Share

Bab 148

“Maaf, Dok. Tapi suaminya tidak bisa dihubungi. Kalau bisa, dokter lakukan saja yang terbaik. Saya ikut saja,” kata Anggraini terbata.

“Baik, Bu. Tapi ibu kalau memang benar keluarganya, ibu harus mengisi beberapa formulir dan surat pernyataan bahwa ibu adalah orang yang memberikan ijin dan persetujuan untuk tindakan ini dan jika terjadi sesuatu pada pasien, maka pihak keluarga tidak akan menuntut pihak rumah sakit atas apa yang terjadi,” tutur dokter tersebut.

Napas Anggraini naik turun mendengar hal tersebut sambil ia melihat pada Asyif seperti meminta pendapat pria itu.

Asyif mengangguk untuk meyakinkan. Bagaimanapun menyelamatkan satu nyawa lebih baik daripada tidak sama sekali.

“Aku takut …” gumam Anggraini.

Siapapun yang ada di posisi ini pasti akan bimbang. Asyif paham itu. Apalagi Anggraini sering berinteraksi dengan Merry.

“Nggak apa-apa, Anggre. Kalau terjadi sesuatu di kemudian hari aku akan ikut mendampingi kamu. Jangan khawatir,” kata Asyif lagi-lagi memberi penguatan.

A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Erni Rosita
jangan ...sampai anggre disalahkan..teguh emang kasar ..anggre aja kan pernah di tendang..yang di takutkan justru mertua si anggre yg menyalahkan anggre...yaaa merry meningggal karena ke egoisan nya yg ingin memiliki teguh seutuh nya, malah jd berakibat fatal
goodnovel comment avatar
Tyo Limin
mg gak berakibat buruk pd anggre jgn sampai gagal cerai
goodnovel comment avatar
Nunnn
duhhhh... maut ditangan suamii nanti anggre disalahkan enggak nih....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status