Di gedung lantai atas. Steven membawa ketiga anak ke dalam ruang baca Caden. Dia menutupi pintu, lalu menelepon pengawal di dalam kompleks.“Bu Naomi lagi sendirian di bawah. Kalian jaga dia. Jangan sampai dia terluka. Jangan biarkan dia naik ke atas. Suasana hati Kak Caden lagi nggak bagus. Dia nggak ingin bertemu dengan wanita itu.”Tiba-tiba pengawal berkata, “Aneh.”“Emm? Apanya yang aneh?”“Sepertinya Bu Naomi lagi bicara sama seseorang. Tapi jelas-jelas nggak ada orang di sisinya.”Steven merasa bingung. “Kalau nggak ada orang di sisinya, bagaimana dia bisa bicara?”“Dia lagi bicara sama udara. Tapi kelihatannya nggak seperti lagi gumam sendiri. Pokoknya dia kelihatan aneh.”Steven merasa penasaran. “Apa yang dia katakan?”“Jarak aku terlalu jauh darinya. Aku hanya bisa melihat bibirnya lagi bergerak.”“Apa yang lagi dia lakukan sekarang?”“Dia lagi melihat ponselnya. Sepertinya ada yang mengirim pesan kepadanya. Dia kelihatan sangat gugup, terus menatap layar ponselnya. Dia jug
Saking emosinya, mamanya malah menangis!Setelah Caden mengetahui kenyataan ini, meski dia bersujud meminta pengampunan dari sang mama, sepertinya mama juga tidak akan memaafkannya!Jika mama tidak memaafkan papa, itu berarti dia tidak akan bersama dengan papa. Sudahlah! Papa cukup hidup menjomlo untuk selamanya saja. Namun, bagaimana dengan Rayden? Dia adalah anak dari pria bodoh ini!Semakin dipikir-pikir, Rayden semakin marah saja. Baru saja dia hendak berbicara, Braden pun mendahuluinya. “Dia adalah adik keduaku, namanya Hayden. Ada apa?”Kening Caden berkerut. “Lepaskan maskermu. Biar aku lihat wajahmu.”Rayden dan Jayden semakin gugup lagi. Mereka menatap Caden dengan penuh waspada.Braden duluan melepaskan maskernya, lalu berpesan kepada Rayden dan Jayden, “Hayden, Jayden, lepaskan masker kalian. Nggak usah pakai masker di dalam ruangan.”Rayden dan Jayden memalingkan kepalanya melihat Braden sekilas. Braden memberi mereka tatapan tenang.Mereka berdua mendengar instruksi. Semua
Kening Caden semakin berkerut lagi. Sepertinya tebakan Braden benar.Ujung bibir Braden berkedut. Dia menunjukkan senyuman menyindir. “Jadi, itu alasannya kenapa kamu nggak mengizinkan mamaku untuk bertemu dengan Rayden? Kekanak-kanakan sekali!”Raut wajah Caden menjadi muram. Sepertinya ini pertama kalinya dalam sejarah Caden ditertawakan oleh anak berusia 5 tahun!Braden berkata lagi, “Kamu bukan hanya kekanak-kanakan. Kamu memang sakit! Apa kamu lupa, waktu itu siapa yang mengambil inisiatif untuk membawa Mama ke hadapan Rayden? Apa tujuanmu untuk membawa Mama ke hadapan Rayden?”“Rayden memiliki penyakit mental. Kamu ingin meminta bantuan Mama untuk menyembuhkan Rayden! Saat Rayden nggak suka sama Mama, kamu merasa pusing. Sekarang akhirnya Rayden menyukai Mama, kamu malah pusing juga. Menurutmu, kamu sakit nggak?”“Selain itu, hanya karena Rayden sangat menyukai Mama, kamu malah mengira Mama ingin merebut Rayden dari kamu? Sepertinya bahkan anak TK juga nggak punya pemikiran seper
“Jadi, apa kalian tahu masalah Rayden menganggap mama kalian sebagai mamanya?”“Tahu! Kami memakluminya.”“Emm? Kalian memakluminya?”“Iya, mama kami adalah mama terbaik di muka bumi ini. Dia sangat lembut, baik hati, dan memperlakukan semua orang dengan sangat tulus. Semua orang yang berhubungan dengannya pasti akan menyukainya.”Usai berbicara, Braden menatap Caden lekat-lekat. “Seandainya ada yang nggak menyukai Mama, itu berarti ada penyakit dengan orang itu. Dia sudah sakit parah!”Caden terdiam membisu.Anak ini malah sedang menyindirnya? Caden menatap Braden beberapa saat, lalu bertanya, “Apa kalian bersedia membiarkan Rayden menjadi anaknya mama kalian?”Braden bertanya kembali, “Kenapa nggak bersedia? Asalkan Rayden gembira, Mama juga bakal gembira, otomatis kami juga akan gembira! Berhubung semuanya bisa gembira, kenapa kami nggak bersedia?”“Apa kalian nggak khawatir Rayden akan berbagi kasih sayang mama kalian?”Braden sungguh kehabisan kata-kata. “Kami malah gembira bisa
