[Mas, aku Anggre. Aku … maaf aku lupa pamitan sama Mas tadi malam. Aku diundang dadakan sama temanku. Mas lagi tidur soalnya.]Teguh mendengarkan penjelasan Anggraini yang meneleponnya pagi ini. Dia memang sedari tadi sedang menunggu kabar dari Anggraini."Sophia menelepon tadi malam. Katanya kamu pergi ke klub malam," sela Teguh sebelum Anggraini mengatakan lebih banyak lagi alasan.Anggraini yang sedang berada di rumah Asyif sedikit terkejut. Dia sama sekali tidak mengira kalau Sophia telah menelepon Teguh duluan tadi malam. Astaga apes! Anggraini tidak mempertimbangkan ini sebelumnya.Anggraini tahu itui adalah bentuk kepedulian Sophia padanya. Mungkin gadis itu khawatir setelah Anggraini mengajaknya ke klub malam namun tidak bisa menemaninya."Ahh, ya. Eumm, maafkan aku, Mas. Aku memang tadinya berniat mengajak Sophia clubbing karena aku lagi stress setelah bertengkar dengan kamu. Maafin aku," aku Anggraini.Teguh menghela napas. Dia sedang tidak berenergi memarahi Anggraini saat
"Jadi sekarang aku adalah temanmu?"Pertanyaan seseorang di belakangnya hampir saja membuat Anggraini melonjak kaget. Dia baru saja mengakhiri panggilan telepon dengan Teguh secara sepihak dan kini seseorang mengejutkannya."Kau?" Lagi-lagi Asyif.Anggraini mengelus dadanya."Waktu sholat Subuh sudah hampir habis. Kamu tidak lihat hari sudah mulai terang? Dan kamu belum sholat Subuh sama sekali?" tegur Asyif.Anggraini mengedipkan matanya berulang-ulang kali. Dia tidak percaya laki-laki ini akan menegurnya untuk masalah tidak masuk akal seperti ini. Memangnya dia pikir di siapa? Bahkan Teguh yang adalah suaminya sendiri tidak pernah mengurus amal ibadahnya seperti sholat begini. Ini bahkan orang lain yang bukan siapa-siapa malah sok ngatur."Tuan, aku berharap kamu ingat bahwa aku bukan orang yang bekerja denganmu sungguhan. Jadi berhentilah mengatur aku.Tadi malam aku mabuk, aku belum mandi. Aku merasa belum pantas untuk sholat. Kenapa kau harus menegurku seperti itu? Pergilah, jan
"Maksudmu?"Anggraini bertanya dengan kening yang mengerut.Asyif tidak menghiraukan respon Anggraini. "Sudahlah, sekarang bisa kau siapkan piring untuk nenek? Tempatnya ada di situ," tunjuk Asyif pada sebuah rak piring kaca."Jangan mengalihkan pembicaraan!" tukas Anggraini. "Jelaskan padaku sejelas-jelasnya! Katamu kau bersahabat baik dengan Mas Teguh? Kapan? Kapan? Jangan mengarang cerita deh! Kalau kau adalah sahabatnya aku pasti tahu. Tapi sejak aku mengenalnya aku tak pernah tahu kalau dia punya sahabat dekat apalagi itu dirimu. Aku bahkan tak mengenalmu!"Asyif menggulung bibirnya. Tadinya dia ingin mengatakan sesuatu yang bisa membungkam Anggraini, namun kemudian dia urung melakukannya."Oh begitu? Baiklah, kalau begitu lupakan saja! Sepertinya aku yang salah," jawab Asyif.Anggraini tertegun. Ia melihat Asyif yang mengambil sebuah piring dari rak dan menaruh dua buah pisang rebus di sana. Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Asyif segera meninggalkan Anggraini dan membawa pisan
"Mas, kok melamun terus dari tadi? Ada masalah yang sedang Mas pikirin ya?" tanya Merry.Di tangan wanita paruh baya itu tertenteng sebuah toples bening berisi cemilan yang baru saja dia bawakan dari dapur."Astaga, kita nanya bukannya dijawab malah dikacangin. Hey, Mas!" Kali ini Merry menepuk pundak suaminya. Teguh tersentak kaget."Eh, apa tadi?" Merry menatap Teguh dengan wajah manyun."Jadi dari tadi aku ajak Mas ngomong, Mas sama sekali nggak dengarin aku?" tanyanya dengan nada merajuk.Teguh garuk-garuk kepala sambil menggeleng bingung."Memang kamu ngomong apa?"Merry ditanya begitu malah semakin memanyunkan bibirnya. Sedari tadi sejak Teguh sampai setelah hampir seminggu mereka tidak bertemu bukannya lepas kangen pria itu malah sibuk melamun seperti ada masalah serius yang dipikirkannya. "Nggak, nggak ada apa-apa. Aku cuma tanya kenapa Mas sedari tadi melamun terus. Mas ada yang dipikirin?" tanya Merry sambil mendekatkan diri pada Teguh.Merry seperti biasanya memang palin
