Untuk pertama kalinya Vino merasa tertarik dengan seorang wanita. Seseorang yang menurutnya hanya akan muncul sekali di hidupnya, sehingga kalau tidak memastikannya sekarang mereka mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Seseorang yang pasti akan membuatnya kepikiran dan menyesal seumur hidup kalau tak dipertahankan.Sehingga itu sebabnya pria itu bangkit dari tempat duduknya. Ia bergegas menyusul pergi sang wanita yang pergi dengan dua teman wanitanya.“Hey, gadis pemberani!”Vino berteriak padanya saat melewati pintu kafe. Namun sepertinya gadis itu tak mendengarnya.“Hey, gadis jagoan dengan kaos kuning dan rok mini denim!”Itulah saat akhirnya langkah perempuan itu dan kedua temannya terhenti. Mereka serempak berbalik, sehingga melirik sosok pemuda asing itu. Sehingga untuk pertama kalinya mata mereka berdua saling bertemu.Vino sedikit menyeringai. Segera ia menghampiri perempuan yang menatapnya agak waspada itu. Ia mungkin berpengalaman digoda dan diajak kenalan oleh pria asing,
Kembali ke masa sekarang.Soraya dan Vino kini ada di ruangan Gilang. Tangan Soraya tengah diobati oleh salah satu perawat karena ada sedikit cakaran yang diterimanya dari perdebatan dengan Ratu tadi. Mereka meninggalkan Naka pada Indah yang tadi juga langsung datang beberapa saat setelah kekacauan. Membiarkan Nala untuk melihat adiknya lagi.Terjadi keheningan. Apalagi karena Gilang langsung mencoba melarikan diri lagi dari mereka dengan alasan harus memeriksa pasien. Menyisakan hanya sepasang suami istri itu saja setelah perawat tadi menyelesaikan tugasnya dan undur diri.Kembali hening.Sebab sebenarnya baik Vino maupun Soraya sama-sama memiliki gejolak emosi di dalam diri mereka. Mereka punya pemikiran masing-masing setelah renungan panjang yang mereka lakukan.“Haruskah aku melakukan taktik licik untuk menyingkirkan Ratu. Atau… haruskah aku membunuhnya?”Di satu titik Vino menggumamkan hal tersebut. Dengan cepat membuat Soraya mengalihkan pandangan kepadanya.“A-Apa?”“Jelaskan p
Kedua orang itu kembali larut dalam keheningan. Apalagi setelah lagi-lagi Soraya memilih untuk diam saja saat Vino kembali menyatakan kalau dirinya tak pernah berselingkuh. Sang istri ternyata masih juga belum percaya.“Tapi sebenarnya… sejak kapan pertemuan kamu dengannya?” tanya Soraya setelah keheningan selama beberapa saat.“Pertemuan? Pertanyaan seperti apa itu?” Vino tertawa miris bercampur lesu. “Tentu aku hanya tahu soal dia saat dia dikenalkan sebagai sekretarisku yang baru, beberapa bulan sebelum kita menikah.”“Benar baru di saat itu?”“Tentu saja? Memangnya apa pemikiran kamu? Kamu mikir aku udah kenal lama sama dia dan bahkan berselingkuh dari kamu sejak zaman kira pacaran, begitu? Jangan bilang kamu sampai berhalusinasi mikir kalau aku menerimanya bekerja denganku karena aku sudah lama berhubungan dengannya. Apa kamu sampai berpikir serendah itu terhadapku.”Soraya kembali diam saja.Namun, sebenarnya dia menanyakan ini bukan karena hendak mencurigai Vino melainkan untuk