Braden membalas, “Bukan hanya minta maaf saja, kamu juga mesti membujuknya!”Kening Caden berkerut. “Bagaimana cara membujuknya?”“Itu masalahmu! Kamu yang membuat Mama menangis. Jadi, sudah seharusnya kamu bertanggung jawab untuk membujuknya!”“Aku akan berusaha untuk membujuknya!”Caden terdiam membisu.Ayah dan anak saling bertatapan. Suasana di dalam ruangan menjadi hening dalam seketika. Kali ini, Caden kembali bersuara, “Kalau kamu benar-benar bisa menyelesaikan masalah ini, aku janji aku akan minta maaf sama dia dan juga membujuknya!”Braden tidak begitu memercayai omongan Caden. “Apa kamu sudah kepikiran cara untuk membujuk Mama?”“Emm.”“Cara apa?”“Itu urusanku.”Braden menyipitkan matanya. Dia tidak lanjut bertanya lagi, “Jangan ingkar janjimu!”Caden membalas, “Aku akan menepati janjiku!”Setelah mereka berdua telah mencapai kesepakatan, Braden baru berkata, “Kalau aku jadi kamu, aku pasti akan mengatasi masalah ini dengan mengutamakan kepentingan Rayden. Saat Rayden mengat
“Kamu nggak suka sama papamu?” tanya Caden.“Dia itu papa murahan. Aku cuma suka mamaku.”“Papa murahan?”“Setelah buat Mama hamil, dia nggak membesarkan kami. Apa lagi namanya kalau bukan papa murahan?”Caden bertanya dengan heran, “Kenapa dia nggak membesarkan kalian?”Braden menatap Caden lekat-lekat dan menjawab, “Pertanyaan ini seharusnya ditanyakan padanya!”Caden pun mengerutkan keningnya. Dia merasa tatapan Braden ini ... seperti ingin mengorek isi hatinya. Anak ini juga terkesan seperti sedang membicarakannya. Namun, dirinya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Braden. Orang yang dimaksud Braden tidak mungkin adalah dirinya.Caden pun berkata dengan yakin, “Orang seperti itu memang adalah papa berengsek.”“Benar! Papa berengsek!”Kali ini, bukan hanya Braden yang mengangguk, bahkan Rayden dan Jayden juga ikut mengangguk. Tidak peduli apa pun alasannya, ayah yang tidak membesarkan anak-anaknya adalah ayah berengsek! Caden memang pantas dimaki!Rayden tiba-tiba berkata dengan
Caden bertanya dengan kening berkerut, “Ada apa?”“Bu Naomi pingsan!”Setelah mendengar hal itu, ekspresi Caden langsung tenggelam. Dia bertanya, “Apa yang sudah terjadi?”“Nggak tahu. Dia tiba-tiba pingsan. Sebelum pingsan, dia juga terlihat sangat histeris. Tapi, aku nggak tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi.”“Hubungi dulu Robbin dan bawa dia ke rumah sakit. Aku akan segera menyusul kalian!”Sebelum meninggalkan rumah, Braden berdiri di luar pintu kamar Rayden dan berpesan, “Rayden, Papa mau keluar dulu. Kamu main bareng anak-anak Naomi, ya. Kalau sudah ngantuk, kalian tidur saja.”“Oke.”Beberapa bocah itu tidak tahu bahwa Naomi sudah pingsan. Mereka mengira Caden mau pergi mencari Naomi dan meminta maaf padanya. Jadi, mereka tidak berpikir kejauhan atau merasa khawatir. Berhubung sudah berjanji, Caden pasti akan menghibur ibu kesayangan mereka dengan baik.Caden juga berpikiran begitu. Namun ... tidak ada seorang pun yang menyangka saat Naomi sadar dan melihat Caden di rumah sa
Caden dan Naomi sama-sama jatuh ke lantai. Saat ini, Caden sudah pingsan. Jadi, Naomi menyimpan kembali jarum akupunkturnya dan mendorong Caden yang sedang menimpanya dengan kuat. Kemudian, Naomi langsung membuka kancing kemeja Caden dengan kasar dan menarik turun bajunya untuk menunjukkan bahunya ....Begitu melihat bekas gigitan di bahu Caden, Naomi pun menahan napas saking terkejut. Setelah hampir kehabisan napas, dia baru menarik napas lagi dan melangkah mundur dengan ekspresi ketakutan ....Benar-benar dia! Dia benar-benar adalah pria malam itu!Naomi melangkah mundur dengan gemetar .... Meskipun memang sudah mencurigai Caden adalah pria malam itu, Naomi tetap merasa sangat tercengang setelah memastikannya. Selain merasa takut, dia juga sangat marah. Semua kenangan buruk dari masa lalu juga tiba-tiba memenuhi benaknya, seolah-olah ingin menenggelamkannya hingga dia tidak dapat bernapas.Naomi melangkah mundur ke sudut ruangan, lalu berjongkok sambil menatap Caden dengan penuh k
