Share

7. Keputusan Arif

# Arisan Bodong Keluarga

Bab 7 ( Keputusan Arif )

Pov Novia

Braaakkk

Paman menggebrak meja di depannya, sampai sampai semua terlonjak kaget. Ayu sampe menggeserkan posisi duduknya makin merapat pada Robi dan mereka berpegangan tangan dengan wajah pucat. Amah mengusap dadanya. Sedangkan Ayah dan Mas Diki makin menundukan wajah mereka.

Aku tidak pernah melihat Paman sampai semarah itu. Jangankan mereka aku saja yang sudah lama mengenalnya juga kaget.

" Malu saya mendengarnya, Diki anak anda dan Novia istrinya yang otomatis menjadi anak anda juga. Tapi kenapa anda begitu perhitungan sampai sampai rumah yang mereka tempati juga harus membayar sewa tiap bulan apa itu tidak berlebihan? sementara uang gaji Diki lebih banyak diberikan pada anda " Paman berkata dengan suara keras. Kemudian Paman menarik nafasnya mungkin untuk meredakan amarahnya.

" Saya sudah paham sekarang bagaimana perlakuan keluarga ini pada Novia dan saya juga baru tau masalah yang Novia hadapi. Novia tidak pernah bercerita masalah rumah tangganya jadi saya pikir semua baik baik saja. Sebagai pengganti orang tua Novia terus terang saya sangat kecewa. Terlebih pada Diki dulu dia datang meminang Novia dengan baik baik dan berjanji akan menjaganya dan memperlakukannya dengan baik. Tapi saya lihat Diki tidak bisa memenuhi janjinya. Apalagi dengan beraninya Diki menampar Novia. Apa pantas Diki menjadi seorang pemimpin rumah tangga " Suaranya terdengar mulai pelan namun tetap tegas.

" Anda tidak berhak menilai anak saya pantas atau tidaknya menjadi kepala rumah tangga, anda saja belum berumah tangga. Apa anda merasa lebih baik dari anak saya " Amah berucap tanpa rasa malu, walaupun ketika dia berucap tidak berani memandang wajah Paman.

" Cukup Mah jangan bicara lagi, saya sebagai suami malu. kamu hanya tambah mempersulit keadaan " ujar Ayah sambil memeloti Amah, tumben Ayah berani sama Amah biasanya cuma iya iya saja.

Paman memandang Amah kemudian beralih pada Ayah " Rasanya sudah cukup saya berbicara dan tidak akan ada gunanya karena saya lihat tidak ada rasa penyesalan. Saya hanya minta penyelesaian bagaimana uang arisan itu kembali pada Novia karena Novia yang sepenuhnya berhak atas uang itu. Apalagi uang itu akan digunakan untuk membeli rumah bukan untuk biaya pernikahan saudara suaminya " selintas paman melirik Robi dan Ayu.

" Dan harusnya anda berterima kasih pada Novia karena sudah berniat membeli rumah membantu Diki mengurangi bebannya sebagai kepala keluarga karena harus menyiapkan tempat berteduh untuk anak istrinya. Bahkan kalau rumah tangga Diki masih baik baik saja kedepannya Diki pasti ikut bersama Novia dan Diki tidak perlu membayar uang sewa setiap bulannya. Saya berani menjaminnya karena Novia tidak sepicik itu " Paman berkata panjang lebar, mendengar hal itu Amah hanya mencebikkan bibirnya.

" Iya saya Paham Pak Arif, sebagai kepala keluarga di sini saya benar benar minta maaf atas kejadian ini dan kami akan berusaha untuk mengganti uang Novia yang sudah dipakai oleh Robi "

" Pak, kenapa.." Amah berucap tapi di potong Ayah " Sudah kamu diam jangan bicara lagi kalau hanya memperkeruh suasana "

Amah mendelikan wajahnya karena teguran dari Ayah.

" Baiklah silahkan Pak Imam dan keluarga berembuk, saya tunggu pertanggungjawabannya dan saya harap hasilnya tidak mengecewakan. Kasihan keponakan saya sudah berjuang sendirian untuk keinginannya membahagiakan keluarga kecilnya yang seharusnya itu tanggung jawab suaminya " Paman menjawab sambil menatap tajam pada Mas Diki. Dan yang dipandang terlihat salah tingkah.

" Satu lagi Pak Imam, saya akan membawa Novia pulang, Novia akan tinggal di rumah saya sampai masalah ini ada penyelesaian "

" Tidak bisa begitu dong Paman Novia kan istri saya, kalau dia mau pergi harus seizin saya " tiba tiba Mas Diki mengeluarkan suaranya.

" Iya, benar anda jangan seenaknya, mengambil keputusan sebelah pihak " Amah ikut membenarkan ucapan anaknya.

" Tidak perlu saya minta izin padamu Diki, apa selama disini kamu bisa menjaga Novia dengan baik. Lagipula saya tidak mau Novia mendapat tekanan selama masalah ini belum ada solusinya " jawab Paman.

" Maksud anda apa berbicara seperti itu, kenapa anda berpikir buruk pada kami? " Amah berbicara kembali.

" Ya saya sudah tidak bisa lagi menitipkan Novia disini, wajar saja saya berpikir buruk setelah tahu bagaimana perlakuan keluarga anda pada Novia. Akan lebih baik jika Novia dibawa pulang terlebih dahulu " Paman menjawab dengan tegas.

" Baiklah Pak Arif saya paham maksud Bapak, kalau sekiranya itu baik saya akan mendukungnya. Secepatnya kami akan memberi kabar pada anda atau Novia " ujar Ayah.

