Di dalam kamar, Naomi sungguh merasa sangat panik.“Tadi dia mengatakan nggak izinin aku untuk bertemu dengan Rayden lagi. Sekarang dia malah tiba-tiba ingin bertemu dengan anakku. Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan? Apa dia sudah mengetahui masalah Braden dan Hayden? Apa dia ingin merebut anak-anak dari sisiku?”Tiara sungguh khawatir dengan kondisi Naomi sekarang. Dia berkata dengan nada membujuk, “Naomi, kamu tenangkan dirimu dulu. Jangan berpikir sembarangan. Aku sarankan kamu telepon dia dan tanyakan apa yang terjadi.”“Iya, iya, iya. Seharusnya aku telepon dia dulu.” Kedua tangan gemetar Naomi menekan ponselnya untuk menghubungi Caden.Panggilan pertama diputuskan oleh Caden.Panggilan kedua juga diputuskan oleh Caden.Saat ditelepon lagi, Caden pun tidak menghiraukan Naomi lagi.Saking paniknya, kedua mata Naomi tampak memerah. Semakin Caden tidak meladeninya, dia pun semakin panik lagi. Pikirannya seketika menjadi hampa. Dia tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Tiara pun
Braden bertanya dengan lembut, “Mama nggak ingin Caden bertemu dengan kami karena khawatir wajah kami terlalu mirip dengan Rayden, ‘kan? Nantinya dia malah berpikir sembarangan?”Demi tidak membuat mamanya berpikir sembarangan, Braden sengaja membuat alasan ini.Naomi menggerakkan bibirnya dengan canggung. Dia tidak ingin berbohong di depan anaknya. Hanya saja, dia juga tidak berani berkata jujur.Tanpa menunggu balasan dari Naomi, Braden segera melanjutkan omongannya, “Sebenarnya masalah ini nggak sulit untuk diatasi. Apa Mama lupa dengan kemampuan Jayden?”Naomi terbengong sejenak. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat Jayden. Kedua matanya seketika berkilauan. “Maksudmu, kamu ingin suruh Jayden ….”“Emm!” Braden mengangguk.Naomi segera menyeka air matanya. “Apa … apa bisa seperti itu?”“Bisa, percaya saja sama aku! Mama juga mesti percaya sama Jayden.”Jayden menggandeng tangan Naomi, lalu mengeluarkan suara gemasnya. “Mama, aku bisa, kok.”Rayden juga ingin menenangkan Naomi. Ha
Namun, Naomi tetap tidak menemukan apa pun di dalam kegelapan! Dia tidak bisa menemukan bayangan apa pun!Naomi meningkatkan kewaspadaannya. Dia mulai merasa takut. Jelas-jelas dia dapat mendengar suara, tetapi malah tidak kelihatan batang hidungnya. Seketika terbayang … sosok hantu dengan rambut terurai panjang dan berwajah pucat sedang mengambang di udara.“Siapa? Siapa yang memanggilku?” Naomi memberanikan diri untuk mengamati sekeliling.Namun, tidak ada balasan apa pun dari sekeliling.Naomi sengaja bersikap galak untuk memberanikan diri. “Jangan sok misterius, deh! Ngomong! Kalau nggak, aku jerit, nih!”Saat ini, suara enak didengar si pria kembali terdengar. “Naomi, Naomi, nama yang bagus! Aku suka!”Kali ini, Naomi dapat merasakan suara itu sangat dekat dengannya. Namun, dia masih tidak bisa menemukan bayangan orang itu!Jantung Naomi berdebar kencang. Seluruh bulu kuduknya berdiri. “Siapa kamu? Keluar!”Orang itu bagai tidak bisa mendengar ucapan Naomi saja. Dia bertanya denga
Perhatian Naomi malah tertuju pada rahasia yang diketahui pria tersebut.“Bagaimana … kamu membantuku?”“Bunuh dia.”Jawaban singkat dan padat orang itu mengejutkan Naomi. “Apa katamu?”Orang itu malah membalas dengan sangat tenang, “Setelah dia mati, kamu pun nggak usah khawatir rahasiamu akan terbongkar. Kamu juga nggak usah khawatir dia akan merebut anakmu.”Naomi terdiam membisu.Pada saat ini, si pria kembali menimpali, “Seandainya kamu ingin membunuhnya, aku bisa membantumu. Kamu nggak usah takut. Aku akan membantumu untuk menyusun sebuah rencana yang sangat sempurna. Kamu bukan hanya bisa membunuhnya, kamu juga bisa berhasil terlepas dari dirinya.”“Tentu saja … masalah ini juga nggak akan diketahui oleh polisi. Kamu nggak usah menanggung apa pun. Bagaimana menurutmu?”Kening Naomi berkerut. “Nggak! Aku nggak akan membunuh! Aku juga nggak akan meminta bantuan orang lain untuk membunuhnya!”Naomi memang tidak ingin pria berengsek itu menyadari keberadaan anak-anaknya. Dia juga ti
