“Tapi? Tapi apa?”“Umm … tapi aku tidak bisa membeberkan itu, Pak. Kalau bisa kita cari jalan lain saja,” pinta Anggraini.Pak Bagas mengernyitkan keningnya.“Tapi memang ada?” tanyanya dengan nada setengah berharap.Sungguh ini tadinya hanya dia yang berandai-andai, tapi di luar ekspektasinya sepertinya video asusila yang dia pikir mungkin tidak ada kalau dilihat dari gelagat kliennya ternyata besar kemungkinannya ada.Anggraini sendiri merasa bimbang dan gundah gulana. Bagaimanapun dia tidak berharap bisa menggunakan itu sebagai bukti kuat dalam sidang cerainya. Selain saat ini dia masih resmi menjadi istrinya Teguh, Anggraini berpikir jauh ke depan tentang anak-anak dari pria itu dengan istri keduanya.Sangat disayangkan memang Anggraini tidak bisa masa bodo untuk hal ini. Harusnya dia abaikan saja nasib anak-anak itu. Toh bukan anaknya, dan ibu dari anak-anak itu jelas-jelas sudah merebut apa yang menjadi miliknya. Tapi … kalau dipikir-pikir lagi Shakila dan calon adiknya tidak s
“Saudari Anggraini?”Anggraini mengernyitkan kening saat salah seorang anggota polisi itu menyebutkan namanya. Kira-kira untuk urusan apa mereka datang ke sini mencarinya? Dan … begitu ia membuka pintu nama yang disebut adalah dirinya bukan pemilik apartemen yang mana itu adalah Sophia.“I-iya, saya sendiri, Pak? Kenapa ya?” tanya Anggraini gugup.Anggraini yang sedang berada di kamar mendengar ada suara berisik yang berasal dari lebih dari satu orang. Harusnya itu bukan suara dari seorang security apartemen atau salah seorang dari tetangganya, bukan?“Siapa, Anggre?”Reaksi yang ditunjukkan oleh Sophia sama dengan Anggraini yakni bingung dan heran.“Dengan saudari Sophia?” Kali ini pertanyaan itu pun dilayangkan kepada Sophia yang langsung disahuti Sophia dengan anggukan.“Iya, saya sendiri. Kenapa ya, Pak?”Petugas polisi itu dengan beberapa timnya langsung menjelaskan tujuan mereka datang ke tempat itu, yakni untuk menjemput Anggraini untuk dimintai keterangan terkait tersebarnya
Anggraini terhenyak mendengar penjelasan dari petugas kepolisian tersebut. Sebelumnya ketika dia menemukan begitu banyak kaset DVD di rumah suaminya dan istri keduanya itu, Anggraini sebenarnya tak kalah terkejutnya. Namun, saat mendengar informasi ini Anggraini lebih-lebih terkejutnya. Jadi semua itu tak hanya koleksi semata melainkan dia pergunakan untuk kepentingan komersial juga? Anggraini merasa lemas setengah mati. Ia bahkan tidak tahu karena tidak sempat memeriksa semuanya waktu itu bahwa ternyata di dalam tumpukan video itu ada juga video yang didokumentasikan bersama dirinya. Setega itu Teguh? Kapan dia mengambil video itu? Dan … apakah pria itu mengambil diam-diam aktivitas ranjang mereka demi uang juga?“Pak, maaf. Aku rasa mungkin ada kesalahan di sini. Sejujurnya, ya, saya akui yang berada di dalam video itu adalah benar saya dan suami saya. Saya juga tidak tahu kapan dan bagaimana dia merekam moment itu. Tapi meski begitu saya tetap harus berpositif thinking bahwa itu
“Kesialan?” gumam Anggraini mengulang kata yang baru saja diucapkan Merry kepadanya itu.“Ya, apalagi yang membuat sial selain punya istri yang tidak berguna sama sekali? Sudah tidak bisa memberikan keturunan di lain kesempatan malah membuat suaminya sendiri menjadi buron karena video kalian yang tidak punya adab itu,” ucap Merry geram.Anggraini mengernyitkan kening.“Aku tidak tahu apa maksudmu mengatakan itu. Tapi aku yakin kau lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kau ingat saat kalian ada di Pangandaran dan pulang dari sana kau menemukan rumahmu sudah dimasuki oleh orang lain? Itu aku. Coba tebak apa yang kutemukan saat aku membongkar lemarimu itu?” tantang Anggraini.Merry menatap Anggraini geram. Posisinya sekarang sedang berdiri di dekat jeruji besi tempat di mana Anggraini sedang duduk bersandar di dalam sel tersebut.“Andai kutahu akan begini, harusnya waktu itu aku yang melaporkan dia terlebih dahulu sehingga aku tak perlu mengalami hal ini. Kau tahu Merry? Kau sama tidak
