Untung saja Steven mengangkat telepon dengan cepat. “Halo, Bu Naomi, aku dan Kak Caden sedang berada di rumah sakit. Rayden juga sedang di rumah sakit.”“Iya, aku tahu. Bagaimana kondisi Rayden saat ini?”Steven merasa gugup. “Aku bukan dokter, aku juga nggak begitu mengerti. Aku hanya melihat ada Dok Robbin dan dokter lainnya mengerumuni Rayden. Sepertinya mereka sedang memberi obat kepada Rayden.”“Apa kamu sedang berada di dalam kamar?”“Nggak, aku lagi di luar!”“Kamu segera ke kamar! Kemudian, buka panggilan video!”Naomi tidak bisa menunggu lagi. Penyakit Rayden bisa memburuk kapan saja! Dia khawatir belum sempat dirinya sampai di kamar pasien, semuanya pun sudah terlambat ….Anak itu adalah Rayden kesayangannya, anak kandungnya! Tidak boleh terjadi apa-apa dengannya!Naomi terhubung dengan panggilan video. Steven pun segera mengangkatnya. “Bu Naomi, aku sudah masuk ke kamar pasien. Apa yang ingin kamu lihat?”Kamera digerakkan. Naomi dapat melihat Caden yang sedang berdiri di de
“Sebenarnya sudah mati belum, sih?”“Meski belum mati, hidupnya juga nggak lama lagi. Dengar-dengar saat Rayden diantar ke rumah sakit, tubuhnya gemetar parah, bagai ketakutan karena melihat hantu saja. Aku curiga dia itu kerasukan.”“Kalau begitu, setelah dia mati, dia juga nggak usah dikubur di makam leluhur. Nggak bagus untuk keberuntungan Keluarga Pangestu!”“Ingin masuk ke makam leluhur? Apa dia pantas? Dia hanyalah anak yang nggak punya mama! Setelah dia mati, dia hanya pantas untuk masuk neraka saja!”“Mungkin ini yang dinamakan dosa ayah dibayar oleh anaknya. Ternyata Tuhan juga nggak tahan melihat betapa jahatnya papanya. Sekarang sudah saatnya anaknya menebus semua kejahatan yang diperbuat ayahnya! Rasain dia sakit parah! Rasakan! Tunggu saja, anak itu pasti akan selalu disiksa dengan penyakitnya! Dia akan mati kesakitan! Ahh ….”Satu detik sebelumnya, Sonia baru saja ingin mengutuk Rayden. Satu detik kemudian, rambutnya langsung dijambak, lalu ditarik jatuh ke lantai!Saat S
“Pukul wanita ini sampai babak belur! Kalau bisa, pukul dia sampai mati saja! Aku akan tanggung jawab!”“Hancurkan mukanya! Aku ingin jambak rambutnya sampai botak!”“Berani-beraninya dia menamparku. Pukul wajahnya hingga bengkak. Kemudian, cincang tangannya!”Pengawal Keluarga Pangestu yang galak itu hendak turun tangan terhadap Naomi.Saat ini, kedua mata Naomi masih kelihatan sangat membara. Dia menggertakkan giginya sembari memelototi mereka. Jarum perak di dalam saku pakaian Naomi juga sudah tidak sabaran untuk menunjukkan kehebatannya!Naomi bagai orang yang sudah kehilangan kewarasannya. “Ayo, ayo kemari! Kalian semua yang sudah memaksaku! Aku akan bunuh siapa pun yang berani mengutuk anakku!”Hanya saja, baru saja ucapan Naomi dilontarkan, tiba-tiba muncul bayangan hitam yang menggelapkan pandangannya. Caden merangkul pundak Naomi, lalu mengadang tinjuan salah 1 pengawal.“Krek!” Tangan pengawal itu dipatahkan oleh Caden.Pengawal segera berteriak kesakitan. Ketika melihat pela
