Share

BAB 7

Penulis: Raihan Azhar
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-27 22:46:39

Ternyata orang yang baru saja memasuki toko adalah Citra.

“Citra!” Rian dengan cepat langsung memanggilnya, gadis cantik itu tampak lesu dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan.

Mengetahui Rian ternyata telah berada di dalam toko, Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di wajahnya, memaksakan senyum saat melihat Rian. “Aku kira kamu gak bakal datang Rian,” ucapnya.

“Maafin aku ya! Aku gak datang pagi tadi karena bangun kesiangan.” Rian menggelengkan kepalanya menunjukkan rasa bersalah.

“Tebakanku meleset, kukira kamu memang gak mau datang kesini.” Citra tersenyum kecut lalu melanjutkan, “Lupain aja, sekarang kita makan roti dulu!”

“Enggak usah, aku kesini lagi besok pagi aja. Kamu kayaknya kelihatan capai, jadi lebih baik kamu pulang aja!” Rian buru-buru menjawabnya, ia merasa tidak tega melihat keadaan Citra.

Tanpa menghiraukan perkataan Rian, Citra lalu merubah pandangannya ke arah gadis pelayan yang merupakan saudaranya itu dan berkata, “Dik, tolong siapin roti dan teh hangat buat aku sama Rian!”

Mengangguk paham, gadis pelayan itu langsung menuju dapur untuk menyiapkannya.

Rian dan Citra kemudian menuju ke salah satu meja untuk menunggu hidangan roti disajikan.

“Kamu hari ini ngapain aja, kok kayaknya capai banget?” Rian membuka obrolan dengan bertanya.

Citra hanya menggelengkan kepala sambil mengerucutkan bibirnya, membuatnya terlihat semakin imut dan menggemaskan.

“Udah sih, jangan pernah membohongi diri sendiri. Karena membohongi dirimu sudah jadi tugas orang lain!”

Rian yang jenaka, sengaja melemparkan candaannya dengan niat menghibur Citra yang masih terlihat lejar.

Citra sontak menutup mulutnya dengan tangan mencoba mengurangi bunyi suara ketawanya yang nyaring. Kini Citra perlahan sudah mulai menampakkan ekspresi sumringah di wajahnya.

Hidangan roti dan teh hangat mereka akhirnya tiba, keduanya langsung menikmatinya sambil lanjut mengobrol.

Rian yang telah menghabiskan rotinya terlebih dulu kemudian mengusap tisu di mulutnya sebelum kemudian berucap, “Oh iya, boleh aku minta nomor ponselmu?”

Rian masih mengingat perkataan Dodit tadi siang tentang komunikasi sebelum memulai hubungan percintaan dengan wanita. Oleh karena itu, Rian memberanikan dirinya untuk meminta nomor telepon Citra secara langsung.

Citra hanya berdehem dengan posisi tangan menopang di dagunya.

“Bukan apa-apa sih! Aku cuma khawatir nanti kamu capai mikirin aku kalau aku gak datang kesini tanpa pemberitahuan,” lanjut Rian mengeluarkan gombalannya.

“Apa kamu bilang?” Citra memukul cukup keras bahu Rian. Namun dibalik rasa kesal yang dia tunjukkan, Citra terus menahan senyum di balik bibirnya. Citra mendapati dirinya tersipu mendengar ucapan Rian barusan, pipinya terlihat memerah semerah buah delima.

“Hahaha!”

Rian tidak bisa menahan tawa melihat Citra seperti orang yang salah tingkah.

“Oke!”

Citra yang tidak keberatan jika memberikan nomor teleponnya pada Rian akhirnya menyetujuinya. Lebih-lebih lagi Citra bisa berpendapat jika Rian adalah tipe orang yang asik untuk diajak komunikasi dan juga lucu.

Mengeluarkan ponsel dari tasnya, Rian langsung mencatat angka-angka yang diucapkan Citra. Dalam hatinya Rian merasa gembira bisa mendapatkan nomor telepon gadis yang dia sukai.

Setelah selesai mencatatnya, Rian berpamitan pulang sebelum akhirnya beranjak pergi dari tempat duduknya.

