Sepuluh tahun yang lalu.“Haruskah kita membuang waktu untuk hal ini? Menyebalkan sekali.”Sosok Vino yang masih muda tampak mengomel, sambil melirik beberapa teman SMA-nya yang jalan di depannya. Di mana katanya mereka akan menunjukkan sesuatu yang menyenangkan padanya di tempat tujuan mereka nanti.“Tunggu aja, Vin. Gue senang lo pasti bakal suka banget sama tempat tujuan kita kali ini. Sesuatu yang nggak bakal lo dapetin di Amerika tempat lo kuliah itu,” sahut salah satu dari ketiga temannya itu dengan santai.“Bener, Vin. Gue yakin ini bakal jadi sesuatu yang bakal berkesan dalam masa liburan lo ini,” timpal yang lain.Bicara soal liburan, ya, benar. Saat ini Vino tengah menjalani liburan liburan di sela kuliahnya. Pria itu tengah mengenyam study S2 jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas ternama di Amerika, setelah menyelesaikan S1-nya di kampus yang sama setahun yang lalu. Karena ada waktu libur selama dua minggu maka disempatkannya untuk mengunjungi keluarga serta be
Untuk pertama kalinya Vino merasa tertarik dengan seorang wanita. Seseorang yang menurutnya hanya akan muncul sekali di hidupnya, sehingga kalau tidak memastikannya sekarang mereka mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Seseorang yang pasti akan membuatnya kepikiran dan menyesal seumur hidup kalau tak dipertahankan.Sehingga itu sebabnya pria itu bangkit dari tempat duduknya. Ia bergegas menyusul pergi sang wanita yang pergi dengan dua teman wanitanya.“Hey, gadis pemberani!”Vino berteriak padanya saat melewati pintu kafe. Namun sepertinya gadis itu tak mendengarnya.“Hey, gadis jagoan dengan kaos kuning dan rok mini denim!”Itulah saat akhirnya langkah perempuan itu dan kedua temannya terhenti. Mereka serempak berbalik, sehingga melirik sosok pemuda asing itu. Sehingga untuk pertama kalinya mata mereka berdua saling bertemu.Vino sedikit menyeringai. Segera ia menghampiri perempuan yang menatapnya agak waspada itu. Ia mungkin berpengalaman digoda dan diajak kenalan oleh pria asing,
Kembali ke masa sekarang.Soraya dan Vino kini ada di ruangan Gilang. Tangan Soraya tengah diobati oleh salah satu perawat karena ada sedikit cakaran yang diterimanya dari perdebatan dengan Ratu tadi. Mereka meninggalkan Naka pada Indah yang tadi juga langsung datang beberapa saat setelah kekacauan. Membiarkan Nala untuk melihat adiknya lagi.Terjadi keheningan. Apalagi karena Gilang langsung mencoba melarikan diri lagi dari mereka dengan alasan harus memeriksa pasien. Menyisakan hanya sepasang suami istri itu saja setelah perawat tadi menyelesaikan tugasnya dan undur diri.Kembali hening.Sebab sebenarnya baik Vino maupun Soraya sama-sama memiliki gejolak emosi di dalam diri mereka. Mereka punya pemikiran masing-masing setelah renungan panjang yang mereka lakukan.“Haruskah aku melakukan taktik licik untuk menyingkirkan Ratu. Atau… haruskah aku membunuhnya?”Di satu titik Vino menggumamkan hal tersebut. Dengan cepat membuat Soraya mengalihkan pandangan kepadanya.“A-Apa?”“Jelaskan p
Kedua orang itu kembali larut dalam keheningan. Apalagi setelah lagi-lagi Soraya memilih untuk diam saja saat Vino kembali menyatakan kalau dirinya tak pernah berselingkuh. Sang istri ternyata masih juga belum percaya.“Tapi sebenarnya… sejak kapan pertemuan kamu dengannya?” tanya Soraya setelah keheningan selama beberapa saat.“Pertemuan? Pertanyaan seperti apa itu?” Vino tertawa miris bercampur lesu. “Tentu aku hanya tahu soal dia saat dia dikenalkan sebagai sekretarisku yang baru, beberapa bulan sebelum kita menikah.”“Benar baru di saat itu?”“Tentu saja? Memangnya apa pemikiran kamu? Kamu mikir aku udah kenal lama sama dia dan bahkan berselingkuh dari kamu sejak zaman kira pacaran, begitu? Jangan bilang kamu sampai berhalusinasi mikir kalau aku menerimanya bekerja denganku karena aku sudah lama berhubungan dengannya. Apa kamu sampai berpikir serendah itu terhadapku.”Soraya kembali diam saja.Namun, sebenarnya dia menanyakan ini bukan karena hendak mencurigai Vino melainkan untuk