Caden menggendong Naomi kembali ke kamar pasien Rayden.Kamar Rayden adalah kamar VIP. Selain dilengkapi dengan kamar pendamping, terdapat juga dapur dan juga kamar mandi.Caden membaringkan Naomi di atas ranjang pendamping dengan perlahan, kemudian menyelimutinya. Setelah itu, dia memanggil dokter wanita untuk memeriksa tubuh Naomi.Naomi memang lebih kuat dibandingkan dengan beberapa wanita tadi. Hanya saja, berhubung dia tidak menguasai seni bela diri dan melawan banyak orang sendirian, wajahnya memang tidak terluka, tetapi terdapat memar di sebagian tubuhnya.Dokter wanita memotret beberapa bagian memar untuk diperlihatkan kepada Caden. Saat ini, raut wajah Caden berubah muram!Caden mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Tony, lalu menyebutkan nama-nama para wanita tadi. “Antar mereka ke luar negeri hari ini juga! Jangan biarkan mereka kembali lagi!”Tony sudah mengetahui kronologis kejadiannya. Dia membujuk, “Bagaimanapun, kita semua itu keluarga. Caden, ada darah Keluarga Pangest
Caden terdiam membisu.Tidak masalah! Lagi pula juga bukan dipukul orang lain! Caden juga tidak merasa malu apalagi sakit ketika ditampar oleh wanitanya sendiri!Kemudian, Caden menjelaskan, “Kamu jangan khawatir. Ini kamarnya Rayden. Tadi kamu jatuh pingsan karena terlalu emosional. Aku nggak lagi melecehkanmu. Aku hanya ingin melihat luka di tubuhmu saja.”Kening Naomi kelihatan berkerut. Dia menahan kerah pakaiannya untuk melindungi diri sendiri, lalu menatap Caden dengan tatapan penuh waspada. Sikap Naomi saat ini sungguh sama persis ketika sedang berkelahi tadi, kelihatan sangat tegang.Caden merasa sakit hati dan tidak berdaya. “Aku pasti nggak akan melukaimu. Kamu juga nggak usah setegang ini. Bagaimana perasaanmu saat ini? Apa kamu merasa nggak nyaman? Apa perlu aku panggil dokter kemari?”Naomi menenangkan diri selama beberapa detik. Dia bertanya dengan mengerutkan keningnya, “Di mana Rayden?”“Di luar.” Naomi mengesampingkan selimut dan menuruni ranjang. Dia berlari pergi me
Caden berjalan ke ujung koridor untuk merokok bersama Dylan. Saat ini, Dylan bertanya, “Apa kamu dipukul Naomi?”Raut wajah Caden berubah muram. Dylan pun berkata dengan tersenyum, “Ada bekas tangan di wajahmu. Kelihatannya sakit sekali.”“Memangnya kenapa kalau aku dipukul dia? Apa urusannya sama kamu?”“Oke, oke, oke. Kamu malah merasa bangga setelah dipukul! Aku nggak bisa dibandingkan sama kamu. Nggak ada yang memukulku!” Dylan menyindir beberapa saat, lalu bertanya, “Apa kamu yakin Naomi itu mama kandungnya Rayden?”“Iya!”“Bukannya hasil tes DNA masih belum keluar?”Kening Caden berkerut. “Firasatku nggak akan salah!”Dylan menghela napas panjang. “Baguslah kalau firasatmu nggak salah! Sepertinya kamu mesti berterima kasih sama aku? Kalau bukan karena aku mengantarmu ke rumahnya Naomi, apa mungkin akan terjadi masalah selanjutnya? Apa kamu akan menemukannya? Nggak, ‘kan?”Caden memalingkan kepalanya untuk melihat Dylan. “Memang seharusnya aku berterima kasih kepadamu. Aku akan tr
Naomi mesti berani untuk memperjuangkan haknya!Caden tidak tahu apa yang ada di benak Naomi. Ketika menyadari Naomi tidak berbicara, dia pun mengingatkan sekali lagi. “Naomi, sudah saatnya makan siang.”Naomi tersadar dari bengongnya, lalu mengalihkan pandangannya dari wajah Caden. “Aku nggak ingin makan. Kamu makan saja.” Naomi tidak ingin meladeni pria ini sama sekali. Hanya saja, dia tahu seandainya dia ingin diam-diam merebut Rayden dari dirinya, dia mesti membuat Caden lengah.Caden membujuknya. “Kamu mesti makan, setidaknya sedikit.”“Aku nggak selera makan. Aku nggak ingin makan, hanya ingin menemani Rayden saja. Kamu pergi makan sana!”Tatapan Caden ketika melihat Naomi kelihatan rumit. “Kamu nggak ingin makan karena mencemaskan Rayden atau karena marah sama aku?”Kening Naomi berkerut. Tiba-tiba amarah membaluti hatinya. “Kenapa aku mesti marah sama kamu?”“Aku memang … bersalah atas masalah waktu itu. Maafkan aku.”“Maaf? Kamu kira kata maafmu berarti! Semua orang juga bisa