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Kevin juga menambahkan, “Aku juga sama! Seluruh tubuhku terasa rileks!”Di kamar rawat sebelah.Begitu melihat orang tuanya, Dylan buru-buru duduk tegak dan menyapa mereka dengan hati-hati karena takut dipukul, “Ayah, Ibu.”Kevin kembali menjadi ayah yang bijaksana dan penuh kasih sayang. “Nggak usah gugup, kami datang bukan untuk memukulmu. Kamu benar-benar beruntung karena ketemu sama Camila! Kelak, kamu harus perlakukan Camila dengan baik. Kalau kamu berani membuatnya marah, aku dan ibumu pasti akan menghabisimu!”Lyana juga tertawa. “Putraku yang baik, gimana keadaanmu hari ini? Sudah punya selera makan?”Dylan merasa sangat terkejut setelah melihat perubahan sikap orang tuanya. Dia juga sudah berubah dari putra durhaka menjadi putra yang baik? Camila benar-benar berhasil menghibur orang tuanya? Ya Tuhan, bagaimana Camila melakukannya?Dylan diam-diam melirik Camila. Begitu tatapan mereka bertemu, Camila segera mengalihkan pandangannya dan mengabaikan Dylan.Dylan pun mengalihkan
Kali ini, Kevin juga langsung menunjukkan sikapnya.“Camila, tenang saja. Kali ini, kami nggak akan paksa Dylan untuk menikahinya lagi. Meski aku ... sangat ingin Keluarga Hermanto memiliki penerus, juga benar-benar inginkan anak itu, aku lebih rela Keluarga Hermanto nggak punya penerus daripada harus memisahkan kalian!”Kevin bahkan hampir meneteskan air mata. Dia benar-benar menginginkan seorang cucu. Kata orang, ada 3 bentuk ketidakberbaktian seorang anak dan yang terbesar adalah tidak memiliki penerus keluarga. Keinginan agar putranya meneruskan garis keturunan Keluarga Hermanto selalu menjadi beban dalam hatinya.Tidak peduli siapa yang melahirkannya, semua itu sebenarnya sama saja bagi Keluarga Hermanto. Oleh karena itu, Kevin baru mengucapkan kata-kata seperti itu. Dia lebih rela tidak memiliki cucu daripada menghancurkan kehidupan Camila dan Dylan.Camila mengetahui beban pikiran Kevin. Setelah mendengar ucapan Kevin, dia merasa lumayan terharu. Selain merasa terharu, dia juga
“Camila, kamu benar-benar pacaran sama Dylan?”“Emm! Kami juga berencana untuk menikah dan punya anak. Tapi, aku masih belum tenang karena Leon belum tertangkap. Jadi, aku undur dulu masalah pernikahan.”Mata Lyana dan Kevin langsung berbinar. Mereka bertanya dengan tidak percaya, “Se ... serius?”“Serius!”Lyana dan Kevin buru-buru bertanya lagi, “Kamu nggak keberatan nikah sama dia?”Camila pun tertawa. “Dia bahkan nggak keberatan aku ini seorang janda. Kenapa aku harus keberatan nikah sama dia? Dia memang pernah punya banyak pacar, tapi dia juga bukan cowok berengsek. Dia punya pandangan hidup dan kepribadian yang baik, juga bisa menyenangkan orang. Setelah kami bersama, dia cuma setia padaku dan memperlakukanku dengan baik.”Hati Lyana dan Kevin yang sudah mati pun hidup kembali! Meskipun Camila tidak mengandung, Camila dan Dylan benar-benar sedang berpacaran. Selain itu, mereka juga memiliki rencana untuk menikah dan melahirkan anak. Bagi Lyana dan Kevin, ini adalah hal yang sang