Fadly dengan cepat menghentikan mobilnya di depan gedung Rumah Sakit Brahmadja. Sempat ia agak waspada melihat ke sekitar, sebelum menaikkan tudung hoodie yang ia kenakan. Lantas bergegas memasuki pos satpam yang terletak di depan gedung.“Selamat siang, Mas. Saya….” Ucapan Fadly terpotong saat matanya menangkap sosok familier Ratu yang tertidur di tempat duduk bagian dalam pos. “Saya teman yang tadi ingin menjemput pulang wanita itu.”“Oh, akhirnya Anda datang. Tolong segera dibawa ya, Mas. Mbak ini terus membuat kegaduhan sejak tadi. Ngerepotin banget,” omel pria dengan seragam satpam itu.“Baik, Mas. Sekali lagi maafin ulah teman saya ya, Mas.”Fadly pun memasuki pos yang hanya berukuran 4x4 meter itu. Sedikit berlutut untuk menggoyang-goyangkan badan Ratu.“Ratu? Ratu!”Perempuan itu tak langsung sadar di kesempatan pertama.“Ratu, bangun. Kamu kutinggal aja ya di sini? Bangun!”Akhirnya setelah beberapa menit, barulah wanita itu membuka matanya yang sangat sayu. Dan astaga, janga
Dua minggu kemudian.“Belakangan ini begitu sepi. Arvino tidak melakukan apapun selain bolak-balik ke kantor, sementara Soraya tidak pernah ke luar rumah sama sekali. Terutama dia tidak pernah lagi pergi berkonsultasi dengan pengacaranya mengenai keinginannya untuk menuntut cerai.” Fadly bergumam bosan sambil menimang-nimang ponsel di tangannya. “Tapi mereka jadi bercerai, kan? Gimana kalau perempuan itu berubah pikiran karena kondisi Naka sebelumnya?”Yang ditanya, Ratu, tampak diam saja. Karena dia sendiri tampak berfokus dengan pemikirannya sendiri kini. Karena dia juga pusing sendiri dengan minimnya perkembangan akan rencananya selama dua pekan ini.“Ratu, kenapa kamu diam saja? Gimana menurutmu kalau mereka beneran nggak jadi cerai? Bagaimana dengan bagianku? Karena sejak awal aku telah melakukan banyak hal untuk membantu kamu melancarkan rencana kamu. Jangan sampai kamu mencurangiku,” ucap Fadly lagi kepadanya.“Nggak akan,” sahut Ratu singkat.“Nggak akan apa? Kamu nggak akan m
[+62852XXXXXXX6: Dasar wanita tidak tahu malu. Wanita murahan. Wanita rendah yang gila akan harta.][+62852XXXXXXX6: Kenapa kamu terus saja mengaku-ngaku sebagai ibu dari anakku? Kenapa kamu masih dengan tidak tahu malu bertahan dengan suami yang telah mengkhianatimu? Berhentilah menjadi sok malaikat lalu katakan yang sebenarnya.][+62852XXXXXXX6: Ini pasti memang demi mempertahankan hak warisan Nala sebagai keturunan pertama, iya, kan? Hey, itu adalah hak Naka karena dia dilahirkan lebih dulu. Dia juga anak laki-laki Mas Vino satu-satunya sehingga kamu tak berhak untuk mengalihkan haknya sebagai pewaris demi putri kamu itu.][+62852XXXXXXX6: Dasar wanita siluman. Tunggu saja sampai Naka tahu kebenarannya nanti, maka dia pasti akan membenci kamu. Dia akan tahu kalau kamu nggak lebih dari seorang ibu tiri kejam yang menjauhkannya dari ibu kandungnya. Aku akan pastikan kalau kamu pasti akan segera mendapatkan ganjarannya.]Soraya memejamkan matanya. Sekuat tenaga dia mencoba untuk menge
“Undangan pesta kolega?”Soraya bertanya heran pada Vino yang menyampaikan suatu kabar padanya sepulang ia bekerja sore ini. Di mana pria itu tadi tampak sedikit ragu-ragu untuk menyampaikannya.“Hm… begitulah. Seperti biasa mereka selalu menganjurkan untuk membawa pasangan.” Vino kembali dengan hati-hati mengatakan itu sambil terus memantau ekspresi Soraya. “Tapi… kalau kamu mau ya nggak papa. Kamu nggak usah ikut. Nanti aku bisa bikin alasan kamu sibuk atau sebagainya.”Soraya masih saja diam dan berpikir. Ekspresinya tampak sangatlah serius. Hal itu membuat sang pria semakin gugup saja, sehingga terlihat jelas dari raut wajahnya.“Apa Pak Sandy dari Brigo juga akan diundang ke acara itu?”Vino tampak sedikit mengernyitkan dahinya heran. “Kenapa kamu bertanya soal dirinya --“ Ekspresi Vino berubah lagi setelahnya. “Enggak deh kayaknya. Ini bukan kolega yang berhubungan dengan perusahaannya.”Vino baru ingat kalau awal pertemuannya dengan Ratu adalah di pesta salah satu kolega juga.
