Share

Bab 6

Author: Nanasshi
last update Huling Na-update: 2024-12-10 15:56:25

Aku terus mengekor Dio, sejak satu jam lalu. Dia abai dan mengatakan bahwa aku akan membuat pelanggannya kabur bila bekerja sebagai waitress di cafenya. Kejam sekali si mata bulat!

Aku harus bekerja sebab tak mungkin menjadi aktris di Indonesia lagi dengan citra yang sudah buruk dan lebur. Citra sebagai seorang pelakor.

Aku memang menyelesaikan sarjanaku di UI, seni teater. Tapi, ini Paris. Hanya pekerjaan-pekerjaan kasar yang bisa aku lakukan. Misalnya; menjadi waitress.

"Kamu ceroboh, Anye. Kamu bisa melukai diri kamu sendiri kalau menjadi pelayan di cafeku," omel Dio. Dia saat ini, masih sibuk menyirami bunga di halaman Belle Epoque.

Aku kembali merengek, "Tapi aku butuh pekerjaan. Kamu tahu, skill yang aku punya hanya akting. Aku nggak mungkin menjadi model di butiknya Naeema atau pakaiannya nanti nggak akan laku. Aku juga nggak bisa bekerja di perusahaan game seperti Sella, atau aku akan mengacaukannya. Tapi, aku bisa menjadi waitress di cafemu, Dio."

"Tidak, Nye. Kamu lebih baik menghabiskan waktu kamu dengan jalan-jalan dan memulihkan diri. Jangan pikirkan soal biaya selama kamu di sini," jawab Dio masih dengan tangan yang sibuk menyirami bunga-bunga milik nenek Willie.

"Selama aku di sini? Hey! Aku bakalan di sini selamanya," putusku cepat.

Dio mematikan selang air. Dia mendekat ke arahku yang duduk di ayunan.

"Selamanya? Bagaimana dengan karier yang kamu bangun sejak lama? Bagaimana impian kamu untuk menjadi seorang aktris hebat? Bagaimana bisa kamu lepasin itu semua, Nye?"

Aku diam. Tak berani menatap mata jernih milik Dio. Sebab, semua yang ditanyakannya menusuk hatiku. Terkait impian yang sepertinya akan sirna dan hilang tanpa bekas.

Oleh ulahku sendiri.

"Aku bisa mencari impian lain, Dio," kilahku asal.

"Bohong."

"Kamu sok tahu."

"Kamu dan akting adalah satu kesatuan. Kamu mencintai akting sebanyak itu."

Aku terkekeh; sinis. Mata sibuk memindai ujung sandal berkepala kelinci.

"Itu semua sudah hancur, Dio. Jadi ... biarin aku belajar membuat kopi, oke?"

Dio menatapku lekat. Dia hanya menghela napas dalam dan pada akhirnya mengangguk. Aku yakin, dia sangat sangat terpaksa menyetujui aku mengenakan apron dan bekerja di cafenya. Dalam hati, aku hanya berdoa.

Ya Tuhan, semoga aku tidak meledakkan cafe Dio!

***

Kacau!

Kacau!

Kacau!

Aku sudah menumpahkan tiga gelas ice americano, menyenggol Samuel –pekerja Dio- hingga membuat dia menumpahkan Tarte tatin ke pelanggan, juga membuat Dio terpelanting sebab lantai toilet yang aku pel; licin dan basah.

Kini, Dio menatapku dengan kesal. Mata bulatnya sibuk mendiskriminasi hingga bernapas saja terasa sesak. Semengerikan itu dia saat marah.

"Dio, sorry ...."

"Kamu lihat? Kamu baru kerja kurang lebih 5 jam dan sudah buat banyak kekacauan. Sudahlah, Nye. Kamu hanya perlu duduk di meja sudut dan makan macarons. Aku akan membelikan apapun yang kamu minta tanpa perlu kamu bekerja."

Aku mendecih. Ardio-ku memang baik namun bukan berarti aku akan menjadi benalu. Bagaimana perasaan kekasihnya kalau sampai tahu bahwa laki-laki yang dicintainya memberikan banyak uang hanya untuk seseorang dalam status sahabat?

Jangan lagi, hey! Aku tidak mau dianggap semakin murahan sebab merebut Dio dari kekasihnya. Walau yah Dio itu adalah sahabatku sejak kecil.

