Sosok yang biasa terlihat glamor itu tampak berantakan. Dengan baju tahanan yang terpasang di tubuhnya, dia duduk di sudut sel dengan memeluk kakinya. Mengabaikan hiruk pikuk dari napi lain yang berbagi ruangan dengannya.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Seorang sipir wanita berteriak dari luar sel, namun beliau tak didengarkan. Baik oleh sosok penyendiri tadi ataupun para napi yang asyik bergosip itu.“Tahanan nomor 1036, Anda mendapatkan kunjungan!”Di satu titik salah satu napi yang sibuk bergosip itu melayangkan pandangannya menuju napi yang menyendiri tadi. “Hey, 1036. Ada yang manggil lo tuh. Tuli ya?”Sosok itu masih diam.“Siapa sih dia namanya? Oh, ya, Ratu! Bu sipir manggil lo tuh.”Baru di saat itulah wanita itu bereaksi. Dia mengangkat wajahnya memandang ke arah lawan bicaranya.“Ada yang manggil lo. Dasar ya, belum juga terbiasa sama nomor lo sendiri. Lo hapalin tuh karena itu nama yang bakal lo pake selama bertahun-tahun setelah apa yang lo lakuin ke ana
Delapan bulan kemudian.“Papa!!!”Vino yang awalnya bersandar pada badan mobil tampak langsung mengangkat wajahnya. Ekspresi wajahnya tampak berubah cerah saat melihat Nala dan Naka yang berlari-lari kecil ke arahnya. Di belakangnya tampak sang wali kelas yang mengiringi sambil memperingatkan untuk berhati-hati.Menggunakan tongkat yang selalu dipegangnya, Vino pun juga berusaha mendekati mereka. Hanya beberapa langkah saja sebelum mereka berhadapan.“Sudah sering dibilangin jangan lari-larian. Tuh, denger juga Bu guru Farida sampe kesusahan mengejar kalian begitu,” ucap Vino menasehati mereka. Dengan gemas mengacak rambut mereka secara bergantian.“Habisnya kami senang karena dijemput sama Papa lagi. Mama kan bilang kalau ini terakhir kalinya sebelum Papa kembali masuk kerja,” sahut Naka sambil cemberut.“Iya. Kalau Papa udah kerja kan Papa bakal sibuk banget sehingga nggak bisa antar jemput kami lagi,” sambung Nala ikut cemberut.“Ini artinya kalian nggak suka dijemput Mama begitu?
Probabilitas Soraya Wirma Malik sebagai ibu dari Nala Arvino Bentala adalah 99.99%.Probabilitas Soraya Wirma Malik sebagai ibu dari Naka Arvino Bentala adalah 0%.Soraya seketika membeku saat membaca tulisan bercetak tebal yang tercantum di dua kertas hasil pemeriksaan DNA terhadap sepasang anak kembarnya. Dengan tangan yang bergetar, ia pun segera membuka map kuning satunya untuk mengeluarkan hasil yang ada di dalamnya.Probabilitas Arvino Hardean Bentala sebagai ayah dari Nala Arvino Bentala adalah 99.99%.Probabilitas Arvino Hardean Bentala sebagai ayah dari Naka Arvino Bentala adalah 99.99%.Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?Bagaimana mungkin hasil pemeriksaan terhadap suaminya itu normal, sementara dirinya terhadap putra mereka Naka berbeda.“Sus, ini pasti ada yang salah.” Soraya dengan cepat mengangkat wajahnya lagi untuk bicara dengan staf rumah sakit yang menyerahkan hasil pemeriksaan itu. “Ada yang salah dari hasil pemeriksaan ini, Sus. Anda mungkin salah m
Enam tahun yang lalu. Arvino berharap kalau semua itu hanya sebuah mimpi buruk saja. Saat di suatu pagi ia terbangun dengan sang sekretaris yang tertidur di sampingnya. Polos, tanpa sehelai pun benang di tubuh mereka. Bersama dengan bayangan-bayangan liar dan bergairah antara mereka yang terjadi tadi malam. “S-Semalam B-Bapak… memaksa saya. Padahal saya sudah menolak, tapi Bapak terus menahan saya sambil menciumi saya. Bapak kemudian membuka seluruh pakaian saya. S-Sehingga… sehingga….” Ratu menjelaskan itu sambil menangis tersedu-sedu. Dia tampak gelisah. Sehingga membuat Vino berusaha untuk menenangkannya walau otaknya sendiri kacau. Bagaimana mungkin semalam ia bisa semabuk itu padahal rasanya ia minum di batas yang wajar ia lakukan? Lalu kenapa ia sampai tak ingat apapun? Sejujurnya muncul juga kecurigaan kalau justru sang sekretaris malah menjebaknya. Namun, untuk sesaat ia mengabaikan hal itu dulu. Ia mencoba untuk menenangkan Ratu dulu karena tentu Vino tak ingin dia terus
