Steven menyerahkan ponselnya pada Caden, lalu melanjutkan, “Teleponnya masih tersambung ....”Caden mengerutkan keningnya, lalu menerima ponsel itu sambil berjalan ke ruang baca.Tony bertanya, “Apa sudah terjadi sesuatu? Kenapa kamu nggak angkat telepon?”“Nggak apa-apa.”“Baguslah kalau begitu. Aku mau pastikan sekali lagi hal mengenai upacara menyembah leluhur hari ini. Rayden benar-benar baik-baik saja, ‘kan?”Caden mengerutkan keningnya dengan gelisah. Dia juga tidak yakin apakah Rayden baik-baik saja. Saat ini, perhatiannya sedang tidak berada dalam upacara menyembah leluhur.“Berhubung kamu nggak bicara, aku anggap semuanya baik-baik saja. Kamu itu kepala keluarga saat ini, sedangkan Rayden adalah calon kepala keluarga di masa depan. Jangan datang terlambat!”“Aku tahu.”Seusai melontarkan sebuah jawaban dengan dingin, Caden pun memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponselnya kepada Steven. Selanjutnya, dia menyalakan sebatang rokok.Steven menerima ponselnya, lalu berk
Caden tidak ingin memarkirkan mobil di tempat ini. Dia pun menyuruh Steven berbelok ke sebuah jalan setapak, lalu menghentikan mobil mereka di tepi tebing yang terpencil.Tepi tebing ini memiliki sebuah pohon besar yang sudah tua. Di bawah pohon besar ini terdapat sebuah meja batu dan beberapa bangku batu. Tempat ini dikelilingi dengan rerumputan dan bunga.Pemandangan indah ini pun menarik perhatian Naomi. Begitu mobil dihentikan, dia segera membuka pintu mobil dan turun. Daerah yang dipenuhi bunga-bungaan menyebarkan aroma yang harum dan menenangkan.Melihat ke sekeliling, ada sebuah air terjun di seberang tebing. Di hamparan rumput tempat mereka berdiri, terdapat batu kerikil dan bunga-bunga yang bermekaran. Pemandangannya benar-benar indah.Berhubung musim dingin terlalu dingin, selain bunga robai yang tahan dingin, bunga lain tidak mungkin bisa mekar. Jadi, saat melihat bunga-bunga mekar yang berayun karena tertiup angin, Naomi merasa sangat terkejut.“Kenapa bunga-bunga ini bisa
Saat berjalan naik ke gunung, Caden terlebih dahulu bertanya, “Apa yang kamu katakan padanya?”“Rahasia.”Caden mengatupkan bibirnya dan tidak lanjut bertanya. Dia mengalihkan topik pembicaraan dengan bertanya, “Rayden, apa pagi ini kamu marah sama Papa?”Braden tahu apa yang dimaksud Caden. Dia pun mengaku tanpa ragu, “Aku nggak senang karena kamu bersikap buruk terhadapnya.”“Naomi? Karena aku memelototinya?”“Emm, aku nggak mau kamu memelototinya atau memarahinya! Dia sangat baik terhadapku, aku tentu saja juga akan bersikap baik terhadapnya. Selama dia menjagaku, aku akan melindunginya. Lagian, wanita pada dasarnya adalah kelompok lemah. Apalagi, dia begitu polos dan lembut. Dia seharusnya diperlakukan dengan baik.”Caden terdiam untuk beberapa saat, lalu bertanya, “Bagaimana kalau dia punya niat lain terhadap Papa?”“Hah? Dia bisa punya niat apa terhadapmu?”“Bagaimana kalau dia menyukaiku?”“Heh!” Braden langsung tertawa mengejek. Dia tahu jelas apakah ibunya menyukai Caden atau
Saat Caden sedang merasa kebingungan, ponselnya tiba-tiba berdering. Pada saat yang sama, jam tangan Braden juga berbunyi. Begitu melirik ponsel dan jam tangan masing-masing, ekspresi ayah dan anak itu langsung berubah.“Aku ke kamar mandi dulu,” ujar Braden. Kemudian, dia langsung pergi dengan terburu-buru.Caden juga tidak berpikir kejauhan. Dia berhenti di tempat dan menerima telepon itu. “Ada apa?”“Kak Caden, kami sudah temukan petunjuk mengenai pria misterius itu!”Kening Caden langsung berkerut. Setelah mendengar informasi yang didapatkan bawahannya, ekspresinya menjadi makin suram. Setelah memutuskan sambungan telepon, dia pun menyalakan sebatang rokok. Sebelum menghabiskan rokoknya, Tony tiba-tiba membawa sekelompok orang datang mencarinya.Di antara sekelompok orang itu, ada yang menangis, ada yang mengomel, ada yang berekspresi muram, dan ada juga yang berekspresi sedih. Di sisi lain, Tony yang terlihat marah berjalan mendekat dengan dipapah Evano.Zaskia menutupi mulutnya s
