Asbaknya sangat berat, dia saja kesulitan memegangnya dengan satu tangan.Bahkan dalam benaknya sedang memikirkan apakah darah yang mengalir dari kepalanya akan mencipratnya begitu asbak ini memukulnya?Saat tersadar dirinya memiliki pemikiran seperti ini, Selena takut akan dirinya sendiri.Saat ini, Harvey menoleh dan menatapnya, membuat pandangan mereka berdua bertemu.Sebelum Harvey bicara, Selena segera berkata, "Kenapa merokok begitu banyak?"Tadi saat Harvey melihat Selena memegang asbak itu, dia langsung mengira bahwa Selena ingin membunuhnya dengan asbak itu, tetapi begitu Selena berkata demikian, kecurigaannya perlahan menghilang.Dia menunjukkan wajah tenang dan dingin, "Apa urusannya denganmu?"Nada bicaranya yang dingin penuh dengan penghinaan. Selena meletakkan asbaknya, lain kali dia harus mengambil yang lebih tajam jika ingin membunuh.Dia menahan ketidaknyamanan di hatinya, lalu meraih ujung baju Harvey sambil berkata dengan pelan, "Itu ... Tadi pagi aku bicara terlalu
Sendawanya menggema di ruangan yang sunyi dan udara seakan membeku, hal memalukan ini datang di waktu yang tidak tepat.Selena memandang Harvey dengan canggung sambil berkata, "Itu, dengarkan penjelasanku dulu."Di tengah panasnya suasana, dia justru mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, yang membuat suasana semakin memburuk.Dia melihat Harvey dengan hati-hati dan menemukan bahwa tidak ada sedikit pun ketidaksenangan di wajahnya yang muram, sebaliknya wajahnya malah terlihat sedih.Apakah Selena salah lihat? Bukankah Harvey sangat membencinya? Lantas kenapa dia mengasihani dirinya?"Kalau lapar, makanlah lebih banyak." Harvey menyuapinya dengan sesendok penuh.Selena mengedipkan matanya sambil berpikir dalam benaknya, 'Apa dia kira aku bersendawa karena kelaparan?'Padahal Selena datang untuk memberikannya makan, tetapi malah dia yang kenyang."Sudah kenyang, aku benar-benar kenyang," ucap Selena yang merasa akan segera muntah.Harvey tidak senang dan mengerutkan keningnya sambil
Ketika mengucapkan kata-kata ini, Selena teringat semua peristiwa menyedihkan yang dia alami dan dia menangis begitu menatap Harvey.Dia tahu dia tidak bisa lagi bersikap keras terhadap Harvey, karena bagaimanapun juga mereka berdua sebelumnya adalah mantan suami istri, dia lebih memahami sifatnya daripada siapa pun, maka dari itu mengalah adalah pilihan terbaik.Suaranya tenang, tidak ada keluhan dan pertanyaan, tetapi air matanya mengalir begitu deras.Air mata memang bisa membuat orang merasa kesal, tetapi kalau digunakan dengan baik juga bisa jadi senjata yang ampuh.Sama seperti sekarang, Harvey merasa tenggorokannya sedikit kering dan rasa bersalah menyelimutinya."Aku tahu." Harvey menundukkan kepalanya dan tatapannya penuh dengan rasa kasihan.Harvey memegang kedua bahu Selena dan membasahi bibirnya, kemudian berkata, "Aku tahu banyak hal yang terjadi di antara kita di masa lalu, kita pun nggak bisa kembali ke masa lalu. Persoalan Lanny sudah selesai, tetaplah di sisiku dan kel
Jarang-jarang Selena bersikap baik, jadi tentu saja Harvey akan menyetujuinya."Hmm?" tanpa sadar, nada suaranya meninggi, suasana hatinya juga jauh lebih baik dari sebelumnya.Selena berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku nggak mau jadi sampah yang terkurung di dalam rumah, sebelumnya aku meninggalkan pendidikanku dan selama dua tahun ini hanya merasakan kesedihan, aku ingin memulai kembali.""Katakanlah."Saat ini Harvey sedang dalam suasana hati yang sangat baik dan juga sangat sabar.Selena berkata dengan tegas, "Aku ingin bekerja di sisimu."Dahulu Selena larut dengan kasih sayang Harvey, sehingga dia merasa nyaman menjadi ibu rumah tangga.Dia tidak peduli apabila dirinya tidak dikenal, dia tidak tahu lingkaran pertemanan Harvey, bahkan tidak tahu siapa yang dia singgung, benar-benar gagal.Kalau Selena tidak pernah keluar, maka dia akan terus dipermainkan oleh dalang itu.Pikiran Selena belum pernah sejernih ini, selama dua tahun terakhir ada tangan hitam yang terus diam-diam mend