Anggraini mendongakkan kepala ketika mendengar langkah seseorang mendekat ke arah selnya. Ia tidak berharap Merry lagi yang akan datang menemuinya. Sungguh bertemu dengan wanita itu adalah suatu hal yang sangat menguras banyak energinya saat ini. Bukan karena dia tidak bisa melawannya melainkan Anggraini ketika bertemu dengannya harus banyak-banyak mengalah dan menahan sabar karena yang dia hadapi adalah ibu dari seorang anak kecil yang sedang sedang mengandung pula.Dan untungnya yang datang bukanlah dia seperti harapan Anggraini, melainkan Sophia yang datang untuk membawakannya beberapa pasang pakaian sederhana dan makanan yang pastinya sudah diperiksa di pos depan.“Kalian boleh bicara selama 15 menit. Ingat, jangan melakukan hal yang macam-macam!” kata petugas polisi itu pada Sophia dan Anggraini.“Gimana keadaan kamu, Nggre?” tanya Sophia sambil berjongkok di depan sel Anggraini.Sel itu hanya diisi oleh Anggraini, dan tempatnya pun tak jauh dari meja piket polisi. Tidak seburuk
Malam telah larut, namun Merry tidak dapat memejamkan matanya. Dia tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana nasib dia dan anak-anaknya ke depannya.Saat ini Teguh suaminya sedang dalam pengejaran polisi. Jujur saja sebagai seorang yang telah mengenal lama Teguh dari zaman masa sekolah hingga saat ini, rasanya sulit baginya untuk percaya bahwa Teguh akan tersangkut paut pada kasus sekotor ini.Merry berpikir kalau semua kaset-kaset berisikan adegan tak senonoh yang dia temukan di dalam lemari mereka yang selama ini tidak diijinkan oleh Teguh untuk dibuka, tak lebih dari sekedar koleksi biasa para lelaki nakal. Siapa yang sangka kalau suaminya itu ternyata punya bisnis terselubung yang dia tidak tahu selama ini.Sebuah bisnis kotor yang bergerak di bidang po**og aksi. Ketika Merry memutuskan untuk membuangnya beberapa waktu lalu di tempat pembuangan akhir sampah beberapa waktu lalu, Merry memang menyisihkan salah satu kaset yang dia pikir bisa dia gunakan sebagai alat untuk membalas
“Hah? Demi aku, Anggraini dan anak-anak?” gumam Merry mengulangi kata-kata Teguh. “Ga salah? Sejak kapan aku pernah menyuruh Mas melakukan semua itu? Nggak tahu dengan Anggraini, tapi tolong jangan mengatasnamakan aku, ataupun Shakila dan calon adeknya sebagai alasan Mas berbuat demikian. Kami nggak tahu apa-apa, tapi sekarang lihat?! Kami juga kena dampaknya!” Teguh melipat tangannya di depan dada. Ia sepertinya cukup kesal pada Merry daat ini. Wanita itu menanyakan apa alasannya tapi ketika dia memberitahunya malah dia yang tidak terima.“Oh ya? Kamu pikir dengan gajiku saja di Singapura cukup untuk membelikan kamu dan Anggraini rumah? Aku ini hanya pegawai, Mer. Bukan seorang bos apalagi CEO. Jika hanya karena gajiku saja yang tidak seberapa itu, kau pikir aku akan bisa bolak balik Singapore-Indo setiap weekend? Ya, itu demi kalian. Kau harus terima dan mengerti itu.”Merry tertawa frustasi mendengar alasan Teguh yang menurutnya konyol itu.“Aku harus mengerti, Mas? Lalu kamu send
“Kenapa kau melakukan itu?!” tanya Teguh dengan geram sambil tangannya meraih dan mencengkram leher baju Merry keras-keras.Merry melirik ke arah tempat tidur, di mana Shakila sedang tertidur. Anak kecil itu sebenarnya sudah punya kamar sendiri tepat di sebelah kamar ayah dan bundanya. Namun selama Teguh tidak pulang-pulang karena menjadi buronan polisi, Merry yang sedang hamil dan mengalami sedikit gangguan kecemasan mengajak Shakila untuk tidur di kamarnya.“Pelankan suaramu, Mas. Shakila akan terbangun nanti,” kata Merry sambil menurunkan volume suaranya juga.Teguh ikut melihat ke arah tempat tidur dan mengakui apa yang dikatakan oleh Merry itu ada benarnya. Gadis kecil itu terlihat bergerak-gerak gelisah.Teguh tak punya pilihan lain selain menyeret Merry ke tempat yang tidak menganggu tidur Shakila. Kamar mandi adalah tempat yang Teguh kira cukup untuk meredam suara pertengkaran mereka.“Mas, kamu mau apa?” tanya Merry panik ketika Teguh memaksanya masuk ke dalam kamar mandi dan