Rian yang penasaran akhirnya memasuki coffeshop itu untuk menghampiri kakaknya.
“Kak!” panggil Rian sambil berjalan menuju meja tempat kakaknya berada.
Ekpresi kaget tergambar di wajah Alvin begitu melihat adiknya yang tiba-tiba berada disini. Alvin menelan ludahnya lalu berkata, “Rian, lu kok ada disini? Bukannya habis kerja lu langsung pulang ke rumah?”
“Ya, tadi gua lewat sini terus gak sengaja lihat lu ada di dalam coffeshop ini.” Rian lalu melirik ke arah wanita yang sedang duduk di depan kakaknya. “Ini pacar lu kak?”
Raut kepanikan semakin terlihat jelas di wajah Alvin ketika adiknya menanyakan itu. Wanita itu memang kekasihnya, jadi dia takut jika Rian tahu dan melaporkan ke ayahnya.
“Yaelah, santai aja kali! Kalau ini memang pacar lu, gua gak bakal laporin ke ayah kok!”
Rian memaklumi itu karena ia tahu kakaknya adalah pribadi yang keras kepala, berbeda dengan dirinya yang mempunyai sifat penurut. Alvin akan tetap mengejar keinginannya meskipun hal yang buruk menjadi taruhannya. Pada dasarnya Rian juga tidak tega jika harus melihat Alvin dimarahi lagi oleh ayahnya seperti tempo hari.
“Huftt!”
Alvin menghembuskan napasnya panjang, ia benar- benar merasa lega sekarang.
“Betul, cewek ini memang pacar gua!” Alvin mengakuinya. “Gua gak bisa terus ngikutin perintah ayah, bagaimanapun gua punya dunia gua sendiri yang harus dijalanin, gua juga berhak dapat kebahagian yang gua mau!”
Rian memahami apa yang dikatakan kakaknya, karena dia juga merasakan hal yang sama pada dirinya sendiri.
Pacar Alvin yang dari tadi mendengarkan percakapan kakak beradik itu, hanya terdiam di tempat duduknya, ia juga baru tahu jika selama ini Alvin telah dilarang ayahnya untuk berpacaran.
“Ya, by the way gua sekarang juga lagi suka sama seorang cewek, gimana menurut lu?”
Rian mau tak mau akhirnya mengatakan hal itu pada Alvin, dia ingin mendengarkan pendapat dari kakaknya tentang hal ini.
“Hah, serius lu? Gua seneng banget. Kalau gitu lu harus terus berjuang buat dapat kebahagian lu sendiri, lu gak sendiri dan gua pasti selalu dukung lu! Satu lagi, perasaan seseorang gak bisa diatur oleh siapa pun.” Alvin mendapati dirinya merasa bahagia setelah mengetahui jika adiknya mulai berani untuk mencintai seseorang wanita.
Sejak kecil memang Alvin selalu menjadi figur kakak yang baik bagi Rian, dia akan melakukan apapun untuk kebaikan adiknya. Apa lagi selama ini mereka mempunyai keresahan yang sama sebagai seorang anak.
Adapun Rian merasa tercerahkan setelah mendengar perkataan kakaknya, tidak ada lagi alasan takut bagi dirinya untuk memperjuangkan kebahagiaannya.
Perasaan seseorang hanya bisa diatur oleh Tuhannya, tugas manusia hanyalah merasakan bukan ikut mengaturnya.
Setelah berbincang lama, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke rumah karena hari sudah mulai larut malam.
*********
Atas kesepakatan imbalan yang diberikan oleh Citra, seharusnya keesokan paginya Rian datang ke Harvest Bakery untuk menikmati hidangan roti gratis. Tapi sayangnya hari ini Rian bangun terlalu siang, jadi ia terpaksa harus segera ke bengkel untuk bekerja.
Sementara itu di Harvest Bakery, Citra sudah menunggu kedatangan Rian sejak pagi-pagi sekali, ia berpikir jika Rian akan datang pagi ini ke toko rotinya. Namun setelah lama menanti, pria itu tak kunjung datang untuk menampakkan batang hidungnya.
Kenapa dia gak datang? Apa dia gak mau nerima imbalan yang aku berikan?