Sejujurnya dulu menemani Vino menghadiri pesta atau jamuan dari kolega pentingnya adalah hal yang cukup menyenangkan di rumah. Meninggalkan sejenak rutinitas hariannya sebagai ibu rumah tangga, gadis itu akhirnya bisa kembali mengenakan pakaian bagus dan berdandan. Dia juga bisa bertemu dengan beberapa kenalan ibu-ibu untuk sekadar mendengarkan gosip dan celotehan mereka.Namun, tentu saja keadaan sekarang tak seperti biasanya. Tak hanya hubungannya dengan Vino tak selengket dulu, perasaannya saat menginjakkan kaki di tempat keramaian tidak seantusias biasanya. Sebab semua ini terasa palsu. Senyuman ini, kemesraan ini, hingga keantusiasannya untuk bertutur sapa dengan orang-orang.‘Tapi untunglah. Sepertinya wanita itu memang nggak datang ke tempat ini. Aku nggak bisa membayangkan omong kosong seperti apa yang akan dia lakukan kalau sampai kami berpapasan. Dia mungkin akan mempermalukan kami.’ Soraya bergumam di dalam hati sambil masih mengumbar senyuman pada orang-orang itu. ‘Tapi… k
Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?
Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana
“Kenapa Bi Yuyun pergi dari rumah kita, Mama? Apa Bi Yuyun beneran nggak bakal kembali?” tanya Naka padanya dengan ekspresi polos. Di mana langsung diangguki oleh gadis kecil di sampingnya.“Iya, Mama. Bi Yuyun kan selalu bersama kita. Bi Yuyun juga sering nemenin Nala dan Dek Naka saat Mama nggak ada. Kami sedih deh kalau Bi Yuyun nggak ada.”Soraya menghela napas pelan mendengar curhatan para malaikat perginya setelah melihat kepergiaan Bi Yuyun beberapa menit yang lalu. Ya, seperti yang sudah disarankan oleh Vino tiga hari yang lalu, Soraya langsung mengecek gerak-gerik Bi Yuyun di rumah ini melalui rekaman CCTV. Dari sana baru disadarinya kalau selama ini sang ART ternyata sering melakukan hal-hal yang mencurigakan.Tentu saja beliau sudah tak bisa kerja di sini lagi. Apalagi karena Bi Yuyun akhirnya mengakui segala tuduhan itu. Walaupun dia minta maaf sambil memohon dan berjanji tak mengulangi tapi nasi telah menjadi bubur. Apalagi mengingat dampak yang terjadi karena ulah beliau
“Udah empat hari sejak kejadian itu, tapi… Vino belum sadar juga.”Soraya langsung mengelus pundak Indah saat mendengar hal itu. Lantas dia mengalihkan pandangannya menuju ranjang pasien di mana suaminya berbaring.Vino saat ini masih dirawat di ruang ICU, namun keluarga akhirnya diizinkan menjenguk mulai dari kemarin. Walaupun mereka harus dipastikan steril dan mengenakan jubah khusus. Serta hanya boleh sekitar lima belas menit saja di dalamnya.“Apa semuanya akan baik-baik saja? Apakah dia akan sadar? Mama nggak bakal kuat kalau Vino juga harus pergi seperti Papa --““Sst, Ma. Jangan mikir gitu. Mas Vino pasti kuat kok, Ma. Dia pasti akan segera sadar. Sebab itulah yang sedang dia perjuangkan dengan terus bertahan seperti sekarang. Jadi… dia pasti akan bangun, Ma. Mas Vino kan orangnya kuat dan pemberani.”Soraya mengatakan itu dengan penuh keyakinan dan semangat, walaupun ada celah di dalam hatinya yang malah berpikir sebaliknya. Nyatanya dia juga mempunya ketakutan yang besar meli
Seluruh tubuh Soraya langsung bergetar hebat saat mendengar kabar di telepon. Dia sampai tak tahu harus bicara apa.“Ada apa, Bu? Apa ada masalah?” tanya babysitter Ekky yang awalnya bercengkerama ringan dengannya di ruang tamu apartemennya Evan. Sekitar beberapa menit setelah mereka menidurkan si kecil.Soraya tak mampu menjawab pertanyaan itu. Dia terlalu syok dan kebingungan dengan semua ini. Rasa takut juga langsung melingkupinya.“Bu?” tanya babysitter itu lagi dengan khawatir.“S-Saya… saya pulang dulu ya, Sus. A-Ada masalah di rumah. S-Saya titip E-Ekky… nanti saya telepon Evan juga buat kasih tahu. S-Saya permisi.”Dengan tubuh masih bergetar Soraya bangkit dari sana. Tampak kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan. Untungnya sang babysitter tadi dengan sigap mengambilkan tas Soraya yang tertinggal di atas sofa.“Ini, Bu. Nanti ketinggalan.”“O-Oh ya. Makasih ya, Sus. S-Saya pulang dulu.”“Y-Ya, Bu. Hati-hati.”Soraya bergegas meninggalkan unit apartemen itu dengan tubu