Di dalam kamar pasien, mata Naomi kelihatan memerah ketika menjaga Rayden. Beberapa kali terlintas di benak Naomi untuk membawa Rayden pergi sebelum hasil tes DNA keluar!Sebab, setelah hasil tes DNA keluar, Caden pasti tidak akan mengizinkan Naomi untuk pergi, juga tidak akan mengizinkan Naomi untuk membawa Rayden pergi!Caden akan terus mengawasi Naomi. Kemudian, dia pun akan hidup bagai seekor burung merak yang dikurung di dalam sangkar!Bahkan Naomi saja merasa tidak bahagia, bagaimana dia bisa membahagiakan anak-anak? Apa mungkin anak-anak akan tumbuh sehat fisik dan batin di dalam keluarga yang bermasalah?Naomi lebih memilih untuk membesarkan anak sendiri daripada harus membesarkan anak di dalam keluarga yang tidak bahagia! Namun, bagaimana caranya agar Naomi bisa membawa Rayden meninggalkan tempat ini?Meskipun Naomi tidak bisa membawa Rayden pergi, setidaknya dia mesti mencari cara untuk mengutak-atik hasil tes DNA itu! Apa yang mesti Naomi lakukan? Bagaimana sekarang?“Kring,
Mata Naomi kembali basah. “Iya, setidaknya dia masih hidup!”…Setelah meninggalkan rumah sakit jiwa, mereka berdua langsung pulang ke rumah. Demi mengawasi Sanny, Rayden pun telah mengutak-atik kamera CCTV rumah sakit jiwa. Jadi, mereka tidak perlu khawatir kedatangan mereka mencari Sanny akan menjadi heboh.Paling-paling Leon hanya akan tahu mereka pergi mencari Sanny. Dia tidak akan tahu alasan mereka mencari Sanny. Jika Leon bertanya, mereka bisa memberi tahu Leon bahwa mereka kesulitan dalam menghubungi Leon dan juga Camila, itulah sebabnya mereka bisa mencari adik sepupunya.Di Vila Maison.Ketika melihat Naomi sudah kembali, Maria dan Baby langsung berlari ke sisinya. “Celine!”“Mama!”Selagi mereka sedang menemani Naomi, Caden pun pergi ke ruang baca lantai atas untuk rapat kecil dengan Braden dan Rayden.Braden bertanya, “Apa ucapan Sanny bisa dipercaya? Apa benar Mama Camila belum mati?”Caden mengangguk. “Kesadarannya memang bermasalah. Tapi, seharusnya yang dikatakannya i
Hati Naomi terasa gugup.Tanpa menunggu pertanyaan dari Naomi, Sanny langsung tertawa terbahak-bahak. “Aku tahu, tapi aku nggak mau beri tahu kamu! Hahaha …. Aku mau pancing emosimu! Aku nggak mau kasih tahu kamu! Seumur hidupmu, jangan harap kamu bisa menemukannya! Kamu sama saja dengan dia, sama-sama menyebalkan! Kalian semua pantas mati!”Kening Naomi berkerut. Dia berusaha menahan amarah di hatinya, lalu bertanya, “Apa Camila … dia masih hidup?”Sanny menggeleng dengan arogan. “Aku nggak akan beri tahu kamu! Haha! Aku nggak mau kasih tahu kamu.”Caden berkata dengan dingin, “Terkadang mati lebih bahagia daripada hidup. Kalau Camila mati, dia juga tergolong beruntung. Dia nggak usah menderita lagi.”Sanny tidak tahu Caden sedang menjebaknya. Dia langsung memalingkan kepalanya, lalu memelototi Caden dengan sangat marah.“Kata siapa dia sudah mati? Dia belum mati! Dia nggak pantas buat mati! Dia mesti hidup untuk disiksa!”Caden dan Naomi terdiam.Baguslah kalau Camila tidak mati! Bag