Citra bertanya-tanya di dalam hatinya, ia merasa sedikit gelisah sekaligus kecewa.
Setelah kemarin Rian membantunya, sekarang Citra mempunyai pandangan yang positif terhadap pria itu, Citra berasumsi jika Rian adalah pria yang baik dan tulus. Tidak heran jika ia begitu mengharapkan kehadiran Rian ke toko rotinya.
Rian yang tengah berada di bengkel, kini sedang asik bercengkrama dengan Dodit sambil mengotak-atik mesin mobil yang bermasalah. Rian menceritakan semuanya tentang Citra dan kejadian yang telah ia alami kemarin pada Dodit.
“Jadi gua harus mulai gimana nih?”
Rian menunjukkan sikap ingin tahu saat bertanya pada Dodit, ia menanyakan bagaimana seseorang pria yang ingin memulai hubungan percintaan dengan seseorang wanita.
Lebih-lebih lagi Rian tahu betul jika Dodit adalah orang yang telah banyak makan asam garam dalam kehidupan percintaan, tepat rasanya ia menanyakan hal itu kepada Dodit.
Tentu saja dengan sukarela Dodit akan memberitahukan semuanya kepada Rian, apalagi selama ini dia telah berharap agar temannya tersebut bisa memiliki seorang pacar.
“Jadi yang pertama adalah komunikasi, salah satu kunci agar dapat menarik hati wanita adalah berkomunikasi dengan baik dan terbuka, sehingga si wanita bisa merasakan jika dirinya diperhatikan. Terlebih, jika obrolan yang dihasilkan terasa asik dan menyenangkan bagi si wanita!” jelas Dodit. “Kalau gua boleh saran, lu harus bisa minta nomor W******p Citra buat sekedar chating atau sering ketemu aja sama dia buat ngobrol-ngobrol!”
Dodit berusaha menjelaskannya serinci mungkin berharap agar Rian paham, karena ia tahu ini adalah kali pertama Rian ingin mendekati seorang wanita untuk dijadikan pacar.
“Bentar nih, masalahnya si doi udah punya pacar atau belum?” tanya Rian yang sebenarnya belum mengetahui hal tersebut.
Dodit tergelak kecil lalu menjawab, “Tenang aja bro! Setahu gua Citra belum punya pacar, selama ini hidupnya cuma fokus buat ngurus toko rotinya.”
“Oke lanjut, terus apa lagi yang harus gua lakuin?” Rian masih serius ingin mengetahui cara mendapatkan hati wanita.
Namun sebelum Dodit bisa mengeluarkan sepatah kata apapun untuk menjawabnya, tiba-tiba ada sepasang pria dan wanita berjalan menuju ke arah pelataran bengkel. Pria itu terlihat sedang mendorong motor vespa yang sepertinya mogok, diikuti gadis di belakangnya yang terus menampilkan ekspresi cemberut di wajahnya.
“Sudah beberapa kali kita seperti ini, seharusnya kamu itu bisa beli mobil buat kita jalan pacaran!”
Gadis itu menggerutu sambil memukul-mukul jok motor, kini raut mukanya semakin terlihat merah. Sedangkan si pria tidak bergeming sedikitpun, dia hanya memajang wajah putus asa sambil terus mendorong motornya yang mogok.
“Kalau besok masih begini, lebih baik kita putus aja deh! Aku malu jadi pacar kamu!” lanjut gadis itu mencibir kekasihnya.
“Kamu harusnya bisa ngertiin aku dong! Kalau mungkin bukan karena keadaan, aku juga gak mau begini!” Si pria yang dari tadi hanya terdiam, kini mulai angkat bicara.
Seperti halnya kebanyakan wanita, tentu saja seseorang wanita tidak mau mengalah begitu saja. “Kamu yang seharusnya bisa ngertiin aku! Selama ini aku udah berusaha sabar, tapi kamu tetap seperti ini!” cecar sang gadis.
Dengan amarah yang sudah memuncak, gadis itu tidak bisa menahannya lagi, ia lalu membanting helmnya dan langsung pergi keluar dari bengkel meninggalkan sang kekasih begitu saja.
Rian yang telah memahami permasalahan sepasang kekasih itu, kemudian berbisik lirih kepada Dodit, “Dit, gimana menurut lu? Semua cewek memang begitu ya?”
