"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Asyif sedikit grogi ketika Anggraini melihatnya dengan pandangan yang sangat melekat.Posisi Asyif saat ini sedang menyetir mobil milik Anggraini menuju gymnasium tempat Anggraini bekerja sebagai instruktur senam. Anggraini sendiri duduk di sebelahnya di kursi samping kemudi."Serius aku ingin bertanya padamu. Bagaimana sebenarnya hubunganmu dengan Mas Teguh suamik Sejujurnya aku selalu kepikiran tentang hal ini dan penasaran," jawab Anggraini.Asyif melirik Anggraini sebentar kemudian kembali fokus ke depan. Mereka saat ini sedang berada di lampu merah."Aku sudah pernah menyuruhmu untuk menanyakannya langsung pada Teguh bukan?"Anggraini tertawa kecil."Ayolah, aku pikir kau pasti tahu kalau aku tidak mungkin menanyakan hal itu padanya kan?" kata Anggraini."Loh kenapa emangnya? Bukannya kamu istrinya? Memangnya hal apa dalam rumah tangga yang tidak boleh dipertanyakan seorang istri pada suaminya?" "Sudahlah, kasih tahu saja. Aku dan Mas Te
Anggraini menunggu dengan sabar Asyif menceritakan semuanya padanya. Namun setelah hampir lima menit menunggu pria itu masih saja tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya."Halo! Aku sedang menunggu kau menceritakan semuanya padaku," tegur Anggraini pada Asyif yang sedang merokok dan menghadap ke luar jendela mobil yang terbuka.Anggraini sampai kesal karena asap rokok itu sebagian masuk ke dalam mobilnya. Ingin melarang Asyif untuk tidak merokok dalam mobil, Anggraini khawatir pria itu kehilangan mood untuk bercerita.Yang sebenarnya Asyif sedang menimbang-nimbang baik dan buruknya jika ia menceritakan ini di masa lalu kepada Anggraini. Asyif khawatir Anggraini mungkin akan sedikit syok jika dia tahu betapa bejatnya suaminya itu. Asyif mengasihani perempuan yang sedang duduk di sebelahnya ini."Kau yakin siap mendengarnya apa pun itu?" tanya Asyif sekali lagi.Anggraini agak sedikit kesal mendengar pertanyaan ini. "Aku tidak akan meminta kau menceritakannya padaku jika aku tid
Di pojok kantin terlihat Asyif sedang bersama seorang gadis Jepang berambut pendek. Keduanya sesekali tertawa terbahak-bahak ketika keduanya saling bertukar gambar yang mereka punya."Asyif, kau tidak boleh seperti itu. Itu tidak sopan," tegur Haruka namun tetap tak bisa menahan tawanya."Maaf Haruka, aku cuma bercanda," ucap Asyif.Keduanya sedang berkompetisi kecil-kecilan dalam hal membuat gambar anime. Objek yang menjadi tema gambar mereka adalah politisi dan tokoh masyarakat yang digambar dalam bentuk animasi. Asyif sedang menggambar seorang koruptor di Jepang dengan ekor di belakangnya dan juga berpakaian wanita."Cepat robek itu! Jangan sampai ada yang melihatnya. Nanti kita bisa bermasalah kalau sampai seseorang melaporkannya," bisik Haruka.Asyif merobek kertas itu dan meremasnya. Setelah itu ia pun memasukkan kertaa itu ke dalam kantong celananya."Hayo!!! Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Tiba-tiba seseorang datang mengejutkan Asyif dan Haruka."Oohh, Teguh. Kau di s
Anggraini membanting tubuhnya sendiri di ranjang setelah ia selesai mandi. Ia baru saja pulang dari gymnasium dan langsung mandi untuk menyegarkan tubuhnya kembali. Kegiatannya menjadi instruktur senam di kelas bumil hari ini sama sekali tidak menyenangkan bagi Anggraini.Anggraini tidak bisa fokus. Pikirannya tidak bisa lepas dari cerita Asyif dan Haruka. Misteri kematian Haruka yang janggal menurut Asyif membuat Anggraini menjadi over thinking juga."Bunuh diri? Hah? Kok bisa?" tanya Anggraini tak percaya.Asyif mengembangkan tangannya sambil mengangkat bahu. Namun terlihat dari ekspresi wajahnya tak bisa disembunyikan kalau dia sangat sedih."Aku juga tidak tau. Semua terjadi begitu saja. Karena kejadian ini tidak terjadi di lingkungan kampus, maka berita ini tidak terlalu banyak yang tahu. Lagipula Haruka tidak terlalu populer dan masih mahasiswa baru di kampus. Aku sendiri tahu setelah aku mendatangi kost tempat tinggalnya karena dia tidak masuk selama hampir satu minggu," tutur