Caden segera bertanya, “Kamu mau ke kamar mandi?”Naomi menggertakkan giginya. “Aku mau cari Sanny!”“Sanny?”“Emm! Dia pasti tahu di mana Camila! Waktu aku baru pulang ke Kota Jawhar, dia kelihatan sangat aneh, bahkan pernah mengungkit masalah Camila!”Waktu itu, Sanny terus mengatakan Naomi adalah seorang pembunuh. Kemudian, dia mengatakan Camila tidak bisa kembali lagi! Naomi memang sempat merasa curiga, lalu bertanya pada Tiara, bahkan bertanya pada Leon dan Aryan. Namun, Naomi tidak menyadari telah terjadi sesuatu dengan Camila. Dia mengira Sanny tidak akur dengan Camila, sengaja mengutuk Camila!Setelah dipikir-pikir, ternyata masalah bukan seperti itu. Sanny pasti mengetahui sesuatu.Caden khawatir dengan kondisi tubuh Naomi. Dia tidak ingin Naomi pergi sekarang. Namun, Naomi sangat keras kepala. “Aku mesti cari dia! Sekarang!”Caden juga tidak sanggup untuk menghentikannya. Pada akhirnya, Caden menemani Naomi pergi mencari Sanny.Saat di perjalanan, Caden tidak memberi tahu Nao
Nada bicara Dylan bagai dia telah menemukan harta karun saja.“Pasti ada masalah dengan Leon. Kalau kamu mau menyelidiki masalah Camila, kamu mesti menyelidiki Leon!”Kening Caden berkerut. “Katakan intinya!”Dylan berkata, “Aku sudah cari tahu. Leon suka sama istrimu!”Raut wajah Caden berubah dalam seketika. Dylan berkata dengan sangat pasti, “Saat kuliah, Leon diam-diam suka sama Naomi, tapi Naomi nggak tahu masalah ini. Tapi dia malah jadian sama Camila, aku curiga semuanya karena uang! Karena saat kuliah dulu, Camila terkenal sebagai putri orang kaya, tapi saat itu Naomi masih sangat miskin.”“Leon menyembunyikan perasaannya terhadap Naomi dengan sangat dalam. Tapi, tetap saja ketahuan sama aku. Apa kamu masih ingat dengan masalah Brian? Semua itu ulah Leon.”Caden kelihatan serius. Tentu saja dia masih ingat dengan masalah Brian. Brian adalah paman Jessica. Dia ingin menodai Naomi. Namun pada akhirnya, dia pun telah diberi pelajaran.“Apa kamu yakin semua itu ulah Leon?” “Yakin.
Belum sempat Caden menyelesaikan omongannya, tiba-tiba tidak terdengar suara Naomi lagi.Tatapan Caden menjadi dingin. Dia merasa panik. “Naomi ….”…Di dalam kamar pasien. Naomi yang sedang diinfus itu berbaring di atas ranjang. Kondisinya baik-baik saja. Dia bisa kehilangan kesadarannya juga karena terlalu emosional.Maria dan anak-anak sedang berdiri di samping ranjang sembari menangis histeris. Caden pun berdiri di samping dengan mata memerah. Keningnya sangat berkerut!Beberapa saat kemudian, Caden baru memanggil Steven untuk mengantar pulang Maria dan anak-anak.Saat mereka tidak bersedia untuk pergi, Caden pun berkata, “Sebentar lagi Naomi pasti akan bangun. Dia pasti akan kelaparan. Kalau kalian semua di sini, siapa yang masakin makanan lezat buat dia? Kamu pulang untuk siapin makan malam sana, nanti kalian antar ke sini lagi.”Mereka bertiga segera mengangguk, kemudian pergi bersama Steven. Mereka pergi memasak untuk Naomi. Setelah mereka pergi, Braden baru menyeka air matanya
Aryan kehilangan kontak karena menyelidiki manajer Camila.Pelaku pasti tidak ingin Aryan mengetahui masalah Camila dari manajernya. Orang itu menyamar menjadi Aryan untuk berhubungan dengan Naomi. Seharusnya orang itu juga tidak ingin Naomi terus memikirkan masalah Camila.Pasti telah terjadi sesuatu dengan Camila!Caden diam-diam menghela napas. Dia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Naomi. Dia tidak peduli dengan Camila, dia hanya sedang mencemaskan Naomi.Camila adalah sahabat terbaik Naomi. Keberadaannya sama pentingnya dengan Tiara, yang bagai kakak beradik.Naomi sungguh berharap sosok Camila yang dirindukannya bisa kembali pada malam Tahun Baru. Jika terjadi sesuatu dengan Camila, Caden tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi dengan Naomi.Caden mengerutkan keningnya, lalu berkata pada Dylan, “Kamu bantu aku selidiki kehidupan asmara suaminya Camila.”Dylan bertanya, “Apa kamu curiga semua ini ada hubungannya dengan suaminya Camila?”“Dia cukup mencurigakan.”“Oke, a
