Selena mendongak dan menatap pria yang sedang berdiri di depan pintu. Dia tidak melepas pakaiannya sebelum tidur, sehingga kemejanya kusut dan kerahnya terbuka beberapa kancing.Harvey bersandar pada pintu dengan santai, meski rambutnya berantakan, tetap saja tidak mengurangi ketampanannya sedikit pun.Selena memang merasa bersalah, hubungan antara dia dan Harvey sangat rumit dan terus-menerus terlibat.Sebelumnya dia membuat Harvey kesal dan langsung teringat pada orang-orang di pulau, sehingga membuatnya ketakutan."Aku ... aku enggak bisa tidur." Dia segera menjelaskannya dengan takut dan melihat Harvey perlahan mendekatinya.Dia sedang duduk di lantai. Harvey yang tinggi dan besar menutupi cahaya di atas kepalanya, dan bayangan yang tercipta menutupinya.Matanya jernih, aroma birnya sedikit menghilang, pupilnya yang hitam pekat tidak menunjukkan emosi sedikit pun, sehingga sulit mengetahui emosinya.Selena bergegas merapikan kembali dokumennya, kemudian menjelaskannya dengan terbat
Selena terkejut sejenak dan begitu tersadar, dia langsung mendorong Harvey.Tidak ada alasan lain, hanya karena Harvey sudah menyentuh orang lain, lalu menyentuhnya, membuat Selena merasa jijik.Namun usahanya sia-sia, telapak tangan besar pria ini menekan kepala belakangnya, sehingga memperdalam ciuman mereka.Selena mengernyitkan dahinya dan ingin menggigitnya, tetapi ketahuan olehnya sehingga dia langsung meletakkan kedua tangannya di pipi Selena.Pria dan wanita memiliki perbedaan kekuatan fisik yang sangat jelas, Selena pun hanya bisa pasrah menerima perlakuannya.Ketika dirinya mengira akan mati kehabisan napas, Harvey akhirnya melepaskannya.Selena Bennett memandangnya dengan mata yang memerah, seperti seekor kelinci kecil yang marah.Harvey menatapnya dengan dingin dan berkata, "Kenapa? Aku enggak boleh menyentuhmu?"Tanpa menunggu jawabannya, jari-jarinya menekan pipi Selena semakin kuat dan menatapnya dengan tatapan dingin.Selena mengerutkan keningnya dan membatin, 'Kenapa o
"Kesepakatan?" Selena menatapnya tak mengerti.Padahal dirinya sekarang tidak punya apa-apa, lalu dia harus membuat kesepakatan dengan apa.Udara yang tidak bersirkulasi di ruang sempit membuatnya merasa tercekik seperti ikan yang kehabisan air dan keringat panas membasahi punggungnya.Pria itu sedikit membungkuk, dan setetes air menetes dari ujung rambutnya ke wajah wanita itu, memberinya kesejukan sesaat.Harvey berkata dengan tatapan yang serius, "Tetap di sisiku, maka dendam antara aku dan Keluarga Bennett selesai."Selena terus memikirkan perkataannya yang menyuruhnya tetap di sisinya, tatapannya yang jernih bertatapan dengan mata hitamnya dan bertanya dengan tenang, "Aku tetap di sisimu sebagai apa?"Harvey terdiam sejenak, kemudian berkata, "Apa pun kuberikan untukmu selain Nyonya Irwin."Selana bertanya lagi, "Jadi kamu mau aku menjadi selingkuhanmu?"Perkataan seperti ini membuat Harvey kesal, dia mengusap kedua alisnya dan berusah menjelaskan, "Selain enggak ada status, kita
Selena menutup kedua matanya dan siap untuk menerima tamparan, tetapi rasa sakit yang dia bayangkan tak kunjung datang.Ketika dia membuka matanya lagi, dia hanya melihat Harvey mengambil jas abu-abu yang sudah dia rapikan dan pergi dengan angkuh, pintu kamar ditutupnya dengan kencang sehingga menimbulkan suara yang sangat keras.Hanya tinggal Selena seorang diri di ruangan, tubuhnya yang tak berdaya jatuh ke bawah.Tuhan tahu dia begitu fokus melampiaskan amarahnya, sehingga seluruh tubuhnya basah kuyup oleh keringat, dan tubuhnya masih gemetaran sampai sekarang, entah karena marah atau takut.Tatapan Harvey tadi benar-benar sangat menakutkan, dia bahkan mengira dirinya malam ini akan mati.Sejak dia bersama Harvey, dia belum pernah mengumpatnya seperti ini. Bahkan bukan hanya dia, mungkin tidak ada orang yang pernah melakukan hal seperti ini.Selena mengusap dadanya, jantungnya berdetak dengan cepat, bahkan sampai sekarang dia masih gelisah.Beberapa menit kemudian, Benita berlari te
