# Arisan Bodong Keluarga
Bab 1 Bruugghhhh Suara pintu dibanting dengan keras, Atikah Ibunda Novia sampai berjingkat kaget. Untung saja cucunya sedang bermain di rumah tetangga. " Ada apa Vi kenapa sampai banting pintu? Ibu sampe kaget seperti ini. Bukannya tadi kamu mau ke rumah mertuamu " Atikah menegur putrinya yang datang dengan wajah di tekuk. Padahal tadi baru saja pulang bekerja, tak lama ada telepon dan pamit ke rumah mertuanya. " Maaf Bu aku lagi kesal tadi... " " Vi kamu kok pulang gak sopan setelah marah marah main pergi saja. Aku malu sama Amah " ucapan Novia terpotong, Diki suami Novia masuk tanpa mengucap salam. Bahkan dia tak mempedulikan keberadaan mertuanya yang berada di ruangan itu. " Terus Mas sopan? datang datang gak salam, negur aku dan nyalahin aku Mas? Mas tuh sebaiknya ngaca ya jangan selalu nyalahin aku. Jangan mentang mentang kita ada di lingkungan keluarga Mas, jadi bisa bersikap seenaknya " balas Novia yang masih kesal setelah terjadi perdebatan panjang di rumah mertuanya. " Eh, mmhhhh bukan gitu Vi " Diki sedikit malu ternyata Novia malah membalasnya di hadapan mertuanya. " Sudah sebaiknya kalian selesaikan saja urusan kalian di kamar. Tak baik jika nanti Key pulang bermain malah melihat kalian sedang tak akur. Itu tak baik untuk perkembangannya nanti. Bicarakan semua dengan kepala dingin " " Iya Bu " jawab Novia dan Diki serempak. Mereka langsung masuk ke kamar untuk membicarakan masalah mereka. Sebenarnya Atikah tertarik dan ingin mendengarkan apa yang mereka bincangkan. Tapi dia sadar diri, anaknya sudah dewasa dan memiliki privacy dalam rumah tangganya. Dia memilih untuk berjaga andaikan mereka ribut dan terjadi hal yang tak di inginkan. Selain itu dia ingin menjaga cucunya jika tiba tiba pulang dari bermain jangan sampai melihat atau mendengar pertengkaran orang tuanya. Di dalam kamar Novia dan Diki kembali ribut dan berbeda pendapat. " Ya gak bisa gitu dong Mas, harusnya hari Minggu kemarin aku terima uang 70 juta lebih. Sesuai dengan ketentuan aku menang arisan. Masih baik kemarin aku gak langsung nagih karena bersabar. Terus tadi Amah bilang uangnya tak ada. Maksudnya apa coba? " teriak Novia. " Bukan tak ada Vi tapi uang itu di pakai kamu sih tadi gak mau dengarin dulu penjelasan Amah. Harusnya kamu sabar dengerin penjelasan Amah jangan main emosi saja " Diki membalas ucapan Novia tak kalah sengitnya. " Penjelasan apa, aku gak butuh penjelasan. Yang aku butuh uangku kembali. Itu bukan uang sedikit Mas dan itu hasil dari keringatku. Sekarang aku tanya Mas sanggup gak ngasih uang sebanyak itu sama aku sekarang? Sekarang! " tekan Novia. Dia sudah tak peduli jika pertengkaran mereka terdengar orang lain. Muak sekali Novia ketika tadi di rumah mertuanya dia di tekan suami dan keluarganya agar menerima kenyataan jika uang arisan yang seharusnya dia dapatkan bulan ini sudah tak ada. Padahal arisan itu sudah di ikutinya sejak dua tahun lalu. Dia menyisihkan uang sebanyak 3 juta setiap bulan untuk membayar arisan dengan niat untuk tabungan atau membuka usaha. Uang 72 juta yang seharusnya di dapatnya hilang tak berbekas. Dengan entengnya Ibu mertuanya berkata jika uangnya sudah terpakai jauh jauh hari. Padahal Novia menyisihkan uang sebanyak itu dengan penuh keringat perjuangan. Dia yang bekerja sebagai admin di sebuah pabrik besar harus sering lembur agar mendapat uang lebih. Gajinya yang didapatnya tidak hanya untuk arisan tapi biaya hidup sehari hari juga membayar kontrakan. Novia tak bisa mengharapkan Diki karena Diki setiap bulannya hanya memberi uang sebesar 2 juta. Uang tersebut untuk kebutuhan sehari hari juga membayar kontrakan, listrik dan juga air PAM. " Kamu jangan gitu dong, uang darimana aku sebanyak itu? " " Itu kamu tahu Mas, banyak kan uang itu? Mas juga tahu