Kemudian, Zaskia tiba-tiba berseru, “Cepat panggil Caden! Panggil Caden kemari! Aku mau dia lihat bagaimana sikap anak yang dididiknya! Dia bahkan berniat untuk membuka peti mati leluhur! Huhuhu ....”Setelah mendengar ucapan Zaskia, Rayden baru menghentikan aksinya. Kemudian, dia berlari ke hadapan Sonia dan memberinya peringatan lagi. Setelah itu, dia baru berlari turun gunung dan langsung menghilang dari pandangan semua orang hanya dalam sekejap.Seusai menonton video itu, perasaan Caden sangat kacau. Rayden jelas-jelas berada di sisinya dari tadi. Lagi pula, pakaian yang dikenakan Rayden adalah jas hitam yang dipadukan dengan mantel bulu hitam. Sejak kapan dia berganti pakaian?Tepat pada saat ini, Steven berlari mendekat dengan terburu-buru, lalu berbisik, “Kak Caden, Rayden baru saja membuat keributan besar di pemakaman. Menurut para pengawal yang diam-diam kita tempatkan di sini, tadi Rayden sangat perkasa dan hebat!”Caden pun terdiam. Dia menyerahkan tablet itu kepada Steven,
Untungnya, Hayden adalah ahli bela diri yang memiliki reaksi luar biasa cepat. Sebelum Caden melihatnya, dia langsung menyelinap masuk ke sebuah bilik yang kecil.Caden menatap Braden dan bertanya dengan bingung, “Tadi, kamu bicara sama siapa?”Braden mengepalkan tangannya untuk menenangkan diri, lalu balik bertanya, “Apa Papa mau menghukumku?”Braden tahu bahwa Caden pasti sudah mengetahui perbuatan Hayden. Sebelum Caden sempat menjawab, Braden lanjut berkata, “Ini semua perbuatanku sendiri. Aku nggak akan melibatkanmu. Kalau orang-orang itu marah, suruh saja mereka menghadapiku seorang.”Caden menatap Braden dengan perasaan campur aduk, lalu menjawab, “Aku bukan datang untuk menghukummu. Apa kamu terluka?”Braden merasa sangat terkejut. Caden tidak marah setelah Hayden menimbulkan keributan sebesar ini? Sepertinya, Caden bersikap cukup baik terhadap Rayden. Braden pun menjawab, “Nggak.”“Baguslah kalau begitu. Sejak kapan kamu keluar dari kamar mandi? Kenapa aku nggak melihatmu kelua
Setelah ragu sejenak, Braden menerima uluran tangan Caden, lalu berjalan keluar dari kamar mandi dengan bergandengan tangan dengan Caden. Sebelum keluar, Braden diam-diam memberi isyarat pada Hayden untuk tidak khawatir.Di luar kamar mandi.Begitu melihat Braden, para anggota Keluarga Pangestu langsung murka dan memelototinya dengan garang. Braden tidak takut pada mereka. Dia berdiri diam di sisi Caden dan memandang mereka dengan penuh peremehan.Sonia berseru, “Caden! Hari ini, kamu harus kasih kami pertanggungjawaban yang memuaskan!”Ekspresi Caden terlihat sangat dingin. Baru saja dia hendak berbicara, Braden sudah terlebih dahulu melangkah maju dan bertanya, “Pertanggungjawaban seperti apa yang kamu inginkan?”“Kamu bukan hanya memukul dan menghina seniormu di depan umum, juga membuat ambruk nisan para leluhur Keluarga Pangestu. Ini adalah perilaku nggak berbakti, nggak hormat, dan sangat nggak bermoral. Kamu bisa dihukum Tuhan!” Braden mencibir, “Jadi, bagaimana dengan kalian ya