Di gedung lantai atas. Steven membawa ketiga anak ke dalam ruang baca Caden. Dia menutupi pintu, lalu menelepon pengawal di dalam kompleks.“Bu Naomi lagi sendirian di bawah. Kalian jaga dia. Jangan sampai dia terluka. Jangan biarkan dia naik ke atas. Suasana hati Kak Caden lagi nggak bagus. Dia nggak ingin bertemu dengan wanita itu.”Tiba-tiba pengawal berkata, “Aneh.”“Emm? Apanya yang aneh?”“Sepertinya Bu Naomi lagi bicara sama seseorang. Tapi jelas-jelas nggak ada orang di sisinya.”Steven merasa bingung. “Kalau nggak ada orang di sisinya, bagaimana dia bisa bicara?”“Dia lagi bicara sama udara. Tapi kelihatannya nggak seperti lagi gumam sendiri. Pokoknya dia kelihatan aneh.”Steven merasa penasaran. “Apa yang dia katakan?”“Jarak aku terlalu jauh darinya. Aku hanya bisa melihat bibirnya lagi bergerak.”“Apa yang lagi dia lakukan sekarang?”“Dia lagi melihat ponselnya. Sepertinya ada yang mengirim pesan kepadanya. Dia kelihatan sangat gugup, terus menatap layar ponselnya. Dia jug
Saking emosinya, mamanya malah menangis!Setelah Caden mengetahui kenyataan ini, meski dia bersujud meminta pengampunan dari sang mama, sepertinya mama juga tidak akan memaafkannya!Jika mama tidak memaafkan papa, itu berarti dia tidak akan bersama dengan papa. Sudahlah! Papa cukup hidup menjomlo untuk selamanya saja. Namun, bagaimana dengan Rayden? Dia adalah anak dari pria bodoh ini!Semakin dipikir-pikir, Rayden semakin marah saja. Baru saja dia hendak berbicara, Braden pun mendahuluinya. “Dia adalah adik keduaku, namanya Hayden. Ada apa?”Kening Caden berkerut. “Lepaskan maskermu. Biar aku lihat wajahmu.”Rayden dan Jayden semakin gugup lagi. Mereka menatap Caden dengan penuh waspada.Braden duluan melepaskan maskernya, lalu berpesan kepada Rayden dan Jayden, “Hayden, Jayden, lepaskan masker kalian. Nggak usah pakai masker di dalam ruangan.”Rayden dan Jayden memalingkan kepalanya melihat Braden sekilas. Braden memberi mereka tatapan tenang.Mereka berdua mendengar instruksi. Semua
Kening Caden semakin berkerut lagi. Sepertinya tebakan Braden benar.Ujung bibir Braden berkedut. Dia menunjukkan senyuman menyindir. “Jadi, itu alasannya kenapa kamu nggak mengizinkan mamaku untuk bertemu dengan Rayden? Kekanak-kanakan sekali!”Raut wajah Caden menjadi muram. Sepertinya ini pertama kalinya dalam sejarah Caden ditertawakan oleh anak berusia 5 tahun!Braden berkata lagi, “Kamu bukan hanya kekanak-kanakan. Kamu memang sakit! Apa kamu lupa, waktu itu siapa yang mengambil inisiatif untuk membawa Mama ke hadapan Rayden? Apa tujuanmu untuk membawa Mama ke hadapan Rayden?”“Rayden memiliki penyakit mental. Kamu ingin meminta bantuan Mama untuk menyembuhkan Rayden! Saat Rayden nggak suka sama Mama, kamu merasa pusing. Sekarang akhirnya Rayden menyukai Mama, kamu malah pusing juga. Menurutmu, kamu sakit nggak?”“Selain itu, hanya karena Rayden sangat menyukai Mama, kamu malah mengira Mama ingin merebut Rayden dari kamu? Sepertinya bahkan anak TK juga nggak punya pemikiran seper
“Jadi, apa kalian tahu masalah Rayden menganggap mama kalian sebagai mamanya?”“Tahu! Kami memakluminya.”“Emm? Kalian memakluminya?”“Iya, mama kami adalah mama terbaik di muka bumi ini. Dia sangat lembut, baik hati, dan memperlakukan semua orang dengan sangat tulus. Semua orang yang berhubungan dengannya pasti akan menyukainya.”Usai berbicara, Braden menatap Caden lekat-lekat. “Seandainya ada yang nggak menyukai Mama, itu berarti ada penyakit dengan orang itu. Dia sudah sakit parah!”Caden terdiam membisu.Anak ini malah sedang menyindirnya? Caden menatap Braden beberapa saat, lalu bertanya, “Apa kalian bersedia membiarkan Rayden menjadi anaknya mama kalian?”Braden bertanya kembali, “Kenapa nggak bersedia? Asalkan Rayden gembira, Mama juga bakal gembira, otomatis kami juga akan gembira! Berhubung semuanya bisa gembira, kenapa kami nggak bersedia?”“Apa kalian nggak khawatir Rayden akan berbagi kasih sayang mama kalian?”Braden sungguh kehabisan kata-kata. “Kami malah gembira bisa