“Enggak lah, dia cuma cewek yang gak tahu diri!”
Dodit langsung buru-buru menjawab sambil menunjuk samar ke arah gadis itu berjalan, ia tidak mau Rian mempunyai pemikiran seperti itu kepada semua wanita. Dodit khawatir jika Rian akan mengurungkan niatnya untuk memulai hubungan berpacaran karena hal sepele seperti itu.
Rian mengangguk percaya, dia tidak mau memperdulikan masalah kedua sejoli itu lagi dan lanjut menggarap pekerjaannya.
Hari sudah sore saat Rian telah menyelesaikan semua pekerjaannya di bengkel. Berhubung tadi pagi Rian tidak bisa pergi ke Harvest Bakery, maka sore ini ia akan pergi kesana untuk memenuhi imbalan yang diberikan Citra.
Rian yang telah memasuki Harvest Bakery, langsung berkeliling untuk mencari keberadaan Citra. Namun alhasil nihil, Rian tidak menemukan sosok gadis itu ada di dalam toko roti.
Rian menyesal karena tadi pagi tidak bisa kesini. Ia juga berpikir pasti Citra sangat kecewa dengannya.
Kemudian salah satu gadis pelayan yang sedari tadi memperhatikan Rian seperti orang kebingungan, mau tak mau langsung menghampirinya. “Maaf Mas, ada yang bisa saya bantu?”
“Iya, saya kesini mencari Citra, saya punya janji sama dia,” jawab Rian.
“Oh maaf Mas, tapi teh Citra baru setengah jam yang lalu pergi dari toko ini, dia pulang lebih awal karena merasa badannya capai,” jelas gadis pelayan itu. “Ngomong-ngomong, apakah Mas ini temannya teh Citra?”
Gadis pelayan yang juga merupakan saudara Citra tidak pernah melihat Rian sebelumnya, jadi ia tidak tahu jika pria ini adalah teman dari saudara perempuannya.
“Betul, saya baru kenal sama Citra kemarin dan dia menyuruh saya kesini hari ini, tapi sayangnya dia gak ada disini.” Rian menundukkan kepalanya merasa patah semangat.
“Gini aja, mungkin Mas bisa kesini besok!” saran gadis pelayan itu.
Rian terdiam sejenak lalu berkata, “Ok, tapi sebelum saya pergi, boleh saya minta nomor telepon Citra?” Rian yang hari ini telah mengingkari janjinya dengan Citra, berniat menghubungi gadis itu untuk meminta maaf.
Gadis pelayan itu memegangi dagunya seolah-olah sedang berpikir.
“Tapi, saya enggak....”
Belum sempat gadis pelayan itu menuntaskan kalimatnya, tiba-tiba pintu toko terbuka...
Ternyata orang yang baru saja memasuki toko adalah Citra. “Citra!” Rian dengan cepat langsung memanggilnya, gadis cantik itu tampak lesu dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan. Mengetahui Rian ternyata telah berada di dalam toko, Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di wajahnya, memaksakan senyum saat melihat Rian. “Aku kira kamu gak bakal datang Rian,” ucapnya. “Maafin aku ya! Aku gak datang pagi tadi karena bangun kesiangan.” Rian menggelengkan kepalanya menunjukkan rasa bersalah. “Tebakanku meleset, kukira kamu memang gak mau datang kesini.” Citra tersenyum kecut lalu melanjutkan, “Lupain aja, sekarang kita makan roti dulu!” “Enggak usah, aku kesini lagi besok pagi aja. Kamu kayaknya kelihatan capai, jadi lebih baik kamu pulang aja!” Rian buru-buru menjawabnya, ia merasa tidak tega melihat keadaan Citra. Tanpa menghiraukan perkataan Rian, Citra lalu merubah pandangannya ke arah gadis pelayan yang merupakan sauda