Fadly dengan cepat menghentikan mobilnya di depan gedung Rumah Sakit Brahmadja. Sempat ia agak waspada melihat ke sekitar, sebelum menaikkan tudung hoodie yang ia kenakan. Lantas bergegas memasuki pos satpam yang terletak di depan gedung.“Selamat siang, Mas. Saya….” Ucapan Fadly terpotong saat matanya menangkap sosok familier Ratu yang tertidur di tempat duduk bagian dalam pos. “Saya teman yang tadi ingin menjemput pulang wanita itu.”“Oh, akhirnya Anda datang. Tolong segera dibawa ya, Mas. Mbak ini terus membuat kegaduhan sejak tadi. Ngerepotin banget,” omel pria dengan seragam satpam itu.“Baik, Mas. Sekali lagi maafin ulah teman saya ya, Mas.”Fadly pun memasuki pos yang hanya berukuran 4x4 meter itu. Sedikit berlutut untuk menggoyang-goyangkan badan Ratu.“Ratu? Ratu!”Perempuan itu tak langsung sadar di kesempatan pertama.“Ratu, bangun. Kamu kutinggal aja ya di sini? Bangun!”Akhirnya setelah beberapa menit, barulah wanita itu membuka matanya yang sangat sayu. Dan astaga, janga
Dua minggu kemudian.“Belakangan ini begitu sepi. Arvino tidak melakukan apapun selain bolak-balik ke kantor, sementara Soraya tidak pernah ke luar rumah sama sekali. Terutama dia tidak pernah lagi pergi berkonsultasi dengan pengacaranya mengenai keinginannya untuk menuntut cerai.” Fadly bergumam bosan sambil menimang-nimang ponsel di tangannya. “Tapi mereka jadi bercerai, kan? Gimana kalau perempuan itu berubah pikiran karena kondisi Naka sebelumnya?”Yang ditanya, Ratu, tampak diam saja. Karena dia sendiri tampak berfokus dengan pemikirannya sendiri kini. Karena dia juga pusing sendiri dengan minimnya perkembangan akan rencananya selama dua pekan ini.“Ratu, kenapa kamu diam saja? Gimana menurutmu kalau mereka beneran nggak jadi cerai? Bagaimana dengan bagianku? Karena sejak awal aku telah melakukan banyak hal untuk membantu kamu melancarkan rencana kamu. Jangan sampai kamu mencurangiku,” ucap Fadly lagi kepadanya.“Nggak akan,” sahut Ratu singkat.“Nggak akan apa? Kamu nggak akan m
[+62852XXXXXXX6: Dasar wanita tidak tahu malu. Wanita murahan. Wanita rendah yang gila akan harta.][+62852XXXXXXX6: Kenapa kamu terus saja mengaku-ngaku sebagai ibu dari anakku? Kenapa kamu masih dengan tidak tahu malu bertahan dengan suami yang telah mengkhianatimu? Berhentilah menjadi sok malaikat lalu katakan yang sebenarnya.][+62852XXXXXXX6: Ini pasti memang demi mempertahankan hak warisan Nala sebagai keturunan pertama, iya, kan? Hey, itu adalah hak Naka karena dia dilahirkan lebih dulu. Dia juga anak laki-laki Mas Vino satu-satunya sehingga kamu tak berhak untuk mengalihkan haknya sebagai pewaris demi putri kamu itu.][+62852XXXXXXX6: Dasar wanita siluman. Tunggu saja sampai Naka tahu kebenarannya nanti, maka dia pasti akan membenci kamu. Dia akan tahu kalau kamu nggak lebih dari seorang ibu tiri kejam yang menjauhkannya dari ibu kandungnya. Aku akan pastikan kalau kamu pasti akan segera mendapatkan ganjarannya.]Soraya memejamkan matanya. Sekuat tenaga dia mencoba untuk menge
“Undangan pesta kolega?”Soraya bertanya heran pada Vino yang menyampaikan suatu kabar padanya sepulang ia bekerja sore ini. Di mana pria itu tadi tampak sedikit ragu-ragu untuk menyampaikannya.“Hm… begitulah. Seperti biasa mereka selalu menganjurkan untuk membawa pasangan.” Vino kembali dengan hati-hati mengatakan itu sambil terus memantau ekspresi Soraya. “Tapi… kalau kamu mau ya nggak papa. Kamu nggak usah ikut. Nanti aku bisa bikin alasan kamu sibuk atau sebagainya.”Soraya masih saja diam dan berpikir. Ekspresinya tampak sangatlah serius. Hal itu membuat sang pria semakin gugup saja, sehingga terlihat jelas dari raut wajahnya.“Apa Pak Sandy dari Brigo juga akan diundang ke acara itu?”Vino tampak sedikit mengernyitkan dahinya heran. “Kenapa kamu bertanya soal dirinya --“ Ekspresi Vino berubah lagi setelahnya. “Enggak deh kayaknya. Ini bukan kolega yang berhubungan dengan perusahaannya.”Vino baru ingat kalau awal pertemuannya dengan Ratu adalah di pesta salah satu kolega juga.