"Kamu mau aku dicap sebagai perebut kebahagiaan orang lain lagi, huh?"

Dio mengernyit. "Maksud kamu?'

"Kamu harusnya memikirkan bagaimana perasaan pacar kamu saat kamu mengatakan hal itu."

"Pacar?"

"Iya."

Dio nampak mengernyit. "Siapa? Aku?"

"Bukan, si Samuel. Ya jelas kamu, dodol."

"Aku nggak punya pacar, betewe."

Aku mencebikkan bibir. "Bohong."

"Terserah. Aku memang beneran nggak punya pacar kok."

"Wah ... sahabatku nggak laku, rupanya," ledekku seraya menggamit lengan Dio.

"Sialan. Aku cuma suka sama seseorang, makanya sampai sekarang aku belum punya pacar."

Aku menatapnya dengan senyuman iseng. "Siapa? Wah ... kamu sepertinya pengecut ya soalnya nggak berani confess, kan?"

"Si gila ini. Sudah ah! Berhenti ngejek terus duduk sana di pojokan. Jangan lakuin apapun atau aku tendang keluar kamu dari sini."

Sialan!

Aku dipecat dalam kurun 5 jam!

Aku hanya menghela napas kasar dan melepaskan apron dengan langkah gontai. Bergegas mengambil tas di loker untuk kemudian melambaikan tangan ke arah Dio; keluar cafe. Dia berteriak 'kemana?' namun aku hanya melambaikan tangan lemah ke arahnya. Dio harus merasa bersalah sebab melihatku putus asa semacam ini.

Aku terus berjalan di sekitaran Le Marais tanpa tujuan. Menatap lalu lalang orang-orang dengan keluarga mereka, pasangan mereka, anak-anak mereka. Duh ... tiba-tiba hatiku iri. Memaksa ingatan berpendar dan kembali melayang ke Indonesia sana. Pada sosok yang mungkin kini, sedang bergelung dengan kehangatan dari wanita lain.

Dan dengan bodohnya, aku tetap merindu.

Jarak 1 – 1,5m di depan sana, aku bisa melihat nenek Willie –pemilik rumah sewa- sedang berlarian tergopoh-gopoh. Tubuh tuanya –meskipun disulap make up dan pakaian yang modis- tetap tak mampu mengimbangi dua makhluk kecil yang berlarian ke sana kemari. Hingga, nenek Willie terjerembab dan jatuh dengan tidak elegannya di tempat umum.

"Madame Willie," teriakku seraya membantunya berdiri. Dua squishy jahil itu mendekat.

"Nenek kenapa?"

Andai aku nenek Willie, sudah aku tendang dua makhluk kecil seperti squishy ini ke Saturnus!

"Aku menyerah. Aku menyerah. Kau Anye, kan? Anak baru di lantai dua?"

Aku mengangguk dan menatap nenek Willie yang mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya.

"Bisa kamu tolong aku?"

Aku mengernyit dan dengan terpaksa mengangguk.

"Tolong bantu jaga dua cucuku. Hari ini ... saja. Pinggangku oh pinggangku. Aku harus ke dokter langsung setelah ini."

Aku melotot; protes. Seenaknya nenek Willie menyerahkan tugas yang berat kepadaku.

"Madame, aku tidak bisa. Sungguh, aku tidak akrab dengan dua squishy ini. Kami; bermusuhan."

Berbalik aku yang mengangkat tinggi-tinggi kedua tangan.

"Aku mohon, hari ini saja. Thea dan Anna tidak boleh ditinggal sendirian. Aku harus ke dokter atau aku akan berjalan bungkuk selamanya," ucap nenek Willie dengan nada memelas.

"Dimana Jaden?"

"Dia sedang ada rapat dengan ikatan dokter gigi Paris. Dia tidak bisa membawa kedua cucuku."

Aku tetap menggeleng namun nenek Willie nampaknya tetap bersikeras dan tak mau mendengar. Dia bangkit dengan segera dan menghentikan taksi.

"Aku mohon, sebentar saja. Oke, Nye?"

Dia benar-benar menyebalkan. Sebab setelah mengatakan itu, nenek Willie menghilang dengan taksi dan meninggalkan dua makhluk kecil, kenyal seperti squishy itu bersamaku.

"Jadi kami akan bermain dengan aunty?"