“Hei, Rian!” panggil Dodit setelah melihat Rian memasuki bengkel.Rian yang mendengar Dodit memanggilnya, langsung buru-buru menghampirinya. “Gua baru aja dari Harvest Bakery dan gua juga udah dapat nomor handpone Citra, mantap gak?”“Wah gila sih! Gua gak ngira lu bakal dapat secepat itu, bahkan lebih cepat dari cowok yang baru dapat kabar kalau ceweknya lagi sendirian di rumah,” kata Dodit dengan diksi lucunya.“Ya, tapi kayaknya lebih cepat dari pemerintah kita yang mengatasi pandemi pada waktu itu deh,” balas Rian. “Terus, apalagi yang harus gua lakuin?”Dodit menyalakan sebatang rokoknya sebelum kemudian menjelaskan. “Langkah selanjutnya ente harus bisa ngajak Citra hangout, entah ke pantai atau tempat wisata lainnya. Karena dengan mengajaknya berlibur, wanita itu akan menganggap lu orang yang bisa membuatnya bahagia.”“Kira-kira gua harus ngajak Citra kemana ya?&rdq
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya mereka selesai berbelanja semua bahan-bahan roti. Tidak ingin terlalu malam untuk sampai ke rumah masing-masing, mereka pun langsung mengendarai mobil berjalan menuju arah pulang.“Pertanyaan aku tadi belum kamu jawab loh!” Rian masih menyimpan rasa penasaran dengan semua kejadian tadi.Citra menghela napasnya sebelum kemudian menjelaskan. “Baik! Pertama aku minta maaf karena tadi aku terpaksa harus menganggap kamu sebagai pacarku, dengan tujuan supaya Radit gak gangguin aku lagi!”“Radit? Memang dia kenapa?” potong Rian.“Iya, Radit itu mantan pacar aku! Satu bulan yang lalu aku mutusin dia secara sepihak karena aku udah gak tahan lagi sama sifat mesum dia. Selama kita pacaran Radit selalu maksa aku buat having sex sama dia, tapi untungnya hal itu belum pernah terjadi karena selalu aku tolak!” jelas Citra, kedua matanya sudah berkaca-kaca bersiap men
“Ngaco lu! Yok ah mending berangkat, hari udah makin siang nih!” Dodit langsung menyalakan motornya, ia tidak bisa mengulur waktu lagi melihat panas matahari yang sudah semakin terik. Pun dengan Bukit Cukul yang makin siang makin ramai oleh pengunjung. Kemudian Rian sekilas melirik ke arah mobil Citra yang terparkir. “Citra, kita naik motor aja gak apa-apa kan?” tanya Rian. “Nanti mobil kamu dimasukkin ke dalam bengkel aja!” Dodit menimpali, “Betul, mobil kamu aman kok ditaruh dalam bengkel!” Citra mengangguk sembari tersenyum lebar. “Gak masalah kok, kayaknya asik juga naik motor sambil liat pemandangan di sepanjang jalan!” Mendengarnya membuat Rian merasa sedikit lega, setelah sebelumnya ia berpikir jika Citra yang berpenampilan modis dan feminin lebih memilih menaiki mobil ketimbang motor dengan panas dan debu jalanan yang pastinya tak terhindarkan. Mereka berempat pun berangkat menuju Bukit Cukul dengan dua motor berbonceng
Sudah dua puluh tahun dalam hidupnya, Rian tidak pernah sekalipun menjalin hubungan percintaan dengan seorang wanita. Rian tidak bisa merasakan kebahagian seperti apa yang dirasakan anak-anak muda pada umumnya, yaitu mempunyai seorang pacar.Apakah ini sesuatu hal yang wajar bagi anak muda seusiaku?Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otaknya selama ini.Duduk di pinggiran alun-alun sendirian, Rian disuguhkan pemandangan di sekeliling alun-alun yang ramai dengan beberapa pasangan pria dan wanita yang sedang berpacaran. Mereka terlihat asik bercengkrama dan tertawa satu sama lain sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam.Rian hanya bisa melamun dengan tatapan kosong di matanya. Hanya rasa iri yang menggambarkan isi hatinya saat itu.“Hei, Rian!”Lamunan Rian terbuyar ketika mendengar suara seorang pria yang memanggil namanya. Rian lalu menoleh, matanya menyipit saat menemukan sumber s