“Kalau kamu besok gak datang, aku bakal pindahin toko roti ini ke depan bengkel kamu!” Citra berkelakar.

Rian hanya melingkarkan ibu jari dan telunjuk lalu mengangkat ketiga jari lainnya sebagai jawaban sebelum membuka pintu untuk keluar.

Saat sedang menyusuri jalan pulang, tiba-tiba ponsel Rian mendadak berdering. Ternyata ada panggilan dari kakaknya. Rian segera mengangkatnya.

“Hei Rian, lu sekarang dimana?”

“Gue lagi jalan ke arah pulang, emangnya ada apa kak?”

“Cepat pulang! Ayah dan ibu mau ngomong serius sama kita berdua, mereka sekarang nungguin lu pulang,” terdengar suara Alvin yang cukup panik dari ujung telepon.

Aduh, apa lagi ini?

Rian bertanya-tanya dalam hatinya, curiga jika ada sesuatu yang tidak beres.

“Oke!”

Rian lalu menutup teleponnya. Tidak mau berpikir banyak, ia langsung mempercepat langkah kakinya agar bisa segera sampai ke rumah.

Sementara di dalam rumah, terlihat sang ayah sudah duduk di sofa sambil menghisap sebatang rokok ditemani Ibu Rian yang duduk disampingnya. Alvin sendiri saat ini tampak mondar-mandir di halaman rumah menunggu kedatangan Rian, ia merasa sedikit cemas karena juga belum mengetahui apa alasan orang tuanya mendadak ingin berbicara serius dengannya serta Rian. Alvin bahkan sempat berpikir jika Rian ketahuan sedang mendekati seorang wanita.

Tidak lama setelah itu, akhirnya Rian tiba di rumahnya. Alvin yang menyambutnya langsung mengajak Rian untuk masuk ke dalam rumah.

“Duduklah!”

Ayah Rian langsung menyuruh kedua anaknya yang baru saja memasuki rumah.

“Ayah, sebenarnya apa yang mau Ayah bicarakan?” Rian memberanikan diri untuk bertanya.

Menghela napasnya sejenak, kemudian sang ayah menjawab, “Entah ini berita baik atau buruk, kalian tahu Paman Rudi? Dia menyuruh ayah dan ibu untuk mengurus pabrik ikan miliknya yang ada di Kota Ambon. Ini mendadak banget, ayah sama ibu harus segera berangkat besok pagi.”

“Kami akan meninggalkan kalian berdua dan menetap di sana selama lima bulan,” imbuh sang ibu menimpali.

Paman Rudi adalah kakak laki-laki dari Ayah Rian yang cukup kaya raya, ia mempunyai beberapa bisnis di bidang perikanan dan pertanian. Karena Paman Rudi kewalahan mengurus bisnisnya sendirian, akhirnya ia menyuruh ayah dan ibu Rian untuk mengurus salah satu bisnis perikanannya yang ada di kota Ambon.

Kota Ambon sendiri adalah salah satu kota di pesisir selatan Pulau Maluku. Jaraknya yang jauh berkilo-kilo meter dari rumah Rian yang ada di Kota Bandung, tidak memungkinkan kedua orang tuanya untuk pulang pergi selama mengurus pabrik. Dengan begitu, menetap disana dengan waktu yang cukup lama adalah hal yang tepat.

“Hah!”

Rian dan Alvin tercengang secara bersamaan setelah mendengar itu semua, kini keduanya hanya bisa saling memandang.

Di balik wajahnya yang seakan-akan tidak rela, Alvin sebenarnya sangat senang mengetahui itu. Alvin berpikir tidak akan ada lagi yang melarangnya untuk berpacaran, ia bisa menemui kekasihnya kapan pun ia mau.

Tidak terkecuali dengan Rian, hal ini tentu saja membawa angin segar bagi dirinya yang memiliki rencana menjadikan Citra sebagai seorang pacar. Di sisi lain Rian juga senang karena akhirnya kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang layak dan menjanjikan.

Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan, Mereka kemudian melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Rian yang badannya lengket dan bau setelah bekerja seharian langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Seperti apa yang telah direncanakan, keesokan paginya kedua orang tua Rian berangkat menuju Kota Ambon untuk mengurus pabrik ikan milik Paman Rudi. Mereka berdua pergi menggunakan pesawat dari Bandara Husein Sastranegara.

Sementara di Harvest Bakery, Rian sedang asik mengenyam roti gratis yang diberikan Citra, ia terlihat sangat menikmatinya. Memang sejak pertama kali Rian mencicipi roti di Harvest Bakery, ia tidak bisa membohongi lidahnya jika roti dari toko ini sangat enak dibandingkan dengan roti lainnya yang pernah dia makan sebelumnya.

Rian masih sibuk mengunyah rotinya ketika kemudian Citra datang menghampirinya. “Rian, mau bantuin aku gak?”

“Of course, apa yang bisa aku bantu?” Rian menaikkan dagunya bersedia memberi bantuan.

“Nanti malam aku mau belanja bahan-bahan roti di Griya Supermarket, karena saudaraku gak bisa ikut, aku berharap kamu mau ikut sama aku!”

Citra memandang Rian dengan tatapan memohon. Walaupun Citra baru beberapa hari yang lalu mengenali Rian, tapi dia telah menganggapnya layaknya seorang kawan yang telah lama kenal. Oleh sebab itu, Citra tidak merasa sungkan untuk meminta bantuan kepada Rian.

“Pasti, aku juga gak keberatan kalau harus nemenin kamu belanja pakaian dalam. Hahaha!” Rian tertawa kecil, ia dengan percaya diri melontarkan guyonan itu karena tahu Citra bukanlah tipe orang yang gampang tersinggung.

“Kurang ajar!”

Citra menarik rambut Rian dengan gemas, tentu saja bukan karena Citra geram dengan ucapan Rian, bagaimanapun ia paham itu hanyalah candaan belaka.

“Oke, nanti sore aku jemput kamu di bengkel!” pinta Citra.

“It’s okay, kalau gak ada lagi aku bakal balik ke bengkel.”

Rian langsung menuju bengkel karena tidak lama lagi dia harus bekerja.

Bab terkait

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 8

    “Hei, Rian!” panggil Dodit setelah melihat Rian memasuki bengkel.Rian yang mendengar Dodit memanggilnya, langsung buru-buru menghampirinya. “Gua baru aja dari Harvest Bakery dan gua juga udah dapat nomor handpone Citra, mantap gak?”“Wah gila sih! Gua gak ngira lu bakal dapat secepat itu, bahkan lebih cepat dari cowok yang baru dapat kabar kalau ceweknya lagi sendirian di rumah,” kata Dodit dengan diksi lucunya.“Ya, tapi kayaknya lebih cepat dari pemerintah kita yang mengatasi pandemi pada waktu itu deh,” balas Rian. “Terus, apalagi yang harus gua lakuin?”Dodit menyalakan sebatang rokoknya sebelum kemudian menjelaskan. “Langkah selanjutnya ente harus bisa ngajak Citra hangout, entah ke pantai atau tempat wisata lainnya. Karena dengan mengajaknya berlibur, wanita itu akan menganggap lu orang yang bisa membuatnya bahagia.”“Kira-kira gua harus ngajak Citra kemana ya?&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 9

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya mereka selesai berbelanja semua bahan-bahan roti. Tidak ingin terlalu malam untuk sampai ke rumah masing-masing, mereka pun langsung mengendarai mobil berjalan menuju arah pulang.“Pertanyaan aku tadi belum kamu jawab loh!” Rian masih menyimpan rasa penasaran dengan semua kejadian tadi.Citra menghela napasnya sebelum kemudian menjelaskan. “Baik! Pertama aku minta maaf karena tadi aku terpaksa harus menganggap kamu sebagai pacarku, dengan tujuan supaya Radit gak gangguin aku lagi!”“Radit? Memang dia kenapa?” potong Rian.“Iya, Radit itu mantan pacar aku! Satu bulan yang lalu aku mutusin dia secara sepihak karena aku udah gak tahan lagi sama sifat mesum dia. Selama kita pacaran Radit selalu maksa aku buat having sex sama dia, tapi untungnya hal itu belum pernah terjadi karena selalu aku tolak!” jelas Citra, kedua matanya sudah berkaca-kaca bersiap men