Tuhan ... bantu aku pindah ke Saturnus!

***

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
nanasshifitria16
seru banget hidup anye
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 7

    FLASHBACKIndonesia, May 2021.'Nanti mau ya, menghabiskan malam penuh gairah bersama? Aku punya kado spesial untuk kamu.'Pesan masuk itu mengubah musim panas milik Indonesia yang gerahnya tidak keruan menjadi sejuk seketika. Mungkin juga karena segelas affogato yang aku sesap. Atau boleh jadi karena kepalaku sudah sibuk membayangkan ini dan itu, malam nanti.Suara riuh di luar ruangan sesaat membuatku sadar. Menanggalkan bayang-bayang nakal di dalam otak dan menegaskan ... hey ... ini masih di lokasi syuting. Di ruang tunggu itu, aku dapat melihat pantulan diri di cermin rias. Wajah yang sudah nampak lelah tiba-tiba berubah penuh binar. Hanya karena sebuah pesan masuk dari dia.Micko Kasetra.Masih terpaku pada cermin ketika tepat, sebuah tangan melingkar di leher. Aroma parfum Bvlgari Pour Homme dengan wangi teh yang menenangkan. Wangi dari seseorang yang selama enam tahun ini yang menjadi favorit. Wangi yang begitu senang aku hidu tatkala mata terbuka. Atau saat lelah seharian s

    Huling Na-update : 2024-12-12
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 8

    Tanganku sudah dipenuhi balon di sisi kiri dan sisa cokelat di sisi kanan. Lutut terasa bergetar sebab mengikuti pergerakan dua makhluk ajaib yang dikirim dari planet Saturnus. Dua squishy yang sibuk memantul ke sana kemari. Tanpa lelah; dan aku hampir mati. Ya Tuhan! Anak kembar berusia lima tahun ini sepertinya tidak pernah kehabisan energi. "Thea, Anna, kemari. Ayo istirahat dulu sebntar. Kita harus makan siang, kan?" pintaku dengan suara setengah memohon. Thea menoleh –mungkin juga Anna sebab aku tidak tahu- dan berlari menghampiriku. Tak lama, satu squishy lainnya datang dengan tawa yang lebar. Mereka berdiri di depanku dengan senyuman yang mentereng. "Kita makan siang apa, aunty?" Aku diam sejenak. "Pizza? Pasta? Spaghetti?" "Spaghetti," jawab mereka serempak. Aku mengusap kepala mereka berdua lembut, untuk kemudian menggamit dua jemari mereka di sisi kanan dan kiri untuk kemudian masuk ke dalam cafe. Sayangnya, ini bukan cafe Dio. Padahal di sana, aku akan memin

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 9

    Ini pukul sepuluh malam, sepi. Sebab Naeema dan Sella berkencan dengan pasangan masing-masing. Juga Mark dan Dio yang entah ke mana. Tapi sejak tadi senyum di bibirku yang menjadi aneh. Sungguh! simpul bibir tertarik paksa membentuk senyuman tanpa aku tahu penyebabnya. Tidak ada jokes-jokes aneh milik adikku, Mark. Tidak juga ada pertikaian antara Naeema dan Sella yang membuatku senang. Aku; sendirian. Sepertinya aku terserang virus mematikan. Senyum tanpa sebab!Atau sebabnya adalah senyum milik ... Jaden?Tidak mungkin!Ponselku bergetar. Menghadirkan pesan dengan nomor baru. Boleh jadi ini pesan iseng atau memang 'seseorang' sengaja mengirimkannya. Isinya singkat, penuh nada memerintah dan menyebalkan. Aku mengernyit. Cukup tahu siapa manusia kurang ajar yang mengirimnya.From : xxx-xxx Datang ke Mamma Primi cafe dengan si kembar. To : xxx-xxxApa ini dibayar? Aku pengangguran sekarang.From : xxx-xxx Dasar matrealistis! To : xxx-xxxAku harus hidup di sini.Mau atau tidak?Fr