Melihat wajah Selena yang pucat, Benita segera menyingkirkan ponselnya."Nyonya, kamu melihat ini untuk apa? Nggak takut matamu bintitan? Lebih baik lihat daun muda, belakangan ini Grup XO baru saja debut, pinggang mereka sangat ramping, bahkan lebih ramping dari wanita."Selena yang tadinya tampak murung, tertawa begitu mendengar perkataan Benita. "Benita, ternyata kamu masih mengerti hal seperti ini?"Benita meletakkan tangannya di pundak Selena sambil menasihatinya, "Nyonya, bahkan orang yang paling cerdas sekalipun nggak akan sempurna. Kita harus melewati beberapa jalan agar tahu benar dan salah, jangan menghukum diri sendiri dengan kesalahan orang lain.Selena agak terkejut, dia tidak menyangka kalau Benita akan memihaknya."Tuan Muda Harvey bisa bercerai denganmu, tentu saja dia juga bisa bercerai dengannya, jadi Nyonya tunggu saja, pasti ..."Selena segera memotong ucapan selanjutnya, karena dia tidak mau mendengarnya dan berkata, "Em, aku tahu. Siapkanlah bahan makanan, nanti m
Tidak ada yang lebih memahami kesukaan Harvey daripada Selena, sebenarnya menyenangkan Harvey tidaklah sulit, yang sulit adalah apakah dia mau memberi kesempatan atau tidak.Sama seperti dahulu, dia membuatkan makanan berulang kali dan menunggunya berulang kali, tetapi bayangan Harvey tidak muncul sedikit pun hingga tengah malam.Saat Harvey bersikap tega, dia akan sungguh-sungguh melakukannya, bahkan apa pun yang Selena katakan dan lakukan, dia tetap tidak akan melihat Harvey sama sekali.Panggilan ini adalah ujian bagi Selena, jelas bahwa Harvey sudah tidak setega dahulu.Setelah menyiapkan makan malam, Selena langsung naik mobil menuju perusahaannya.Selena memegang kotak bekal sambil memikirkan bahwa dalang di balik semua hal ini sangat mengenal mereka, menunjukkan bahwa orang ini kemungkinan besar adalah orang di sekitar Harvey.Siapa yang memungkinkan?Tentu saja bukan Chandra dan Alex, sedangkan Benita orangnya suka terus tenang, mungkinkah orang yang berada di perusahaannya?Se
Asbaknya sangat berat, dia saja kesulitan memegangnya dengan satu tangan.Bahkan dalam benaknya sedang memikirkan apakah darah yang mengalir dari kepalanya akan mencipratnya begitu asbak ini memukulnya?Saat tersadar dirinya memiliki pemikiran seperti ini, Selena takut akan dirinya sendiri.Saat ini, Harvey menoleh dan menatapnya, membuat pandangan mereka berdua bertemu.Sebelum Harvey bicara, Selena segera berkata, "Kenapa merokok begitu banyak?"Tadi saat Harvey melihat Selena memegang asbak itu, dia langsung mengira bahwa Selena ingin membunuhnya dengan asbak itu, tetapi begitu Selena berkata demikian, kecurigaannya perlahan menghilang.Dia menunjukkan wajah tenang dan dingin, "Apa urusannya denganmu?"Nada bicaranya yang dingin penuh dengan penghinaan. Selena meletakkan asbaknya, lain kali dia harus mengambil yang lebih tajam jika ingin membunuh.Dia menahan ketidaknyamanan di hatinya, lalu meraih ujung baju Harvey sambil berkata dengan pelan, "Itu ... Tadi pagi aku bicara terlalu
Sendawanya menggema di ruangan yang sunyi dan udara seakan membeku, hal memalukan ini datang di waktu yang tidak tepat.Selena memandang Harvey dengan canggung sambil berkata, "Itu, dengarkan penjelasanku dulu."Di tengah panasnya suasana, dia justru mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, yang membuat suasana semakin memburuk.Dia melihat Harvey dengan hati-hati dan menemukan bahwa tidak ada sedikit pun ketidaksenangan di wajahnya yang muram, sebaliknya wajahnya malah terlihat sedih.Apakah Selena salah lihat? Bukankah Harvey sangat membencinya? Lantas kenapa dia mengasihani dirinya?"Kalau lapar, makanlah lebih banyak." Harvey menyuapinya dengan sesendok penuh.Selena mengedipkan matanya sambil berpikir dalam benaknya, 'Apa dia kira aku bersendawa karena kelaparan?'Padahal Selena datang untuk memberikannya makan, tetapi malah dia yang kenyang."Sudah kenyang, aku benar-benar kenyang," ucap Selena yang merasa akan segera muntah.Harvey tidak senang dan mengerutkan keningnya sambil