Caden tidak menutupi hal ini dari Naomi. “Dylan bilang, Aryan sudah nggak bisa dihubungi sebulan lebih.”Naomi pun menjawab dengan terkejut, “Nggak mungkin. Lihat saja, dia masih balas pesanku beberapa hari lalu.”Benar .... Caden berpikir sejenak, lalu menyerahkan ponselnya kembali kepada Naomi dan berkata, “Coba kamu telepon Aryan dan pura-pura bilang mau tanya soal Camila.”“Oke.”Naomi pun menelepon ke nomor Aryan. Teleponnya tersambung, tetapi tidak ada yang mengangkatnya. Hanya saja, sama seperti sebelumnya, Aryan segera mengirim pesan pada Naomi.[ Kebetulan banget, aku sibuk lagi. Ada urusan apa kamu cari aku? ]Caden mengerutkan keningnya dan menyuruh Naomi membalas.[ Ada urusan mendesak. ][ Kalau begitu, kamu kirim pesan saja. Aku benar-benar lagi nggak bisa angkat telepon. Tapi, aku bisa balas pesanmu. ]Kerutan di kening Caden bertambah dalam. Setelah mengajari Naomi cara membalas pesan Aryan, dia menemukan masalah yang sangat besar. Orang yang membalas pesan sama sekali
Setelah sekian lama, ponsel Caden tiba-tiba berdering. Itu telepon dari Dylan. Caden tidak menjawab. Dia menyalakan mesin mobil dan pergi ke Happy Bar.Begitu melihat Caden, Dylan pun terkejut dan bertanya, “Kenapa kamu nggak angkat telepon?”Caden tidak memedulikannya dan langsung duduk di sofa. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok lagi. Dia terlihat memiliki banyak beban pikiran.Dylan pun bertanya dengan bingung, “Ada apa?”“Aku mau gali makam ayahku.”Dylan pun membelalak. “Apa katamu?”Caden lanjut merokok dengan ekspresi muram, tetapi tidak menjawab pertanyaan Dylan.Dylan sangat terkejut dan menelan ludah sebelum bertanya lagi, “Aku nggak salah dengar? Kamu mau gali makam ayahmu?”Caden mengerutkan keningnya. Dia memang berniat untuk berbuat begitu.Dylan langsung duduk di sampingnya. “Kenapa kamu bisa berpikir begitu?”Caden tidak menjawab, jadi Dylan bertanya lagi, “Apa sebenarnya yang sudah terjadi?”Dylan merasa ada yang tidak beres. Tidak peduli apa pun yang terjadi, mas
Putra haram Zaskia itu menatap Caden dengan ekspresi muram untuk beberapa saat, lalu bertanya, “Jadi, buat apa kamu datang mencariku?”“Untuk bertransaksi denganmu. Kalau kamu beri tahu aku semua yang kamu ketahui, aku akan suruh orang untuk berusaha menolongmu. Kamu bisa selamat atau nggak tergantung keberuntunganmu sendiri.”Putra haram itu bertanya lagi, “Kalau aku nggak mau ngomong?”“Gampang saja. Aku pergi, kamu tinggal menunggu mati.”“Kenapa aku harus percaya padamu?” tanya putra haram itu.“Kamu juga boleh nggak percaya.”Melihat ekspresi acuh tak acuh Caden, putra haram itu merasa sangat kesal. Dia tahu Caden akan datang mencarinya, tetapi tidak menyangka Caden akan bersikap setenang dan sedingin ini. Awalnya, dia mengira Caden akan melakukan apa saja demi mengorek informasi darinya. Di luar dugaan, Caden sama sekali tidak peduli padanya. Putra haram Zaskia itu tidak dapat menebak isi hati Caden. Oleh karena itu, dia juga tidak berani bersikap terlalu keras kepala. Bagaimana