Pupil hitam Harvey menembus mata jernih Selena, dia mencoba membaca pikiran Selena dengan melihat wajahnya."Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"Selena yang seperti ini benar-benar tidak biasa, entah apa yang sedang dia pikirkan.Padahal dia sudah menjadi baik sekarang, tetapi Harvey justru merasa cemas."Aku 'kan sudah bilang, aku ingin memulai kembali hidupku dan tidak lagi hidup dalam kegelapan."Selena perlahan-lahan menarik ujung bajunya, suaranya terdengar murung dari dalam pelukan Harvey, "Boleh, nggak?""Hanya itu saja?" Harvey menggigit bibirnya, pada saat ini dia tidak tahu harus mengatakan apa."Kalau nggak? Atau kamu bersedia menempatkanku hidup di kota lain?"Harvey memegang pinggangnya dengan dingin. "Jangan berharap."Selena tersenyum kecut dalam pelukannya, sebelumnya Harvey sudah pernah mengatakan, meskipun harus mati pun Selena harus mati di sisinya.Selena memejamkan matanya.'Sesuai keinginanmu.' batin Selena."Sesuai keinginanmu."Apa yang ada dalam benak Selena d
Jika dalang itu benar-benar bersembunyi di sekitar Harvey, maka masalah terbesarnya adalah sekretarisnya.Selena berharap melihat tanda-tanda dari wajah para sekretaris wanita ini, tetapi kepribadian keduanya cenderung dingin dan tegas, mereka hanya memberi salam singkat dan langsung fokus pada pekerjaan masing-masing.Selena mengusap lengannya sambil berpikir, apakah dirinya salah menebak?Dia juga tidak terburu-buru. Selena akan memulainya dari Olive, orang yang barusan menerobos kantor Harvey. Selena pindah ke sisi Olive.Sikap Olive padanya tidak terbilang hangat, juga tidak meremehkan. Selena sudah berkeliaran di antara mereka selama dua jam, tetapi tidak merasakan ada hal yang aneh.Setelah bekerja lembur sampai pukul 9, Chandra akhirnya mempersilakan mereka untuk pulang.Begitu pulang kerja, wajah Serlin yang semula tampak tegang berubah menjadi tersenyum. Dia menelepon temannya sambil memukul pinggangnya, sepertinya dia ingin pergi ke bar dan meminta temannya untuk menyisakan t
Selena mengangkat buku catatannya yang mencatat semua kesukaan Harvey."Nah, aku belum selesai menghafalnya, Tuan Harvey suka minum kopi dengan tiga gula batu, steak medium rare, suka ceri dan blueberry ... "Selena menutup buku catatannya, lalu menatap Harvey dengan serius sambil berkata, "Seingatku kamu paling nggak suka dengan buah-buah ini, kamu hanya makan steak setengah matang dan nggak pernah menambahkan gula di kopi."Kalau bukan karena Selena diperingati dengan tegas untuk tidak salah mengingat, Selena pasti sudah mengira bahwa seseorang sedang menghalanginya dalam bekerja.Tabel kesukaan ini jelas bertentangan dengan kebiasaan Harvey.Harvey mengambil catatan di tangan Selena dan berkata, "Nggak perlu pedulikan."Tidak ada orang yang bisa menebak dan benar-benar tahu kesukaannya selain Selena."Kamu hanya perlu mengikutinya."Cahaya yang dipancarkan dari layar komputer di dalam gerbong terpancar di wajah Harvey, hingga kontur wajahnya tampak jelas semakin dingin.Selena tiba-
Harvey masuk dan melihat ekspresi Selena yang pucat dan tampak sakit.Melihat tangannya yang sedikit gemetar, Harvey perlahan berjalan ke arah Selena."Kamu sedang lihat apa?"Selena tidak menyembunyikan apa pun. Harvey melihat insiden kecelakaan yang mengerikan itu. Insiden itu penuh dengan darah, makanya sangat wajar apabila Selena tampak begitu pucat."Memangnya video ini menarik?" pikir Harvey. Dia mengira Selena tidak sengaja menonton video ini dan hendak mematikannya, ternyata ini bukanlah kecelakaan yang baru-baru ini terjadi.Selena mematikan ponselnya dan bertanya, "Apakah kamu ada di tempat ketika ayahku mengalami kecelakaan?"Harvey tidak tahu ternyata ini adalah alasan Selena ingin membunuh Harvest pada saat itu. Saat Selena tiba-tiba mengungkit perihal ini, dia menundukkan kepala dan menatapnya sambil berkata, "Ya.""Hari itu, aku seharusnya pergi ke kamar dagang, tetapi karena kecelakaan di jalan, aku mengambil rute lain. Aku nggak menyangka akan melihat kecelakaan mobil