" Baiklah saya permisi pulang. Novia dan anak anak serta Ibu Novia akan ikut bersama saya malam ini juga. Dan 1 lagi Bu Murni, saya memang belum menikah tapi saya tahu arti tanggung jawab sebagai seorang laki laki. Sudah menikah bukanlah suatu ukuran seorang laki laki dibilang layak menjadi pemimpin keluarga. Seperti halnya orangtua, walaupun sudah berumur belum tentu bisa bersikap bijak dan adil. Assalammu Alaikum " Amah mendelikan matanya dan memalingkan mukanya, sepertinya Amah merasa tertampar dengan ucapan Paman. selepas bicara Paman langsung berdiri dan menarik tanganku. Aku pun berdiri dan juga mengucap salam " Assalammu Alaikum "

" Vi tolong jangan pergi kasihan anak anak, maafkan aku Vi aku berjanji akan berubah dan memperbaiki semuanya " Mas Diki berucap dan meraih tanganku dan kulihat matanya berkaca kaca. Kini tanganku di pegang 2 orang. Tangan kananku di tarik paman untuk pergi sedang tangan kiriku di genggam Mas Diki.

Aku memandang Mas Diki, tapi hatiku sudah kebas sekebas pipiku yang tadi ditamparnya. Lalu kuhempaskan tangannya tanpa menjawab ucapannya sambil berlalu mengikuti Pamanku.

Kami keluar rumah aAmah, dan ternyata diluar ada beberapa orang yang berkumpul. Mereka memandangku dan Paman, kulihat dari mata dan bahasa tubuh mereka seakan bertanya 'ada apa?'

Ah mereka seperti itu aku yakin bukan karena peduli, tapi lebih ke ingin tahu dan akan dijadikan bahan ghibah saja. Dasar tetangga ya beginilah kalau kita hidup di gang hal kecil saja orang pasti tahu. Walau gak semua orang kepo seperti itu sih. Tapi aku tak peduli, aku dan Oaman menerobos kumpulan mereka tak lupa mengucapkan permisi.

Sesampainya di rumahku, Ibu langsung menyambutku dan memberondong dengan pertanyaan " bagaiman Rif hasilnya, syukurlah kamu buru buru datang. Tadi Mbak khawatir kalau Novia harus melawan mereka sendirian "

" Sudah Mbak semua sudah beres, Mbak jangan khawatir lagi. Semua baik baik saja, sekarang Mbak beresin baju Mbak dan bantu Novia untuk beresin baju Keyla " jawab Paman.

" Loh kok kita beres beres baju, emang ada apa ini? " Ibu kembali bertanya.

" Sudah sudah nanti kita ngobrol lagi kita ke rumah mak haji malam ini, sementara kita tinggal disana ya. Sudah ayo siap siap, biar kita pesan mobil online untuk kesana " kulihat Paman membuka hp nya mungkin akan memesan mobil online untuk ke rumah mak haji. Mak haji adalah panggilan dari cucu cucu dan cicitnya untuk nenek dari ibuku.

Aku segera mengemas bajuku, tak lupa aku ambil surat surat penting seperti ijazah, kk, buku nikah, buku tabungan dan bpkb motor yang motornya dipakai Mas Diki. BPKB itu aku ambil karena motor itu aku yang mengkreditnya ketika Keyla baru lahir. Waktu itu aku berniat ingin kerja dengan membawa motor sendiri.

Tapi aku salah ambil keputusan ternyata setelah membeli motor, atas desakan Amah motor Mas Diki malah diambil Amah dengan alasan untuk dipakai Robi sebab sayang di rumahku ada 2 motor sedangkan Robi belum memiliki motor. Aku mengiyakan karena tak bisa menolaknya, sebab setiap ketemu pasti membahas motor kapan diberikan pada Robi. Terlihat terbalik seperti kita yang meminjam motor pada Robi.

Selagi membereskan baju samar samar aku mendengar Paman berbicara dengan Mas Diki " paman izinkan saya berbicara dengan Novia sebentar saja. Saya ingin meminta maaf "

" Sudahlah Diki jangan membuat saya emosi lebih baik kamu pulang ke rumah Ibumu, bukannya seperti itu kebiasaan kamu?.

Jangan menghalangi kami, ini sudah malam kasihan Keyla di perjalanan " lanjut Paman. Mas Diki pun terdiam.

" Ayo Paman aku sudah siap " aku keluar dari kamar, ternyata Ibu pun sudah siap sambil menuntun Keyla.

" Bu kita mau kemana, Keyla ngantuk " Keyla bertanya padaku dengan mata yang tampak sayu.

" kita ke rumah Mak haji ya sayang, Mak haji kangen ingin bertemu Keyla " tapi Paman yang menjawab pertanyaan Keyla.

Mas Diki memeluk Keyla dan mencium keningnya " Ayah sayang Keyla, disana jangan nakal ya. Nanti ayah jemput Keyla kesana " Keyla pun mengangguk lalu mencium tangan ayahnya.

Kami segera keluar dari rumah dan menuruni tangga sedang Mas Diki masih di dalam. Di bawah kulihat ada Bu Siti yang menungguku. Aku pun memeluknya, Bu Siti mengelus punggungku seraya berkata agar aku kuat dan sabar. Bu Siti pun bersalaman dengan Paman dan Ibuku. Kami segera berpamitan karena mobil yang kami pesan sudah menunggu di depan gang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status