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 10

    “Ngaco lu! Yok ah mending berangkat, hari udah makin siang nih!” Dodit langsung menyalakan motornya, ia tidak bisa mengulur waktu lagi melihat panas matahari yang sudah semakin terik. Pun dengan Bukit Cukul yang makin siang makin ramai oleh pengunjung. Kemudian Rian sekilas melirik ke arah mobil Citra yang terparkir. “Citra, kita naik motor aja gak apa-apa kan?” tanya Rian. “Nanti mobil kamu dimasukkin ke dalam bengkel aja!” Dodit menimpali, “Betul, mobil kamu aman kok ditaruh dalam bengkel!” Citra mengangguk sembari tersenyum lebar. “Gak masalah kok, kayaknya asik juga naik motor sambil liat pemandangan di sepanjang jalan!” Mendengarnya membuat Rian merasa sedikit lega, setelah sebelumnya ia berpikir jika Citra yang berpenampilan modis dan feminin lebih memilih menaiki mobil ketimbang motor dengan panas dan debu jalanan yang pastinya tak terhindarkan. Mereka berempat pun berangkat menuju Bukit Cukul dengan dua motor berbonceng

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 1

    Sudah dua puluh tahun dalam hidupnya, Rian tidak pernah sekalipun menjalin hubungan percintaan dengan seorang wanita. Rian tidak bisa merasakan kebahagian seperti apa yang dirasakan anak-anak muda pada umumnya, yaitu mempunyai seorang pacar.Apakah ini sesuatu hal yang wajar bagi anak muda seusiaku?Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otaknya selama ini.Duduk di pinggiran alun-alun sendirian, Rian disuguhkan pemandangan di sekeliling alun-alun yang ramai dengan beberapa pasangan pria dan wanita yang sedang berpacaran. Mereka terlihat asik bercengkrama dan tertawa satu sama lain sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam.Rian hanya bisa melamun dengan tatapan kosong di matanya. Hanya rasa iri yang menggambarkan isi hatinya saat itu.“Hei, Rian!”Lamunan Rian terbuyar ketika mendengar suara seorang pria yang memanggil namanya. Rian lalu menoleh, matanya menyipit saat menemukan sumber s

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 2

    “Alvin, sudah beberapa kali aku mengingatkanmu untuk jangan sekali-sekali berani berpacaran, tapi kenapa kamu masih melanggarnya?” teriak Ayah Rian sambil memukulkan sebilah rotan kepada kakaknya sampai terjatuh ke tanah.Alvin sendiri merupakan nama dari kakak laki-laki Rian tersebut.­­­­­­“Ma−maafkan aku Ayah!” Alvin menangis sesenggukan menahan rasa sakit yang dirasakan.“Mulut ayah sampai berbusa mengingatkan kamu, tapi kamu...”Plas!Tidak peduli seberapa banyak Alvin memohon, sang ayah tanpa ampun terus melayangkan rotannya untuk memukuli Alvin.Rian hanya bisa menahan napas, dia tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun melihat ayahnya seperti orang yang kesetanan.“Cukup, Ayah!”Tiba-tiba Ibu Rian keluar dari dalam rumah langsung menghentikan tindakan suaminya yang semakin brutal. Sebagai seorang ibu, tentunya tidak akan tega melih

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 3

    Dani!Dani adalah teman Rian di desanya. Meskipun mereka berteman, tapi hubungan mereka berdua tidak baik. Dani yang mempunyai sifat arogan dan sombong, membuat Rian tidak menyukainya. Banyaknya pertikaian di antara keduanya pada masa lalu, membuat mereka menyimpan dendamnya masing-masing hingga saat ini.“Duh! Kasihan banget sih kemana-mana cuma sendirian, telur bawah lu aja berdua,” ejek Dani. “Belum dibolehin pacaran sama papah mamah atau memang gak ada cewek yang mau sama lu?” lanjutnya.Tidak tertarik menanggapi hinaan Dani, Rian lalu lanjut menyantap makanannya yang hampir habis.“Atau memang udah takdirnya sampai tua lu gak bakal punya pasangan.” Dani semakin bersemangat menghina Rian.Haaarggh! Hanya bersendawa sebagai tanggapan, Ri