aku mendapatkannya dengan susah payah. Dan sekarang uang itu tak ada. Siapa yang gak gondok coba? Pokoknya aku gak mau tahu balikin uang aku " Novia kembali berteriak membuat Diki kesal. " Aku bilang gak ada ya gak ada, kamu dengar gak? " " Itu yang aku mau tanyakan, gak mungkin uang itu hilang. Pasti di pakai kan? Kalau kalian pakai uang itu tanpa seizinku sama saja kalian mencuri dariku. Dengar itu MEN-CU-RI " tegas Novia. Plakkkk Sebuah tamparan melayang di pipi Novia, Diki tak terima keluarganya di sebut pencuri. Panas, itulah yang dirasakan Novia di pipinya. Mungkin sekarang pipi Novia tampak merah bekas tangan Diki. Tapi lebih panas lagi hati Novia. " Kamu berani tampar aku? " mata Novia berkaca kaca. Baru kali ini Diki menamparnya, Diki sendiri kaget dengan apa yamg dilakukannya. " Ma-maaf aku gak sengaja " ucapnya gelagapan, dia berusaha menyentuh Novia. Namun Novia mundur tak mau di sentuh Diki. " Kamu, ini terakhir kali aku minta kembalilah pada Amah dan tanyakan dimana uangku. Aku tak terima jika uang itu tak kembali meski sepeserpun. Itu hasil keringatku, jangan sampai aku berteriak menuduh kalian pencuri " Novia langsung mendorong tubuh Diki keluar kamarnya, pintu di tutup dengan keras di hadapan wajah Diki. Bruugghhhhh " Vi, Vi ayolah kamu jangan seperti anak kecil gitu " Diki menggedor pintu berkali kali. Ada perasaan menyesal sudah menampar Novia, dia benar benar khilaf. Karena yakin istrinya tak akan membuka pintu, dia memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya yang berjarak beberapa rumah. Diki kaget ketika membalikan badan mertuanya sudah ada di depannya dan menatapnya tajam. " Bu, maaf kami ada sedikit salah paham saja. Novia sedang marah jadi lebih baik saya kembali ke rumah Amah. Nanti kalau Novia sudah tenang saya akan segera kembali " papar Diki. " Setiap ada masalah sebaiknya hadapi, mungkin benar Novia seperti anak kecil karena tak mau membuka pintu ketika marah. Dengan kamu selalu kembali ke rumah orang tuamu apa itu tidak seperti anak kecil? " Deegghhh Hati Diki merasa tersentil dengan ucapan Ibu mertuanya. Tak mau berdebat Diki tetap pergi keluar menuju rumah orang tuanya. " Ikut campur saja kerjaannya, semenjak ada Ibu aku jadi gak leluasa. Novia juga jadi susah di atur, ini pasti pengaruh dari Ibunya " gumam Diki dalam hati. Novia yang berada di dalam kamar masih menangis. Bukan karena sakitnya di tampar namun sikap suaminya yang tak pernah bisa tegas dengan keluarganya. Diki yang baru keluar dari rumah cukup kaget di luar banyak tetangga yang berkumpul menatap ke arah rumahnya sambil berbisik bisik. Rupanya pertengakarannya tadi terdengar oleh tetangga sehingga mereka mencari tahu. Rumah Diki yang berada di gang kecil tentu saja berdekatan dengan tetangga lainnya. Dia menyesal seharusnya tadi bisa menahan diri untuk tidak bertengkar dengan Novia. " Ada apa, ngapain ngumpul disini? " tanya Diki dengan wajah masam memperlihatkan ketidak sukaannya pada para tetangga yang berkumpul. " Emang kenapa? makanya kalau bertengkar gak usah kenceng kenceng. Ngundang tetangga buat kepo " jawab seseibu yang berdiri di halaman rumahnya. " Ini urusan keluarga saya, awas awas. Pulang sana " karena tak mau ribut dan melawan para ibu ibu tetangga, Diki memilih segera pergi dan mengusir mereka. " Huhuuuu " tetangga yang kebanyakan kaum Ibu-ibu itu langsung menyoraki Diki.