Camila menenangkan diri, lalu berjalan ke arah kamar rawat sebelah. Memberi pelajaran pada Catherine bukanlah yang terpenting. Dia harus terlebih dahulu menghibur Lyana. Amarah yang terlalu besar akan sangat melukai tubuh. Camila tidak boleh membiarkan Lyana terus-menerus merasa marah.Sebelum Camila tiba di depan pintu kamar rawat, terlihat Caden berjalan keluar dari dari kamar rawat Lyana. Camila pun menyapanya, “Pak Caden.”Melihat Camila, Caden merasa agak terkejut. “Kapan kamu pulang?”Camila menjawab, “Aku baru beli tiket pesawatnya semalam dan tiba pagi ini.”Caden menghela napas panjang. “Bagus juga kamu pulang. Kak Fiona nggak tahu masalah Bibi Lyana, sedangkan aku juga nggak begitu bisa berkomunikasi dengan Bibi Lyana. Berhubung kamu sudah pulang, temani dan hiburlah dia.”Camila menjawab, “Kak Fiona lagi hamil. Sebaiknya jangan buat dia khawatir. Aku akan jaga Bibi Lyana.”“Emm. Naomi tahu kamu pulang?”Camila menggeleng. “Pesawatku terbang di tengah malam. Dia seharusnya s
“Anak yang dikandung Catherine itu anakmu atau bukan?”Dylan mengernyit. “Aku nggak tahu.”Camila bertanya lagi, “Jadi, kamu sudah pikirkan cara penyelesaiannya?”Dylan menggeleng lagi dan menjawab dengan kesal, “Belum.”Camila menghela napas panjang. “Ajak dia keluar. Bilang saja kalian akan pergi daftarkan pernikahan kalian hari ini.”Dylan langsung membelalak. “Aku nggak akan nikahi dia! Pernikahan itu bukan permainan anak. Aku nggak akan menikah dengannya!”Camila menjulingkan matanya. “Memangnya kamu nggak bisa bohong?”Dylan pun terlihat bingung. “Hmm?”Camila tidak menjelaskan, hanya berkata, “Kalau kamu mau tangani masalah Catherine dengan baik, turuti kata-kataku! Ajak dia keluar hari ini!”Dylan buru-buru bertanya, “Kamu punya cara penyelesaiannya?”Camila menjawab, “Kamu ajak dulu dia keluar. Paling bagus kalau bisa ajak dia ketemu di rumah sakit. Aku akan bicara dengannya.”Dylan segera menunjukkan tampang layaknya seekor pug dan menyanjung, “Kalau kamu bisa bantu aku tanga
Keesokan paginya.Dylan terbaring di ranjang pasien dan tidak berhenti muntah kering. Dia memanggil Caden dengan lemas, “Caden, tolong ambilkan segelas air untukku. Aku mau kumur-kumur. Cepat dikit. Mulutku bau banget.”Pintu kamar pasien dibuka seseorang, lalu tercium aroma familier seseorang ....Dylan menyadari sesuatu dan jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Dia pun buru-buru mendongak.Camila mengenakan mantel panjang dan menggeraikan rambut ikal panjangnya yang berwarna cokelat sedang berdiri di depan pintu. Dia juga memakai masker, kacamata hitam, dan sepatu hak tinggi setinggi 7 cm. Sebelah tangannya bertumpu pada koper, sedangkan yang satu lagi dimasukkan ke saku mantel. Dia benar-benar terlihat layaknya seorang wanita yang mendominasi.Meskipun Camila membalut dirinya dengan rapat, Dylan tetap langsung mengenalinya. Seluruh tubuh Dylan pun menegang. Entah kenapa, dia mulai merasa panik dan jantungnya juga berdebar makin kencang. Dia hanya menatap Camila dengan mata membelal
“Halo, Naomi. Kangen sama aku?”Naomi menghela napas dan berkata, “Hari ini, Bibi Lyana pingsan.”Camila seketika terkejut. “Bibi Lyana kenapa?”Naomi menceritakan masalah Catherine kepada Camila. Setelah tertegun beberapa saat, Camila baru menyahut, “Benar-benar ada orang yang mengandung anak Dylan? Ternyata mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah!”Di pagi hari, mereka baru membicarakan hal ini. Camila dan Naomi merasa Dylan hanya sakit, tetapi tidak percaya mual kehamilan bisa berpindah ke seorang ayah. Tak disangka, berita heboh mengenai kehamilan Catherine langsung keluar malamnya.Naomi berujar, “Masih belum tentu itu anak Dylan atau bukan. Apalagi, itu cuma kata-kata sepihak Catherine. Dia bahkan menolak untuk melakukan tes DNA. Aku rasa pasti ada yang disembunyikannya.”Camila terdiam sejenak sebelum menjawab, “Memang ada yang aneh. Kalau itu memang anak Dylan, dia pasti akan biarkan Dylan tes DNA dengan tenang! Tapi, Catherine bernyali juga. Beraninya dia mengancam Dylan