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 4

    “Ayo kesana!”Suara Dodit membuyarkan pandangan Rian terhadap gadis cantik itu, kini tangannya telah ditarik oleh Dodit yang berjalan menuju meja di pojok ruangan.Di meja itu sudah ada seorang gadis yang nampak berusia sekitar Sembilan belas tahun sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Rian, ini orangnya yang mau gua kenalin sama lu, namanya Adila. Dan Adila, ini Rian, orang yang waktu itu aku ceritain sama kamu.” Kata Dodit memperkenalkan mereka berdua.Adila dengan wajah manisnya tersenyum lalu berkata, “Ya, aku Adila. Senang ketemu sama kamu Rian!”Dari caranya berbicara, Rian berasumsi bahwa Adila adalah gadis yang ramah dan sopan. Wajah polosnya memancarkan aura yang positif dari dirinya.“Senang juga ketemu sama kamu Adila,” balas Rian tersenyum lebar menghargai keramahan Adila.Pertemuan mereka berdua telah direncanakan semua oleh Dodit. Tujuan utamanya bukan hanya sekedar ber

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 5

    Menoleh untuk mencari tahu pemilik suara itu, tubuh Rian langsung terguncang hebat saat kedua bola matanya melihat jelas wanita itu.Wanita itu tidak lain adalah Citra.Rian bisa merasakan jantungnya berdegup kencang.Paras Citra yang cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang terayun, ditambah badannya yang langsing dibalut kaos ketat, benar-benar membuat Rian terpana. Rian hanya bisa mematung memandangi keindahan itu.Sampai akhirnya Citra melambaikan tangannya untuk membuyarkan tatapan Rian.Rian yang akhirnya tersadar lalu dengan gugup menjawab, “iya, saya… saya mau beli roti!”“Maafin saya Mas! Karena tadi mobil saya tiba-tiba mogok di pertigaan jalan dekat jembatan, jadi saya harus ninggalin mobil dan jalan kaki kesini. Itu sebabnya toko roti ini terlambat buka.”Citra menjelaskan situasinya sambil kedua telapak tangannya menyatu sebagai isyarat meminta maaf.Rian mengangguk pelan ser

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10

Bab terbaru

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 10

    “Ngaco lu! Yok ah mending berangkat, hari udah makin siang nih!” Dodit langsung menyalakan motornya, ia tidak bisa mengulur waktu lagi melihat panas matahari yang sudah semakin terik. Pun dengan Bukit Cukul yang makin siang makin ramai oleh pengunjung. Kemudian Rian sekilas melirik ke arah mobil Citra yang terparkir. “Citra, kita naik motor aja gak apa-apa kan?” tanya Rian. “Nanti mobil kamu dimasukkin ke dalam bengkel aja!” Dodit menimpali, “Betul, mobil kamu aman kok ditaruh dalam bengkel!” Citra mengangguk sembari tersenyum lebar. “Gak masalah kok, kayaknya asik juga naik motor sambil liat pemandangan di sepanjang jalan!” Mendengarnya membuat Rian merasa sedikit lega, setelah sebelumnya ia berpikir jika Citra yang berpenampilan modis dan feminin lebih memilih menaiki mobil ketimbang motor dengan panas dan debu jalanan yang pastinya tak terhindarkan. Mereka berempat pun berangkat menuju Bukit Cukul dengan dua motor berbonceng