# Arisan Bodong KeluargaBab 2Setelah kejadian pertengkaran kemarin Novia tidak keluar kamar lagi. Dia menangis dan kelelahan hingga tertidur jam 4 shubuh. Untung saja sudah beberapa minggu Ibunya tinggal bersamanya karena tak ada yang mengasuh putrinya Keyla. Wanita yang sebelumnya mengasuh Keyla pulang kampung untuk menikah dan sampai saat ini Novia belum menemukan penggantinya. Ibunya bersedia mengasuh Keyla untuk sementara sampai menemukan pengganti. Terkadang Keyla di bawah ke rumah Ibunya menginap di rumahnya. Karena keyla memang belum sekolah. Ketika terbangun Novia tak melihat ada Diki di sampingnya. Karena penasaran Novia menuju ruang tamu dan ruang keluarga, Diki tetap tak ada. " Dasar anak Mama tiap ribut pulang kesana " gumamnya. Rumah Novia tidak terlalu besar hanya ada dua kamar tidur, ruang keluarga dan ruang TV serta satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah tersebut salah satu rumah kontrakan milik mertuanya. Meski begitu Novia tetap harus membayar uang sewa setia
# Arisan Bodong Keluarga Bab 3 Sampai di rumah Murni masih kesal, dia terus menyebut nama Novia dan menyebutnya sebagai menantu tak tahu diri. " Sudahlah Mah tak usah marah marah, malu sama tetangga. Mereka pasti membicarakan keluarga kita " " Ah merekanya saja yang kepo suka ikut campur urusan orang " balas Murni masih dengan wajah sangarnya. " Bapak tadi udah janjiin Novia buat datang, emang Bapak udah ada uang buat bayar?Lagian Pak gak usah di bayar itu kan pasti uang Diki " Imam menggelengkan kepalanya, seingatnya Novia selalu bilang jika arisan itu 100% uang dia. Karena uang Diki lebih banyak di berikan pada istrinya. Untuk nafkah pun Novia hanya mendapat sisa gaji Diki. " Amah hubungi dulu Robi dan Ayu, mereka kan yang pakai uang itu. Bagaimana pun uang itu akan di tuntut Novia karena itu memang haknya," " Tapi Pak..." " Sudah Mah, cepat hubungi mereka. Bapak gak mau masalah ini berlarut larut. Jangan sampai tetangga menilai kita buruk " Imam memotong ucapan istri
# Arisan Bodong Keluarga Bab 4 Sesuai permintaan Mas Diki dan Amah aku pulang buru buru. Turun di gerbang menuju jalan rumahku dengan berjalan kaki. Seharusnya sih naik ojeg tapi karena mengulur waktu sambil menunggu jawaban paman Arif aku memilih jalan kaki. Daerah rumahku termasuk jalan yang cukup ramai. Walaupun jalannya tidak terlalu besar tapi banyak kendaran roda empat yang lewat. Tepat di gerbang depan jalan masuk rumahku ada pasar tradisional yang cukup ramai. Di sinilah warung nasi kepunyaan amah dulu, padahal posisinya cukup strategis tapi sayang amah kurang ramah pada pembeli sehingga warungnya gak bertahan lama. Dan sekarang warung itu disewakannya pada orang lain menjadi warung kelontong. Aku menyusuri jalanan sambil sesekali menyapa tetangga yang berpapasan. Dan entah kenapa hatiku terasa gelisah seperti akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Ya Allah semoga semua baik baik saja. 10 menit berjalan kaki akhirnya aku sampai di rumah, sebenarnya tadi aku
# Arisan Bodong Keluarga Bab 5 Novia segera membuka pintu, karena rasanya tidak mungkin ada yang membukakan pintu untuknya layaknya seorang tamu yang ada Novia malah disambut wajah Amah yang ditekuk dan mata yang mendelik, wajah wajah datar yang lainnya. Namun yang paling mencolok adalah wajah sinis Ayu istrinya Robi. Novia merasa heran dan bertanya tanya apa dia punya masalah dengannya? padahal mereka jarang bertemu. Novia memang tidak terlalu dekat dengan Ayu ataupun keluarga Diki yang lain karena dia kurang merasa cocok bersama mereka. Sebisa mungkin Novia menghindar jika ada acara yang tidak terlalu penting. Bukannya Novia sombong tapi dia sering merasa tak nyaman saja dengan cara hidup mereka. Sering sekali mereka pamer di grup WA keluarga besar ataupun di sosmed nya. Cantika dan Ayu sering pergi shopping bareng dan berlibur bareng tapi jarang sekali Novia melihat Ibu mertuanya diajak mereka. Terakhir Novia lihat Ayu memposting ketika liburan bersama teman temannya. Sedangkan
# Arisan Bodong KeluargaBab 6 ( Kedatangan Arif )Pov NoviaPlaaakk.." Jaga ucapanmu Novia"Tiba tiba pipi kiriku terasa perih dan kebas karena ditampar. Ternyata Mas Diki yang menampar pipiku. Sakit? tentu