“Alvin, sudah beberapa kali aku mengingatkanmu untuk jangan sekali-sekali berani berpacaran, tapi kenapa kamu masih melanggarnya?” teriak Ayah Rian sambil memukulkan sebilah rotan kepada kakaknya sampai terjatuh ke tanah.Alvin sendiri merupakan nama dari kakak laki-laki Rian tersebut.“Ma−maafkan aku Ayah!” Alvin menangis sesenggukan menahan rasa sakit yang dirasakan.“Mulut ayah sampai berbusa mengingatkan kamu, tapi kamu...”Plas!Tidak peduli seberapa banyak Alvin memohon, sang ayah tanpa ampun terus melayangkan rotannya untuk memukuli Alvin.Rian hanya bisa menahan napas, dia tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun melihat ayahnya seperti orang yang kesetanan.“Cukup, Ayah!”Tiba-tiba Ibu Rian keluar dari dalam rumah langsung menghentikan tindakan suaminya yang semakin brutal. Sebagai seorang ibu, tentunya tidak akan tega melih
Dani!Dani adalah teman Rian di desanya. Meskipun mereka berteman, tapi hubungan mereka berdua tidak baik. Dani yang mempunyai sifat arogan dan sombong, membuat Rian tidak menyukainya. Banyaknya pertikaian di antara keduanya pada masa lalu, membuat mereka menyimpan dendamnya masing-masing hingga saat ini.“Duh! Kasihan banget sih kemana-mana cuma sendirian, telur bawah lu aja berdua,” ejek Dani. “Belum dibolehin pacaran sama papah mamah atau memang gak ada cewek yang mau sama lu?” lanjutnya.Tidak tertarik menanggapi hinaan Dani, Rian lalu lanjut menyantap makanannya yang hampir habis.“Atau memang udah takdirnya sampai tua lu gak bakal punya pasangan.” Dani semakin bersemangat menghina Rian.Haaarggh! Hanya bersendawa sebagai tanggapan, Ri
“Ayo kesana!”Suara Dodit membuyarkan pandangan Rian terhadap gadis cantik itu, kini tangannya telah ditarik oleh Dodit yang berjalan menuju meja di pojok ruangan.Di meja itu sudah ada seorang gadis yang nampak berusia sekitar Sembilan belas tahun sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Rian, ini orangnya yang mau gua kenalin sama lu, namanya Adila. Dan Adila, ini Rian, orang yang waktu itu aku ceritain sama kamu.” Kata Dodit memperkenalkan mereka berdua.Adila dengan wajah manisnya tersenyum lalu berkata, “Ya, aku Adila. Senang ketemu sama kamu Rian!”Dari caranya berbicara, Rian berasumsi bahwa Adila adalah gadis yang ramah dan sopan. Wajah polosnya memancarkan aura yang positif dari dirinya.“Senang juga ketemu sama kamu Adila,” balas Rian tersenyum lebar menghargai keramahan Adila.Pertemuan mereka berdua telah direncanakan semua oleh Dodit. Tujuan utamanya bukan hanya sekedar ber
“Ngaco lu! Yok ah mending berangkat, hari udah makin siang nih!” Dodit langsung menyalakan motornya, ia tidak bisa mengulur waktu lagi melihat panas matahari yang sudah semakin terik. Pun dengan Bukit Cukul yang makin siang makin ramai oleh pengunjung. Kemudian Rian sekilas melirik ke arah mobil Citra yang terparkir. “Citra, kita naik motor aja gak apa-apa kan?” tanya Rian. “Nanti mobil kamu dimasukkin ke dalam bengkel aja!” Dodit menimpali, “Betul, mobil kamu aman kok ditaruh dalam bengkel!” Citra mengangguk sembari tersenyum lebar. “Gak masalah kok, kayaknya asik juga naik motor sambil liat pemandangan di sepanjang jalan!” Mendengarnya membuat Rian merasa sedikit lega, setelah sebelumnya ia berpikir jika Citra yang berpenampilan modis dan feminin lebih memilih menaiki mobil ketimbang motor dengan panas dan debu jalanan yang pastinya tak terhindarkan. Mereka berempat pun berangkat menuju Bukit Cukul dengan dua motor berbonceng