"Yeni … Yeni …"Anggraini menghembuskan napas sedikit kesal mendengar Ibu Haji memanggil-mnggil dirinya. Masih mending jika memang benar namanya yang disebut, namun masalahnya orang tua itu bahkan menyebut nama lain.Tadinya orang tua Asyif memperkenalkan dirinya pada Ibu Haji dengan nama Reni, tetapi entah mengapa di telinga lansia itu nama itu berubah menjadi Yeni. Dan kini Anggraini harus mendengar nama itu sepanjang malam. Oh, siaaal …"Yeni, kamu di mana, Nak? Saya mau buang air kecil," kata orang tua itu.Anggraini tak bisa diam saja kali ini. Ini sudah sangat mengganggu ketenangannya. "Ibu Haji! Ibu Haji kan sudah pakai diapers. Kan bisa kencing di situ saja," protes Anggraini di telinga orang tua itu.Orang tua itu malah terlihat girang saat Anggraini menampakkan dirinya."Daiper, apa itu?" tanyanya dengan begitu polosnya."Popok. Popok yang Ibu Haji pakai! Itu namanya diapers!" jawab Anggraini agak meninggikan suaranya."Oo … betul juga. Maaf saya lupa," kekehnya.Anggraini
"Ayo buruan! Kalau kamu lama begitu, aku nggak jadi antarin kamu loh," kata Asyif dengan nada mengancam.Anggraini tergopoh-gopoh mengikuti langkah pria itu. Sementara orang tua Asyif terheran-heran melihat kelakuan kedua orang itu."Hei! Hey, mau kemana kalian? Mbak? Mbak Angraini! Asyif!" panggil Umminya Asyif turut mengejar dari belakang."Asyif mau antarin Anggraini pulang, Ummi. Anaknya sakit. Dia harus pulang sekarang," bohong Asyif.Umminya Asyif langsung beralih pandang pada Anggraini. Sementara Anggraini terkejut mendengar kebohongan Asyif itu.Anggraini sudah tiga hari berada di rumah ini. Sebenarnya di hari pertama berada di sini pun Anggraini sudah tidak betah tinggal di sini, namun siapa yang sangka sering menunaikan sholat karena wajib untuk meyakinkan orang tua Asyif bahwa dia adalah seseorang perawat lansia rupanya membuat wanita itu mendapatkan ketenangan jiwa sehingga dia memutuskan untuk tinggal selama beberapa hari lagi.Namun pagi ini Anggraini terkejut ketika Asy
"Siapa dia, Anggre? Kamu nemu dia di mana?" tanya Sophia pada Anggraini.Anggraini menghela nafas mendengar pertanyaan Sophia yang bertubi-tubi kepadanya itu."Tadi kan kamu sudah kenalan sama dia. Dia Asyif," jawab Anggraini dengan malas sambil tangannya mendorong pagar rumah Sophia."Iya, aku tadi dengar dia namanya Asyif. Tapi maksud aku tuh kamu ketemu dia di mana? Ganteng banget, sumpah! Eh, tunggu, tunggu, jangan bilang kalau kamu dan dia ada … "Sophia tidak meneruskan kalimatnya. Sebaliknya gadis itu malah menatap Anggraini dengan mata yang memicing curiga. Anggraini menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu dan berbalik badan melihat pada Sophia."Maksud? Ada apa memangnya antara aku dan dia?" Anggraini malah balik bertanya sambil mengernyitkan kening.Sophia memutar bola matanya untuk memikirkan jawaban yang masuk akal."Ya, kali aja kamu dan dia ada affair, ya kan?" katanya sambil memelankan suaranya.Anggraini tertawa kecil mendengarnya. Wanita itu kemudian memuta
"Sepi, Nggre," kata Sophia pada Anggraini tatkala keduanya memasuki pekarangan rumah Teguh dan Anggraini."Ya iyalah. Mas Teguh sudah pasti tidak akan ada di rumah kalau hari kerja seperti ini," jawab Anggraini sekedarnya.Wanita berusia 30 tahunan itu menepuk jidatnya sendiri ketika dia sadar, dia sama sekali tidak memegang kunci saat ini. Jangankan kunci, seluruh harta yang dia punya, tas, ponsel bahkan pakaian pun telah dia tinggalkan begitu saja di klub malam ketika dia sedang mabuk tempo hari."Kenapa?" tanya Sophia bingung melihat ekspresi hopeless yang ditunjukkan oleh Anggraini."Kunci, Phi. Kunci rumah aku nggak punya. Ketinggalan di klub semua sama tas aku," keluhnya."Lah terus gimana donk? Kamu nggak punya kunci cadangannya apa? Ditaruh di bawah keset atau di mana gitu seperti orang-orang?" tanya Sophia mencoba memberi solusi atas permasalahan yang tengah dihadapi oleh Anggraini saat ini.Anggraini menggeleng lemah. Yang menempati rumah ini hanya dirinya dan Teguh. Sedang