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 10

    Seine dan yacht yang melaju lambat. Menampilkan pesona Paris di sekitarnya. Ada Anna dan Thea yang nampak ceria menikmati sandwich. Juga sore sudah disambut semburat orange di sudut sana. Aku berdiri di bagian depan yacht, di sisi Jaden. Laki-laki itu memandang sungai Seine dengan pandangan yang selalu terasa sulit untuk dibaca. Aku mendehem. Berharap, kebekuan mencair. Dan memang Jaden menoleh. "Aktingmu buruk," komentarnya pedas. Aku hanya mencebikkan bibir. "Aku actress yang berbakat, asal kamu tahu." "Kamu mengajari anakku hal-hal tadi?" tanyanya curiga. "Si squishy hanya aku beri pengarahan sedikit. Catat ya, pengarahan. Bukan mengajari detailnya. Anak-anak kamu akan jadi actress hebat seperti aku," jawabku jumawa seraya tertawa. "Aku nggak mau anakku seperti kamu." Dingin. Singkat dan seperti menusukku dengan pisau. Aku menoleh ke arah Jaden. "Maksud kamu?" "Perlu aku jabarkan?" Aku diam; bergeming. "Akting kamu mungkin sangat bagus, tapi kamu membuat skandal memaluka

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 11

    Instagram, Tiktok, x, dan berbagai portal gosip lainnya sedang memandangku sinis. Ada banyak kalimat lucu yang ditambahkan. Ada banyak ucapan konyol yang dibubuhkan. Itu bumbu. Media memang selalu dipoles semacam itu; agar menjual. Dan itu – Sialan!Aku sebagai objek. Dikuliti oleh berbagai perspektif yang menyudutkan.'Aktris berinisial L-A tertangkap kamera sedang menikmati kencan dengan seorang sutradara''Aktris berinisial L-A menikmati makan malam romantis dengan sutradara besar Indonesia berinisial M''Sutradara M sudah beristri, benarkah ada skandal kencan dengan artis berinisial L-A?''Lihat foto-foto kencan aktris L-A, nomor lima akan buat kamu geleng-geleng kepala'Aku melempar ponselku ke atas nakas. Mengabaikan berbagai macam komentar yang tak bisa lagi aku hitung, klasifikasikan dan cerna. Terlalu banyak. Dan yang bisa aku lakukan sekarang hanya kembali membaringkan tubuhku di atas tempat tidur, dengan jemari sibuk memijit dahi."Jangan terlalu dipikirkan. Berita itu aka

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 12

    Cookies, macarons dan tarte tatin dari cafe Dio sibuk bergantian masuk ke dalam mulut. Menemani pagiku yang pengangguran. Sella sejak semalam tidak pulang. Naeema berangkat pagi-pagi buta. Dio apalagi, sepertinya ia berangkat ke cafe saat masih fajar. Tersisa aku yang meringkuk di sofa depan tv dan Mark yang masih terlelap di kamarnya.Aku mengganti beberapa channel secara random. Tak ada yang menarik, hanya berita pagi tentang serangan bom yang dituduhkan pada teroris, atau acara masak-memasak berbagai macam makanan yang membuatku semakin lapar, juga acara olahraga pagi yang membuatku semakin mengantuk.Sial!Hidup sebagai pengangguran ternyata tidak seindah bayangan."Ya Tuhan, perempuan tua ini sungguh nggak punya kerjaan? Kamu kelihatan kaya gelandangan sekarang Kak."Aku menoleh, mendelik ke arah si tersangka bermulut kotor yang menghina dan menyamakanku dengan tunawisma."Woyy!! Aku tendang mulut kamu ya Mark!""Sini kalau kamu bisa. Kamu kan pendek Kak."Aku bangkit dan menenda

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 13

    Le jules Verne, menara Eiffel lantai dua. Retoran mewah yang menjadi destinasi semua manusia pecinta keindahan. Sebab dari sini, gemerlap Paris nampak jumawa memamerkan diri. Aku, dua squishy dan Jaden. Duduk dalam diam, dengan pikiran saling berkecamuk. Catat tolong. Ini bukan makan malam romantis keluarga bahagia, ya. Bukan! Pandanganku masih sibuk pada hamparan Paris yang menawan. Malam dan kerlap-kerlip lampu yang semarak. Di sampingku, Anna dan Thea sibuk mengunyah steak yang sudah lebih dulu di potong Jaden untuk piring Thea, dan olehku untuk piring Anna. Bukan! Ini masih bukan soal ayah, ibu dan anak-anaknya. Aku hanya kasihan melihat Anna yang ingin segera melahap steak-nya. "Ayah bilang kita pindah ke Paris karena akan bertemu Mama." Anna sibuk mengunyah namun matanya yang berbinar penuh rasa ingin tahu terlihat jelas. Aku menoleh ke arah Jaden. Ingin tahu reaksi dari laki-laki brengsek itu. Jujur, aku ingin tak peduli. Mengabaikan urusan 'rumah tangga' orang lain, s