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya mereka selesai berbelanja semua bahan-bahan roti. Tidak ingin terlalu malam untuk sampai ke rumah masing-masing, mereka pun langsung mengendarai mobil berjalan menuju arah pulang.“Pertanyaan aku tadi belum kamu jawab loh!” Rian masih menyimpan rasa penasaran dengan semua kejadian tadi.Citra menghela napasnya sebelum kemudian menjelaskan. “Baik! Pertama aku minta maaf karena tadi aku terpaksa harus menganggap kamu sebagai pacarku, dengan tujuan supaya Radit gak gangguin aku lagi!”“Radit? Memang dia kenapa?” potong Rian.“Iya, Radit itu mantan pacar aku! Satu bulan yang lalu aku mutusin dia secara sepihak karena aku udah gak tahan lagi sama sifat mesum dia. Selama kita pacaran Radit selalu maksa aku buat having sex sama dia, tapi untungnya hal itu belum pernah terjadi karena selalu aku tolak!” jelas Citra, kedua matanya sudah berkaca-kaca bersiap men
“Hei, Rian!” panggil Dodit setelah melihat Rian memasuki bengkel.Rian yang mendengar Dodit memanggilnya, langsung buru-buru menghampirinya. “Gua baru aja dari Harvest Bakery dan gua juga udah dapat nomor handpone Citra, mantap gak?”“Wah gila sih! Gua gak ngira lu bakal dapat secepat itu, bahkan lebih cepat dari cowok yang baru dapat kabar kalau ceweknya lagi sendirian di rumah,” kata Dodit dengan diksi lucunya.“Ya, tapi kayaknya lebih cepat dari pemerintah kita yang mengatasi pandemi pada waktu itu deh,” balas Rian. “Terus, apalagi yang harus gua lakuin?”Dodit menyalakan sebatang rokoknya sebelum kemudian menjelaskan. “Langkah selanjutnya ente harus bisa ngajak Citra hangout, entah ke pantai atau tempat wisata lainnya. Karena dengan mengajaknya berlibur, wanita itu akan menganggap lu orang yang bisa membuatnya bahagia.”“Kira-kira gua harus ngajak Citra kemana ya?&rdq
Ternyata orang yang baru saja memasuki toko adalah Citra. “Citra!” Rian dengan cepat langsung memanggilnya, gadis cantik itu tampak lesu dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan. Mengetahui Rian ternyata telah berada di dalam toko, Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di wajahnya, memaksakan senyum saat melihat Rian. “Aku kira kamu gak bakal datang Rian,” ucapnya. “Maafin aku ya! Aku gak datang pagi tadi karena bangun kesiangan.” Rian menggelengkan kepalanya menunjukkan rasa bersalah. “Tebakanku meleset, kukira kamu memang gak mau datang kesini.” Citra tersenyum kecut lalu melanjutkan, “Lupain aja, sekarang kita makan roti dulu!” “Enggak usah, aku kesini lagi besok pagi aja. Kamu kayaknya kelihatan capai, jadi lebih baik kamu pulang aja!” Rian buru-buru menjawabnya, ia merasa tidak tega melihat keadaan Citra. Tanpa menghiraukan perkataan Rian, Citra lalu merubah pandangannya ke arah gadis pelayan yang merupakan sauda
Rian yang penasaran akhirnya memasuki coffeshop itu untuk menghampiri kakaknya. “Kak!” panggil Rian sambil berjalan menuju meja tempat kakaknya berada. Ekpresi kaget tergambar di wajah Alvin begitu melihat adiknya yang tiba-tiba berada disini. Alvin menelan ludahnya lalu berkata, “Rian, lu kok ada disini? Bukannya habis kerja lu langsung pulang ke rumah?” “Ya, tadi gua lewat sini terus gak sengaja lihat lu ada di dalam coffeshop ini.” Rian lalu melirik ke arah wanita yang sedang duduk di depan kakaknya. “Ini pacar lu kak?” Raut kepanikan semakin terlihat jelas di wajah Alvin ketika adiknya menanyakan itu. Wanita itu memang kekasihnya, jadi dia takut jika Rian tahu dan melaporkan ke ayahnya. “Yaelah, santai aja kali! Kalau ini memang pacar lu, gua gak bakal laporin ke ayah kok!” Rian memaklumi itu karena ia tahu kakaknya adalah pribadi yang keras kepala, berbeda dengan dirinya yang mempunyai sifat penurut. Alvin akan tetap mengejar kein