saja sakit, tapi lebih sakit hati ini. Dia ya dia suamiku Diki Wisesa telah menamparku. Aku menatap suamiku dengan rasa tak percaya karena telah berani menamparku. Dan sekilas kulihat senyum puas dari Amah, Ayu dan Robi.Braaakk Tiba tiba pintu ada yang mendorong dengan keras, dan kulihat ada Paman Arif memandang kami dengan tatapan tajam. Kulihat semua kaget, apalagi Mas Diki dia sampai mundur dan mendekati Amah.Huhhh baru segitu saja dia udah takut dan mau bersembunyi di ketiak Ibu nya. Tapi aku sangat bersyukur dengan kedatangan Paman setidaknya aku tidak menghadapi mereka sendirian. Paman seperti penyelamat untukku dan memberi tenaga baru. " Apa maksudnya ini, kenapa Novia sampai di tampar? " Paman bertanya dengan suara lantang dan menggelegar.Mereka semua terlihat kaget
# Arisan Bodong KeluargaBab 7 ( Keputusan Arif )Pov Novia BraaakkkPaman menggebrak meja di depannya, sampai sampai semua terlonjak kaget. Ayu sampe menggeserkan posisi duduknya makin merapat pada Robi dan mereka berpegangan tangan dengan wajah pucat. Amah mengusap dadanya. Sedangkan Ayah dan Mas Diki makin menundukan wajah mereka.Aku tidak pernah melihat Paman sampai semarah itu. Jangankan mereka aku saja yang sudah lama mengenalnya juga kaget." Malu saya mendengarnya, Diki anak anda dan Novia istrinya yang otomatis menjadi anak anda juga. Tapi kenapa anda begitu perhitungan sampai sampai rumah yang mereka tempati juga harus membayar sewa tiap bulan apa itu tidak berlebihan? sementara uang gaji Diki lebih banyak diberikan pada anda " Paman berkata dengan suara keras. Kemudian Paman menarik nafasnya mungkin untuk meredakan amarahnya." Saya sudah paham sekarang bagaimana perlakuan keluarga ini pada Novia dan saya juga baru tau masalah yang Novia hadapi. Novia tidak pernah bercer
Pov DikiNamaku Diki Wisesa, anak pertama dari 4 bersaudara. Aku lahir dari keluarga sederhana dan bekerja disebuah pabrik Garment besar dikotaku. Disini posisiku lumayan, walaupun aku tidak sekolah tinggi seperti adik-adikku tapi berkat keuletan dan kemampuanku menyelesaikan pekerjaan dan menyelesaikan setiap permasalahan aku dipercaya memegang posisi Supervisor di bagian produksi.Bapakku bekerja serabutan semenjak bapak pensiunan sebagai Guru Sekolah Dasar. Uang pensiunnya tidak besar tapi lumayan lah bisa untuk makan. Sedangkan ibuku biasa dipanggil Amah hanya seorang IRT tapi berkat kepintarannya mengatur uang atau lebih tepatnya berkat kepelitannya Amah bisa membeli rumah dan memiliki kontrakan, bahkan sempat memiliki warung nasi di pasar dekat rumah kami. Dari yang kudengar Amah sangat cerewet pada pembeli, sehingga banyak pembeli yang kabur dan beralih ke warung nasi yang lain.Adik perempuanku bernama Cantika, dia sudah menikah dan memiliki 2 anak laki laki yang duduk di sek
Pov DikiSepulang kerja aku langsung ke rumah amah, dari kemarin aku gak pulang. Waktu itu pulang dan ribut dengan Novia. Karena alasan itu di pabrik aku sengaja tidak menemui Novia. Selain kesal aku malas kalau nanti dia bertanya lagi soal uang arisannya." Baru pulang mukamu udah kusut begitu kenapa Dik ? " tanya amah.Padahal tak usah bertanya pun dia sudah tau kenapa, aku diam tak menjawabnya malas untuk berdebat." Ditanya kok gak jawab malah diam saja, gak sopan kamu sama orang tua " aAmah kembali bicara dan sekarang terdengar ketus." Kenapa Amah bertanya kan sudah tau masalah apa yang sedang kuhadapi. Ini semua gara gara Amah " aku menyalahkan Amah, ya jelas aku menyalahkannya kan yang punya usul untuk memakai uang arisan itu Amah. Padahal aku sudah bilang untuk tidak memakainya.Aku sudah tau karakter Novia walaupun selama ini dia diam bukan karena dia takut, tapi karena dia berusaha bersabar dan berusaha menghargai Amah sebagai mertuanya.Bukan aku tidak tahu bagaimana perl