaya padaku?" Anna dan Thea berjumawa. Keduanya berlari ke arah Naeema dan memeluknya seketika. Aku dan Jaden akhirnya mendekat juga."Kau terkejut?" tanya Naeema. Aku memukul lengan gadis itu dan ia kembali tertawa. Lanjutnya, " bukan hanya kau yang terkejut. Kita semua sama terkejutnya."Aku, Naeema, Jaden dan pasang mata tamu lainnya akhirnya benar-benar terfokus ke depan sana. Di mana, Dio dan Sella sedang berjalan bersama menuju pendeta. Keduanya sedang berjalan menuju janji sumpah setia.Aku menyikut Naeema dan setengah berbisik, "Kenapa mereka menikah?""Kau pikir hanya kau yang ingin menikah," bisik Naeema sarkas."Maksudku ... sejak kapan mereka menjalin hubungan?"

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 57

    Manusia itu hidup dengan terus melihat ke depan. Sebanyak apapun kebahagiaan di masa lalu, waktu tetap berputar seperti biasanya. Pun kesedihan. Sesakit apapun masa lalu memberikan luka, waktu terus berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sudah takdirnya seperti itu. Dan akan tetap begitu.Oke.Begitu juga dengan hidup seorang Lyla Anyelir. Kematian ibuku yang menyesakkan dada itu telah berlalu. Meraung seperti orang gila sekalipun, tetap tidak akan membawa kembali sosoknya padaku. Menjerit sampai suara di tenggorokan terputus sekalipun, tetap tak akan membuatnya bisa menghampiriku lagi. Sampai kapanpun.Itulah sebabnya, hari ini, tepat satu bulan kepergiannya, aku mulai memilih merelakan. Hari-hari sebelumnya yang terasa begitu mendung, sedang aku coba buat cerah kembali. Tawaku yang sirna, lelucon-lelucon bodoh yang entah pergi ke mana, atau semangatku yang tiba-tiba sekarat, kini sedang aku usahakan agar utuh kembali. Sebab ada dua squishy, teman-teman dan adikku, juga suamiku tercin

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 56

    Aku menghentikan langkah. Jaden juga. Kita berdua saling menatap dalam temaram. Mata Jaden yang pekat menunjukkan keraguan. Di sana bersemayam, seluruh tanya yang menjadi satu. Perihal Dio, atau mungkin bahkan Micko. Terlebih, kejadian beberapa saat lalu, saat aku justru tertawa heboh ketika dokter justru mengatakan bahwa aku belum hamil. Jaden nampak kecewa."Apa karena aku tertawa?""Karena kau nampak tak kecewa," gumamnya.Aku menghela napas. Melangkahkan kaki dalam hitung jari ke depan, melepaskan pelukanku pada lengannya. "Kau boleh meragukanku sebanyak apapun, Jaden. Tapi kau tidak bisa meragukanku hanya karena aku lebih realistis.""Realistis?""Yah ... kau mungkin terlalu terbawa perasaanmu dan bahagia bukan kepalang hingga tidak bisa berpikir realistis, Jaden. Tapi aku tahu diriku sendiri. Kita menikah pun baru hitungan hari. Aku sudah memikirkan itu matang-matang. Jadi bila aku tak kecewa, itu bukan karena aku tidak menginginkan anak darimu. Bukan karena aku tidak bersungguh

DMCA.com Protection Status