Menoleh untuk mencari tahu pemilik suara itu, tubuh Rian langsung terguncang hebat saat kedua bola matanya melihat jelas wanita itu.Wanita itu tidak lain adalah Citra.Rian bisa merasakan jantungnya berdegup kencang.Paras Citra yang cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang terayun, ditambah badannya yang langsing dibalut kaos ketat, benar-benar membuat Rian terpana. Rian hanya bisa mematung memandangi keindahan itu.Sampai akhirnya Citra melambaikan tangannya untuk membuyarkan tatapan Rian.Rian yang akhirnya tersadar lalu dengan gugup menjawab, “iya, saya… saya mau beli roti!”“Maafin saya Mas! Karena tadi mobil saya tiba-tiba mogok di pertigaan jalan dekat jembatan, jadi saya harus ninggalin mobil dan jalan kaki kesini. Itu sebabnya toko roti ini terlambat buka.”Citra menjelaskan situasinya sambil kedua telapak tangannya menyatu sebagai isyarat meminta maaf.Rian mengangguk pelan ser
“Ayo kesana!”Suara Dodit membuyarkan pandangan Rian terhadap gadis cantik itu, kini tangannya telah ditarik oleh Dodit yang berjalan menuju meja di pojok ruangan.Di meja itu sudah ada seorang gadis yang nampak berusia sekitar Sembilan belas tahun sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Rian, ini orangnya yang mau gua kenalin sama lu, namanya Adila. Dan Adila, ini Rian, orang yang waktu itu aku ceritain sama kamu.” Kata Dodit memperkenalkan mereka berdua.Adila dengan wajah manisnya tersenyum lalu berkata, “Ya, aku Adila. Senang ketemu sama kamu Rian!”Dari caranya berbicara, Rian berasumsi bahwa Adila adalah gadis yang ramah dan sopan. Wajah polosnya memancarkan aura yang positif dari dirinya.“Senang juga ketemu sama kamu Adila,” balas Rian tersenyum lebar menghargai keramahan Adila.Pertemuan mereka berdua telah direncanakan semua oleh Dodit. Tujuan utamanya bukan hanya sekedar ber
Dani!Dani adalah teman Rian di desanya. Meskipun mereka berteman, tapi hubungan mereka berdua tidak baik. Dani yang mempunyai sifat arogan dan sombong, membuat Rian tidak menyukainya. Banyaknya pertikaian di antara keduanya pada masa lalu, membuat mereka menyimpan dendamnya masing-masing hingga saat ini.“Duh! Kasihan banget sih kemana-mana cuma sendirian, telur bawah lu aja berdua,” ejek Dani. “Belum dibolehin pacaran sama papah mamah atau memang gak ada cewek yang mau sama lu?” lanjutnya.Tidak tertarik menanggapi hinaan Dani, Rian lalu lanjut menyantap makanannya yang hampir habis.“Atau memang udah takdirnya sampai tua lu gak bakal punya pasangan.” Dani semakin bersemangat menghina Rian.Haaarggh! Hanya bersendawa sebagai tanggapan, Ri
“Alvin, sudah beberapa kali aku mengingatkanmu untuk jangan sekali-sekali berani berpacaran, tapi kenapa kamu masih melanggarnya?” teriak Ayah Rian sambil memukulkan sebilah rotan kepada kakaknya sampai terjatuh ke tanah.Alvin sendiri merupakan nama dari kakak laki-laki Rian tersebut.“Ma−maafkan aku Ayah!” Alvin menangis sesenggukan menahan rasa sakit yang dirasakan.“Mulut ayah sampai berbusa mengingatkan kamu, tapi kamu...”Plas!Tidak peduli seberapa banyak Alvin memohon, sang ayah tanpa ampun terus melayangkan rotannya untuk memukuli Alvin.Rian hanya bisa menahan napas, dia tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun melihat ayahnya seperti orang yang kesetanan.“Cukup, Ayah!”Tiba-tiba Ibu Rian keluar dari dalam rumah langsung menghentikan tindakan suaminya yang semakin brutal. Sebagai seorang ibu, tentunya tidak akan tega melih