Vino tak bisa menepis perasaan di hatinya. Ia benar-benar yakin kalau memang ada penyusup di antara pegawainya berdasarkan pengamatannya belakangan ini, namun sayangnya ia belum sempat memastikan hal itu sama sekali. Sehingga kini itu jadi ganjalan baru di tengah pekerjaannya.‘Haruskah aku mengambil cuti sejenak untuk sekadar memastikan? Aku benar-benar kepikiran dan khawatir kalau firasat ini benar. Tapi masalahnya kan sekarang lagi banyak kerjaan.’Di saat itu tiba-tiba ia jadi kepikiran tentang apa yang menimpanya saat Fadly berkhianat. Vino sangat ingat bagaimana itu semua itu terjadi tanpa peringatan sama sekali, seperti hujan badai yang datang di siang hari yang awalnya cerah. Vino tak akan pernah melupakan perasaan itu. Ia tak akan pernah lupa rasanya ditikam dari belakang oleh orang begitu ia percayai. Lalu saat tersadar semuanya benar-benar sudah terlambat.‘Enggak. Aku harus memastikannya sekarang. Aku nggak boleh jatuh ke lubang yang sama.’Kala memikirkan itu Vino segera
[SPY: Terima kasih atas uangnya. Aku selalu tahu kamu akan menepati janjimu. Sekarang… berusahalah sebaik mungkin untuk sisa rencanamu itu. Sementara aku… akan segera meninggalkan negeri ini dulu untuk menghambur-hamburkan uang yang kudambakan seperti ini. Jangan menghubungiku lagi karena nomor ini akan kusingkirkan. Dan yang sangkutpautkan aku dengan apapun yang tengah kamu kerjakan. Good luck!]Ratu mematikan layar ponselnya kembali setelah membaca pesan singkat tersebut. Dia lalu melemparkan benda tersebut begitu saja ke atas jok mobil di sampingnya.Omong-omong saat ini perempuan itu kembali berada di jalan yang menghubungkan kompleks perumahan elit yang ditinggali keluarga Bentala menuju jalan raya. Tepatnya beberapa ratus meter dari pos penjagaan di mana sebelumnya dia pernah dua kali mencegat Vino yang hendak pergi bekerja.‘Di sini terakhir kali kita bertemu. Selanjutnya di mana? Aku nggak keberatan kalau harus bertemu denganmu di persidangan atau sebagainya. Yang jelas… kamu
“Hari ini Bu Farida akan datang lagi untuk mengajar ke rumah ini. Tapi nantinya… setelah kita dapat sekolah lagi, Bu Farida tak akan ke sini lagi. Nala sedih deh kalau memikirkannya,” celoteh Nala di tengah sarapan mereka pagi ini. Di mana hari yang baru dan cerah telah kembali menyapa di rumah kediaman yang penuh cinta ini.“Nggak apa-apa, Kakak. Kan kita akan tetap bertemu dengan Bu Farida di sekolah. Begitu juga dengan guru-guru kita yang lainnya, seperti: Bu Arin, Bu Mega, Bu Helen, Bu --““Dan ibu guru cantik Miss Ratu!”Baik Soraya maupun Vino sama-sama langsung tersedak mendengar ucapan polos Naka itu. Serempak mereka saling berpandangan, sebelum beralih pada kedua bocah yang terus mengobrol dengan riang gembira itu. Sementara Indah juga tampak memasang ekspresi prihatin di wajahnya.“Pokoknya aku udah nggak sabar buat ketemu semua guru dan teman-teman. Aku ingin agar dapat segera sekolah.”“Naka juga, Kak.”Dan akhirnya pembicaraan itu terhenti juga karena kini mereka mulai me
‘Soraya benar-benar harus dikasih pelajaran. Dia tak seharusnya cari gara-gara padaku seperti ini.’Setelah diam membisu selama berjam-jam lamanya, setelah dia benar-benar panik akibat serangan tak terduga dari Soraya, di suatu titik Ratu akhirnya menarik kesimpulan. Setelah tadi dia benar-benar hanya diam saja sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan di tengah krisis ini.Lalu apa keputusannya?Bukannya merasa kapok dan mundur agar rahasianya itu bisa aman, dia malah berfokus tentang bagaimana caranya memberi pelajaran terhadap Soraya. Sebab Ratu merasa Soraya bukanlah orang yang seharusnya memperlakukannya begini. Sampai kapanpun wanita itu bukanlah tandingannya sama sekali.‘Aku akan membuatnya menyesal karena telah cari gara-gara denganku. Lihat saja, hal yang dia sebut senjata ini pada akhirnya akan berbalik melukai dirinya sendiri.’Berhenti menenggak minuman keras yang terus saja dia masukkan ke dalam tubuhnya, Ratu segera meraih ponselnya untuk menghubungi Fadly. Dia memin