    Huling Na-update : 2024-12-16
  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 14

    Aku, Mark dan Naeema termangu; bodoh. Menatap pintu dengan wajah tak percaya. Di sana, berdiri seorang Jaden Pradipta dengan wajahnya yang seperti biasa, dingin. Kemudian dari balik tubuhnya, muncul dua squishy yang tersenyum lebar dan memburu untuk memeluk kakiku. Sontak aku berjongkok, mengalihkan pelukan mereka pada tubuhku. Di tangan keduanya, tergamit boneka pororo dan krong. "Hai Anna, Thea," sapa Naeema. Keduanya tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Naeema tanpa melepas pelukan mereka padaku. "Wah ... Kak, mereka bawa saudara kembar kamu." Aku mendelik ke arah Mark saat ia menunjuk krong sebagai kembaranku. "Aku ... ingin menitipkan mereka padamu. Mama sedang di Colmar. Aku harus pergi ke rumah sakit." Aku menatap Jaden dengan pandangan enggan. Bukan masalah, sebenarnya, saat aku harus menjadi pengasuh Anna dan Thea. Hanya saja aku ingin melihat, sejauh mana harga diri Jaden akan turun demi anak-anaknya. Tiba-tiba Mark dan Naeemaa berdehem untuk selanjutnya meni

    Huling Na-update : 2024-12-16

Pinakabagong kabanata

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 89 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Anna tidak pernah menyangka, hanya dalam hitungan detik, dunia yang selama ini ia kenal bisa runtuh begitu saja. Dua hari sudah ia mendiamkan Thea, dan saudari kembarnya itu pun tampaknya menyerah. Biasanya, Thea akan menggedor pintu kamarnya dan memaksa bicara, atau setidaknya menyelinap ke tempat tidurnya dengan alasan ingin tidur bersama seperti dulu. Tapi kali ini berbeda. Thea hanya membiarkan Anna dengan amarah dan kekecewaannya sendiri. Bahkan di kampus, mereka saling menghindar, seolah-olah tidak pernah mengenal satu sama lain. Pagi itu, ketika bel apartemen berbunyi, Anna yang pertama kali membukanya. Dan di sana berdiri ibunya, Anyelir, dengan senyum lembut dan sekantong besar makanan. "Pagi, anak-anak Ibu. Kok cemberut?" tanya Anyelir sambil melangkah masuk. Thea yang baru keluar dari kamar langsung menyambut ibunya, sementara Anna mencoba bersikap biasa, meskipun ada kecanggungan yang tak bisa ia sembunyikan. Anyelir, dengan insting keibuannya, langsung menangkap sesua

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 88 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Suasana apartemen terasa sunyi. Bukan sunyi yang menenangkan, melainkan sunyi yang menggantung, seperti angin sebelum badai. Jaden duduk di sofa, matanya tajam menelisik kedua putrinya yang berdiri di hadapannya. Seolah ini adalah sebuah persidangan, di mana ia adalah hakim, dan kedua putrinya adalah terdakwa yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anna, yang biasanya penuh percaya diri, tampak menciut. Punggungnya sedikit membungkuk, kepalanya menunduk, tangannya saling meremas. Sementara itu, Thea duduk di sandaran sofa dengan ekspresi santai. Ia menatap ayahnya dengan mata jernih, tidak gentar sedikit pun. Mungkin karena ia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun. Tidak seperti kembarannya yang terlihat seperti tertangkap basah melakukan sesuatu yang dilarang. Jaden menghela napas panjang, lalu bersuara. Suaranya dalam, berwibawa, namun ada nada marah yang berusaha ia tahan. “Siapa laki-laki itu?” Anna menelan ludah. “Dia... Dylan Louise. Salah satu mahasiswa di ENS,” j

