Share

BAB 45

 

Seperti sudah ditakdirkan semesta—atau mungkin tidak ada yang berani satu lift dengan Aldimas—lift yang dinaiki mereka menuju lantai 45 sangat kosong. Hanya ada mereka berdua di sana, padahal ini masih jam makan siang.

Suasana canggung menyelimuti mereka, walaupun tangan mereka masih bertautan di bawah sana. Layla hanya terus memandangi angka pada lift yang terus berganti. Sepuluh... lima belas... dua puluh satu... tiga puluh delapan... dan berhenti di lantai empat puluh lima.

Layla melirik tangannya yang masih digandeng Aldimas, lalu menatap pria itu sendiri. Tidak ada yang diucapkannya. Apa ini artinya Layla sendiri yang harus bertanya soal tangan mereka ini?

“Anu....” Namun, sebelum Layla menyelesaikan ucapannya, Aldimas sudah berhenti di depan sebuah ruangan. Dalam satu gerakan, pria itu membuka pintu tersebut.

Ini bukan kali pertama Layla masuk ke ruangan seorang pimpina

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status