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 9

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya mereka selesai berbelanja semua bahan-bahan roti. Tidak ingin terlalu malam untuk sampai ke rumah masing-masing, mereka pun langsung mengendarai mobil berjalan menuju arah pulang.“Pertanyaan aku tadi belum kamu jawab loh!” Rian masih menyimpan rasa penasaran dengan semua kejadian tadi.Citra menghela napasnya sebelum kemudian menjelaskan. “Baik! Pertama aku minta maaf karena tadi aku terpaksa harus menganggap kamu sebagai pacarku, dengan tujuan supaya Radit gak gangguin aku lagi!”“Radit? Memang dia kenapa?” potong Rian.“Iya, Radit itu mantan pacar aku! Satu bulan yang lalu aku mutusin dia secara sepihak karena aku udah gak tahan lagi sama sifat mesum dia. Selama kita pacaran Radit selalu maksa aku buat having sex sama dia, tapi untungnya hal itu belum pernah terjadi karena selalu aku tolak!” jelas Citra, kedua matanya sudah berkaca-kaca bersiap men

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 8

    “Hei, Rian!” panggil Dodit setelah melihat Rian memasuki bengkel.Rian yang mendengar Dodit memanggilnya, langsung buru-buru menghampirinya. “Gua baru aja dari Harvest Bakery dan gua juga udah dapat nomor handpone Citra, mantap gak?”“Wah gila sih! Gua gak ngira lu bakal dapat secepat itu, bahkan lebih cepat dari cowok yang baru dapat kabar kalau ceweknya lagi sendirian di rumah,” kata Dodit dengan diksi lucunya.“Ya, tapi kayaknya lebih cepat dari pemerintah kita yang mengatasi pandemi pada waktu itu deh,” balas Rian. “Terus, apalagi yang harus gua lakuin?”Dodit menyalakan sebatang rokoknya sebelum kemudian menjelaskan. “Langkah selanjutnya ente harus bisa ngajak Citra hangout, entah ke pantai atau tempat wisata lainnya. Karena dengan mengajaknya berlibur, wanita itu akan menganggap lu orang yang bisa membuatnya bahagia.”“Kira-kira gua harus ngajak Citra kemana ya?&rdq

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 7

    Ternyata orang yang baru saja memasuki toko adalah Citra. “Citra!” Rian dengan cepat langsung memanggilnya, gadis cantik itu tampak lesu dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan. Mengetahui Rian ternyata telah berada di dalam toko, Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di wajahnya, memaksakan senyum saat melihat Rian. “Aku kira kamu gak bakal datang Rian,” ucapnya. “Maafin aku ya! Aku gak datang pagi tadi karena bangun kesiangan.” Rian menggelengkan kepalanya menunjukkan rasa bersalah. “Tebakanku meleset, kukira kamu memang gak mau datang kesini.” Citra tersenyum kecut lalu melanjutkan, “Lupain aja, sekarang kita makan roti dulu!” “Enggak usah, aku kesini lagi besok pagi aja. Kamu kayaknya kelihatan capai, jadi lebih baik kamu pulang aja!” Rian buru-buru menjawabnya, ia merasa tidak tega melihat keadaan Citra. Tanpa menghiraukan perkataan Rian, Citra lalu merubah pandangannya ke arah gadis pelayan yang merupakan sauda

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 6

    Rian yang penasaran akhirnya memasuki coffeshop itu untuk menghampiri kakaknya. “Kak!” panggil Rian sambil berjalan menuju meja tempat kakaknya berada. Ekpresi kaget tergambar di wajah Alvin begitu melihat adiknya yang tiba-tiba berada disini. Alvin menelan ludahnya lalu berkata, “Rian, lu kok ada disini? Bukannya habis kerja lu langsung pulang ke rumah?” “Ya, tadi gua lewat sini terus gak sengaja lihat lu ada di dalam coffeshop ini.” Rian lalu melirik ke arah wanita yang sedang duduk di depan kakaknya. “Ini pacar lu kak?” Raut kepanikan semakin terlihat jelas di wajah Alvin ketika adiknya menanyakan itu. Wanita itu memang kekasihnya, jadi dia takut jika Rian tahu dan melaporkan ke ayahnya. “Yaelah, santai aja kali! Kalau ini memang pacar lu, gua gak bakal laporin ke ayah kok!” Rian memaklumi itu karena ia tahu kakaknya adalah pribadi yang keras kepala, berbeda dengan dirinya yang mempunyai sifat penurut. Alvin akan tetap mengejar kein