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 87 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Angin malam berembus pelan di Paris, membawa aroma tanah yang masih lembap setelah hujan sore tadi. Dari balik jendela apartemen, lampu-lampu kota menyala seperti kunang-kunang yang menari di antara bangunan tua nan kokoh. Anna duduk bersila di sofa, matanya berbinar, bibirnya tak henti-hentinya berceloteh tentang sesuatu yang membuatnya begitu bersemangat. Atau lebih tepatnya, seseorang. "Thea, kamu nggak ngerti! Ini takdir!" seru Anna sambil merentangkan tangannya dramatis. Thea, yang tengah bersandar dengan sebuah buku di pangkuannya, hanya mengangkat sebelah alis. "Takdir? Kamu baru ketemu dia sekali, Anna." Anna mendesah panjang. "Bukan masalah berapa kali ketemu. Tapi gimana rasanya saat pertama kali melihat dia. Dadaku langsung berdebar, kakiku melemah, dan dunia serasa berhenti berputar!" Thea menahan tawa. "Kamu yakin itu bukan karena kamu kelaparan?" Anna melempar bantal ke arah saudara kembarnya. "Aku serius! Ini yang namanya cinta pada pandangan pertama!" Thea menan

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 86 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Pagi di Paris selalu indah, dengan angin musim gugur yang berhembus lembut membawa aroma kopi dari kafe-kafe di sepanjang jalan. Anna dan Thea berjalan berdampingan menuju ENS Paris, universitas tempat mereka menimba ilmu. Di tangan masing-masing, ada setumpuk buku dan catatan, seolah menjadi perpanjangan dari diri mereka yang haus akan ilmu.“Aku masih belum terbiasa bangun pagi di sini,” keluh Thea sambil menguap, sesekali menyesap kopi dari gelas kertas yang ia bawa.Anna tertawa kecil. “Makanya, jangan begadang nonton film terus.”Thea hanya mendengus. “Bukan salahku kalau inspirasi datangnya pas malam.”Mereka akhirnya sampai di halaman kampus yang luas dan klasik. Gedung-gedung tua dengan pilar-pilar tinggi berdiri megah, membawa aura akademik yang serius namun menggoda untuk dieksplorasi. Saat mereka melewati gerbang utama, Thea menoleh ke arah Anna.“Oke, sampai sini kita berpisah. Jangan lupa makan siang,” pesan Thea.“Kamu juga,” jawab Anna sambil melambaikan tangan sebelum

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 85 (Season 2 : Anna - Thea Story)

    Hari itu, apartemen Anna dan Thea terasa lebih ramai dari biasanya. Aroma makanan yang menggugah selera memenuhi udara ketika Anye sibuk mengeluarkan berbagai bekal dari tas belanjaannya. Bhumi, adik bungsu mereka, sudah tak sabar ingin bermain, sementara Jaden—meski masih memasang wajah dingin—duduk di sofa, matanya mengamati setiap sudut ruangan dengan seksama. “Kenapa Mama bawa makanan sebanyak ini?” keluh Thea, melipat tangan di dada sambil melihat tumpukan kotak makanan di meja makan. Anye tersenyum lembut. “Kalian pasti belum terbiasa masak sendiri. Lagipula, Mama kan tahu makanan kampus itu nggak selalu enak.” Anna tertawa kecil sambil membuka salah satu kotak. “Astaga, ini ayam woku favoritku! Thanks, Ma!” Bhumi, yang sejak tadi sudah berseliweran, menarik tangan Anna dengan penuh semangat. “Kak Anna, Kak Thea, kita main game, yuk! Aku bawa console biar seru!” Thea mengacak rambut adiknya dengan gemas. “Ya ampun, Bhumi. Kamu pikir kita di rumah?” “Tapi ini juga rumah Kak

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 84 : (Season 02 : Anna - Thea Story)

    Paris pagi itu menyambut Anna dan Thea dengan matahari yang masih malu-malu. Cahaya keemasan menyelinap masuk melalui jendela besar apartemen mereka yang baru, menyorot tumpukan kardus yang belum sepenuhnya dibongkar. Aroma roti panggang yang mulai menghangus di toaster membuat Thea mengerutkan hidungnya.“Astaga, Anna, roti bakarmu gosong!” seru Thea, buru-buru mengambil roti dari toaster dan meniupinya seakan itu bisa mengembalikan kelezatannya.Anna, yang sedang sibuk berbicara di telepon, hanya melambai tanpa benar-benar mendengar peringatan adiknya. Ia bersandar di meja dapur dengan ponsel menempel di telinganya, suaranya terdengar lembut dan penuh kerinduan.“Iya, Bhumi, Kakak janji bakal sering pulang. Jangan nangis terus, ya?” katanya, senyum tersungging di wajahnya.Dari seberang, terdengar suara rengekan Bhumi yang merajuk. “Tapi rumah jadi sepi banget, Kak…”Anna terkekeh. “Ya, kan ada Mama dan Papa. Lagian, kamu juga bisa video call Kakak kapan aja.”Thea, yang sejak tadi