Dua bulan setelah kehamilan Soraya.“Tada!!! Selamat menikmati!”Soraya tersenyum cerah sambil membuka tutup dari kotak bekal yang dibawakannya untuk sang suami. Dipamerkannya berbagai jenis makanan hasil olahannya yang memang khusus ia masakkan untuk menu makan siang Vino di hari itu.“Wah… menggugah selera banget ini. Aku yakin pasti rasanya enak,” ucap Vino langsung memuji masakan sang istri untuknya.“Tentu saja. Karena selain bahan makanan biasa, aku juga menaburkan bumbu kasih sayang di dalamnya. Kamu nggak akan menemui makanan seenak ini di restoran mewah sekalipun.”Dengan riang Vino menyantap makanan itu. Kalau boleh jujur sih rasanya biasa, sebab istrinya juga baru belajar memasak belakangan ini. Namun, fakta kalau semua ini disiapkan khusus untuknya sepertinya menjadikannya spesial. Apalagi karena istrinya yang sedang hamil ini tadi memberi kunjungan kejutan tepat di jam makan siang.“Tapi, Mas. Aku lihat sekretaris kamu baru lagi. Memangnya kemana sekretaris kamu yang lama
Pak Hardean Nicko Bentala tampak cukup terkejut saat mengetahui kalau putranya telah menghamili mantan sekretarisnya. Walau tampak sedikit menyayangkan karena Arvino telah ceroboh, namun pria itu sama sekali tak menyalahkannya.Justru, Hardean sebenarnya curiga kalau Vino telah dijebak oleh Ratu. Hal yang sebenarnya juga sering terpikirkan oleh Vino, namun akhirnya tak ia pikirkan lebih jauh karena sudah terlalu pusing dengan masalah yang ada. Untuk sementara Hardean menyuruh Vino untuk tetap merahasiakan hal ini dulu seraya mereka mencari jalan ke luar.Sampai ketika Arvino menemani istrinya untuk check-up kandungan saat usia kehamilan Soraya telah menginjak enam bulan.“Hal yang saya khawatirkan di awal sepertinya kian menjadi kenyataan, Bu,” kata Dokter kandungan langganan mereka sambil memandang monitor yang digunakan untuk mengecek kondisi di dalam rahim. “Bayi ibu terus bergerak terbalik atau sungsang di dalam perut Ibu. Kalau terus begini sepertinya akan sulit untuk dapat dilah
“Waktu cepat banget berlalunya ya, Mas? Nggak terasa udah sembilan bulan aja sejak aku hamil, serta hampir sepuluh bulan sejak kita menikah.”Arvino yang tengah mengupas buah mengalihkan pandangannya pada sang istri yang saat ini berbaring di brankar rumah sakit. Senyuman lembut diberikannya pada perempuan itu.“Iya. Aku juga mikir gitu. Terasa nggak nyata aja.”Ya, saat-saat mendebarkan itu akan segera tiba.Jadwal operasi caesar akan dijalani oleh istrinya itu besok pagi, sehingga sejak beberapa jam yang lalu mereka telah berada di rumah sakit. Untuk selanjutnya mereka akan menuruti instruksi dari petugas medis menjalani setiap rangkaian yang dianjurkan.Namun, tanpa sepengetahuan Soraya, tidak hanya itu saja yang tengah berlangsung.Nyatanya sejak semalam Ratu juga telah berada di rumah sakit ini, tepatnya tak jauh dari beberapa kamar yang ada di sini. Ratu akan melahirkan lebih dulu, sehingga nanti bayinya bisa langsung disatukan dengan anak yang akan dilahirkan oleh Soraya secara
“Gimana mungkin kamu masih saja sibuk bekerja padahal besok aku harus lahiran.”Soraya tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Kala sang suami tiba-tiba bilang padaanya kalau dia tak bisa tinggal malam ini akibat pekerjaan mendadak. Hal yang tentu saja karangan semata agar Arvino bisa memenuhi keinginan Ratu yang malam ini minta ditemani.“Aku minta maaf, sayang.” Vino berkata begitu sambil menggenggam jemari sang istri. “Aku sendiri juga nggak menyangka masalah ini akan muncul tiba-tiba seperti ini. Tapi aku janji sama kamu kalau aku akan menyelesaikan semuanya secepatnya. Sehingga aku bisa ada di sini dan menemani kamu saat nanti masuk dan keluar ruang operasi.”Soraya masih sedikit cemberut dan tampak tak senang. Arvino jadi semakin merasa bersalah dan sebenarnya tak mau meninggalkan sang istri, namun dia tak punya pilihan.“Udah. Biarkan suamimu pergi dulu, Nak. Yang penting kan dia ada di sini pas lahiran.” Dian, Maminya Soraya, akhirnya bersuara sambil mengusap bahu putrinya. “Ma