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 5

    Menoleh untuk mencari tahu pemilik suara itu, tubuh Rian langsung terguncang hebat saat kedua bola matanya melihat jelas wanita itu.Wanita itu tidak lain adalah Citra.Rian bisa merasakan jantungnya berdegup kencang.Paras Citra yang cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang terayun, ditambah badannya yang langsing dibalut kaos ketat, benar-benar membuat Rian terpana. Rian hanya bisa mematung memandangi keindahan itu.Sampai akhirnya Citra melambaikan tangannya untuk membuyarkan tatapan Rian.Rian yang akhirnya tersadar lalu dengan gugup menjawab, “iya, saya… saya mau beli roti!”“Maafin saya Mas! Karena tadi mobil saya tiba-tiba mogok di pertigaan jalan dekat jembatan, jadi saya harus ninggalin mobil dan jalan kaki kesini. Itu sebabnya toko roti ini terlambat buka.”Citra menjelaskan situasinya sambil kedua telapak tangannya menyatu sebagai isyarat meminta maaf.Rian mengangguk pelan ser

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 4

    “Ayo kesana!”Suara Dodit membuyarkan pandangan Rian terhadap gadis cantik itu, kini tangannya telah ditarik oleh Dodit yang berjalan menuju meja di pojok ruangan.Di meja itu sudah ada seorang gadis yang nampak berusia sekitar Sembilan belas tahun sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Rian, ini orangnya yang mau gua kenalin sama lu, namanya Adila. Dan Adila, ini Rian, orang yang waktu itu aku ceritain sama kamu.” Kata Dodit memperkenalkan mereka berdua.Adila dengan wajah manisnya tersenyum lalu berkata, “Ya, aku Adila. Senang ketemu sama kamu Rian!”Dari caranya berbicara, Rian berasumsi bahwa Adila adalah gadis yang ramah dan sopan. Wajah polosnya memancarkan aura yang positif dari dirinya.“Senang juga ketemu sama kamu Adila,” balas Rian tersenyum lebar menghargai keramahan Adila.Pertemuan mereka berdua telah direncanakan semua oleh Dodit. Tujuan utamanya bukan hanya sekedar ber

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 3

    Dani!Dani adalah teman Rian di desanya. Meskipun mereka berteman, tapi hubungan mereka berdua tidak baik. Dani yang mempunyai sifat arogan dan sombong, membuat Rian tidak menyukainya. Banyaknya pertikaian di antara keduanya pada masa lalu, membuat mereka menyimpan dendamnya masing-masing hingga saat ini.“Duh! Kasihan banget sih kemana-mana cuma sendirian, telur bawah lu aja berdua,” ejek Dani. “Belum dibolehin pacaran sama papah mamah atau memang gak ada cewek yang mau sama lu?” lanjutnya.Tidak tertarik menanggapi hinaan Dani, Rian lalu lanjut menyantap makanannya yang hampir habis.“Atau memang udah takdirnya sampai tua lu gak bakal punya pasangan.” Dani semakin bersemangat menghina Rian.Haaarggh! Hanya bersendawa sebagai tanggapan, Ri

  • Antara Laki-laki, Wanita dan Materi   BAB 2

    “Alvin, sudah beberapa kali aku mengingatkanmu untuk jangan sekali-sekali berani berpacaran, tapi kenapa kamu masih melanggarnya?” teriak Ayah Rian sambil memukulkan sebilah rotan kepada kakaknya sampai terjatuh ke tanah.Alvin sendiri merupakan nama dari kakak laki-laki Rian tersebut.­­­­­­“Ma−maafkan aku Ayah!” Alvin menangis sesenggukan menahan rasa sakit yang dirasakan.“Mulut ayah sampai berbusa mengingatkan kamu, tapi kamu...”Plas!Tidak peduli seberapa banyak Alvin memohon, sang ayah tanpa ampun terus melayangkan rotannya untuk memukuli Alvin.Rian hanya bisa menahan napas, dia tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun melihat ayahnya seperti orang yang kesetanan.“Cukup, Ayah!”Tiba-tiba Ibu Rian keluar dari dalam rumah langsung menghentikan tindakan suaminya yang semakin brutal. Sebagai seorang ibu, tentunya tidak akan tega melih

DMCA.com Protection Status