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 83 : (Season 02 : Anna-Thea Story)

    Suara resleting koper menggema di kamar yang selama hampir dua dekade menjadi tempat paling aman bagi Anna dan Thea. Cahaya bulan menyelinap masuk melalui jendela, membentuk siluet dua gadis yang tengah sibuk mengemasi barang-barang mereka. Rak buku yang penuh dengan novel klasik, meja rias yang selama ini menjadi saksi bisu kebersamaan mereka, semua tampak sama—hanya saja, malam ini, kamar itu terasa lebih sepi.Anna melipat sweater birunya dengan hati-hati, sementara Thea menyusun buku-bukunya ke dalam tas ransel hitam. Tak ada kata-kata yang terucap di antara mereka, hanya hembusan napas panjang dan detak jantung yang bergemuruh.Pintu kamar berderit pelan. Anyelir berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh dengan harapan yang terselubung oleh kecemasan. Ia memandang putri-putrinya, dua gadis yang dulu digendongnya saat bayi, kini berdiri di hadapannya dengan tekad yang tak bisa digoyahkan."Anna, Thea... Mama mohon, pikirkan lagi keputusan kalian," suara Anyelir terdengar lembut, sep

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 82 (Season 2 : Anna-Thea Story)

    Langit Paris pagi itu mendung, tetapi jalanan tetap hidup dengan suara langkah kaki dan deru mobil yang melintas. Di apartemen bergaya klasik di arrondissement ke-7, keluarga Jaden baru saja memulai rutinitas harian mereka. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi dapur, menyatu dengan wangi croissant dari oven Anye."Anna, Thea, ayo cepat! Papa nggak mau terlambat ngantar kalian," suara Jaden menggema dari ruang tamu. Ia berdiri di depan pintu dengan mantel panjang hitamnya. Seperti biasa, ia memegang kendali penuh atas jadwal kedua putrinya, memastikan mereka selalu tiba tepat waktu di kampus."Kami tahu, Papa," jawab Anna malas sambil menuruni tangga. "Tapi kalian harus percaya, kami bisa naik metro sendiri."Jaden menggelengkan kepala. "Tidak ada diskusi. Papa nggak mau sesuatu terjadi di luar sana. Kalian masih muda, dunia tidak seaman yang kalian pikir."Thea hanya melirik ke arah Anna dengan tatapan jengkel, tetapi keduanya tak berkata apa-apa lagi.Papanya selalu saja begitu. Men

  • Aunty Cantik untuk Daddy   Bab 81

    Di ruang interogasi yang pengap, Mina duduk dengan tangan terborgol di depan meja besi. Wajahnya yang dulu angkuh kini tampak penuh guratan penyesalan dan lelah. Namun, tatapan matanya tetap menunjukkan ketidaksukaan saat Jaden dan Anyelir masuk ke dalam ruangan.Jaden, yang mengenakan setelan sederhana, terlihat dingin dan penuh dendam. Di sampingnya, Anyelir mencoba tetap tenang meski hatinya terasa berat melihat perempuan yang telah menghancurkan keluarganya.“Mina,” Jaden membuka percakapan dengan nada rendah namun tegas. “Aku tidak akan membuang waktumu—dan waktuku. Aku hanya ingin kamu tahu, gugatanmu soal hak asuh Anna dan Thea sudah dibatalkan. Pengadilan akhirnya melihat kebenaran setelah semua yang kamu lakukan.”Mina tersenyum tipis, penuh kepahitan. “Jadi kamu di sini untuk menyombongkan kemenanganmu, Jaden? Setelah semua yang kita lalui, kamu tetap saja ingin menjatuhkanku lebih dalam.”Jaden mengepal tangannya. Rasa marah bercampur jijik membuatnya sulit berkata-kata. "K

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status