"Kak Asyiiif!!" Asyif menyunggingkan senyum mendengar seruan yang ditujukan kepadanya itu."Ayo masuk sini!"Seorang perempuan menyongsongnya hingga ambang pintu dan menarik tangan pria itu hingga mereka kini ada di samping ranjang."Duduklah, Kak!" kata wanita itu mempersilahkan Asyif untuk duduk di atas ranjang hotel.Asyif manut dan duduk di sisi ranjang yang ditepuk oleh perempuan itu."Mana suamimu?" tanya Asyif lagi.Kali ini mata Asyif jelalatan menatap sudut ke sudut kamar pengantin itu. Kamar itu bernuansa putih dengan bunga-bunga sintetis yang terangkai dengan sangat estetik di setiap sudut kamar."Oh, dia tadi diajak pihak WO untuk memilih beberapa ornamen tambahan buat acara besok," jawab Sahira, sepupunya Asyif yang hendak menikah esok hari.Asyif manggut-manggut mendengar jawaban Sahira itu."Om Mahyudin mana?" tanya Asyif lagi.Sungguh, dia sangat bosan dengan acara keluarga seperti ini. Harus berbasa-basi dengan banyak anggota keluarga lain. Bahkan Asyif menanyakan ke
Anggraini sedang berada di samping balkon rumahnya sambil menatap tajam rumah milik suaminya beserta keluarga simpanannya itu. Rumah itu terang di teras samping hingga ke depan karena lampu teras sengaja dinyalakan selama si empunya rumah sedang pergi liburan, namun berbeda halnya dengan bagian dalam rumah yang terlihat gelap tak diterangi sinar dari satu lampu pun.Anggraini sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Satu sisi hatinya menyuruh dia nekad masuk ke dalam rumah tak berpenghuni itu, sementara sisi lain dari hatinya melarang ia melakukan tindakan berbahaya nan melanggar hukum itu.Setengah jam kemudian entah mendapat keberanian dari mana, Anggraini tiba-tiba saja sudah berada di belakang rumah. Sebelumnya Anggraini sengaja mematikan lampu belakang untuk meminimalisir cahaya yang dapat dengan mudah mengekspos dirinya dari segala arah. Tidak terlalu gelap karena dari lampu teras rumah Teguh cukup membantunya melihat sekeliling. Hingga akhirnya di depan tembok pembatas kedua ru
Anggraini masih berada di kamarnya Teguh dan Merry sedang memandang tak percaya pada objek salah satu lemari yang berhasil dia buka secara paksa. Oh my, God! Ini menjijikkan!!!Dengan tangan gemetar Anggraini meraih satu persatu kotak kaset DVD itu, dan memeriksa sampulnya. Tak berharap kalau semua kaset itu berisi setiap rekaman vidio yang sengaja didokumentasikan oleh Teguh ketika berhubungan badan dengan Merry.Gila, ini gila! Sekarang Anggraini bahkan merasa paranoid takut kalau Teguh diam-diam telah merekamnya ketika mereka sedang berhubungan intim tanpa sepengetahuannya.Anggraini sadar ia tidak bisa mengambil semua kaset VCD itu dan menontonnya satu persatu. Oleh karena itu Anggraini hanya mengambil dua kaset VCD yang letaknya berada di tumpukan paling bawah lemari itu.Anggraini bermaksud ingin meninggalkan tempat itu. Ia sudah berhasil mengantongi bukti rekaman vidio yang berhasil dia dapat dari handycam dan dua keping kaset VCD yang sebenarnya Anggraini juga tidak yakin is
"Masyaallah, gagahnya anak Ummi," puji Ummi kala melihat Asyif sudah berpakaian rapi.Pria matang itu memang terlihat sangat tampan dalam balutan baju batik yang dipakainya dalam resepsi pernikahan Sahira."Iyalah. Anaknya Ummi sudah pasti tidak boleh diragukan lagi kegantengannya," kekeh Asyif sembari menyisir rambutnya di depan cermin.Reaksi kagum yang ditujukan Ummi tadi langsung berubah menjadi cibiran."Ganteng doank tapi nggak laku," ledek Ummi.Asyif spontan tertawa mendengar bahasa Ummi yang seperti anak muda itu. Entah dari mana Ummi dapat kosa kata 'doank' itu."Hahaha, bukan nggak laku, Ummi. Belum ketemu aja jodohnya," jawab Asyif ngeles."Heleh, alasan aja kamu tuh! Kalau memang laku, coba buktikan sama Ummi!" "Ya sabarlah, Ummi. Gitu doank minta buktikan segala, huuu!!" Asyif memonyongkan mulutnya."Ya iyalah. Katanya laku, coba buktikan kamu bisa dapat perempuan di pestanya Sahira nanti. Pasti banyak tuh temannya Sahira dan keluarga, atau kenalannya suaminya Sahira ya