Braden lanjut berkata dengan santai, “Orang tua lain selalu berharap anak cucunya hidup baik. Tapi, kamu hanya peduli pada dirimu sendiri. Keluarga Pangestu benar-benar sudah sial 3 generasi karena ada orang sepertimu.”“Kamu ... kamu .... Dasar anak durhaka! Bajingan! Uhuk, uhuk ....”Tony yang terlalu marah pun batuk hebat beberapa kali sebelum jatuh pingsan. Untungnya, Evano sangat sigap dan langsung memapahnya. Oleh karena itu, dia baru tidak langsung jatuh ke lantai.Evano segera memberikan pertolongan pertama, lalu menyuapi Tony beberapa butir obat untuk penyakit jantungnya. Setelah itu, Tony baru berhasil diselamatkan. Tony yang tubuhnya masih lemah menatap Braden dengan terengah-engah.Sonia memanfaatkan kesempatan ini untuk berkata, “Ayah, apa kamu masih belum sadar? Apanya yang pewaris satu-satunya! Dia nggak layak menjadi penerus Keluarga Pangestu! Cepat coret namanya dari daftar keluarga! Meskipun harus kehilangan penerus keluarga, kita juga nggak butuh seorang penerus kelu
Samuel lanjut bercerita, "Guru itu akan menyeka tanganku yang kotor dan memelukku sambil membacakan cerita untukku. Dia juga menyemangatiku untuk bicara, dia juga suka mencubit pipiku dan memujiku. Waktu merasa gembira, dia akan mencium keningku.""Guru itu juga akan menegakkan keadilan untukku waktu aku ditindas anak-anak lain. Setelah itu, dia akan mencari cara untuk menghiburku. Dia melarang orang lain memanggilku si Bisu dan memberiku nama baru, Lucky," kata Samuel.Samuel meneruskan, "Guru itu sangat perhatian, dia tahu aku punya masalah. Dia memberitahuku Tuhan itu adil. Kalau sekarang kamu hidup menderita, ke depannya kamu akan diberi kebahagiaan. Guru itu bilang, jangan terus terjebak dalam masa lalu yang kelam, kita harus melihat ke depan.""Guru itu juga bilang aku ini anak yang beruntung, jadi dia menamaiku Lucky. Dia berharap ke depannya hidupku akan dipenuhi keberuntungan dan lancar. Kemudian, dia sangat sedih setelah tahu Bobby dan istrinya memukulku. Dia memelukku sambil
Sebelum Naomi sempat bicara, Samuel memandangnya dan berkata, "Seperti diselamatkan dari tumpukan mayat, lalu dimasukkan ke neraka lagi. Rasanya sangat menyiksa!"Naomi terdiam. Samuel meneruskan, "Kamu nggak tahu, dulu hidupku juga sangat bahagia. Sama seperti Braden, Hayden, dan Jayden yang kamu besarkan, aku dikelilingi cinta.""Kalau nggak ada anggota Keluarga Pangestu, sekarang hidupku pasti tetap bahagia. Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku. Mereka menyakitiku dan merebut orang yang kucintai berulang kali. Keluarga Pangestu melemparku ke neraka dan melenyapkan semua harapanku sehingga hidupku sangat menderita," lanjut Samuel.Samuel menambahkan, "Jelas-jelas mereka sudah melakukan banyak hal yang keji, tapi kenapa mereka masih bisa hidup bahagia? Mereka mencelakai orang yang kucintai dan menghancurkan hidupku. Apa aku salah kalau ingin balas dendam?"Naomi mengernyit dan bertanya balik, "Apa yang Caden lakukan padamu?"Samuel memandang lautan yang luas. Dia terlihat menderita
Samuel tersenyum. “Apa kamu terkejut aku akan begitu sadis?” Dia menunduk sembari membalikkan labu yang dipanggangnya. Kemudian, Samuel pun tersenyum. “Siapa juga yang mau jadi iblis? Semua juga karena terpaksa.”Kening Naomi berkerut. “Nggak peduli ada dendam apa di antara kamu dengan Caden dan Keluarga Pangestu, kamu nggak seharusnya melibatkan anak. Anak itu nggak bersalah!”Samuel kembali menghela napas panjang, kemudian menjawab, “Dulu kedua mataku ditutupi oleh rasa benci. Kebetulan waktu itu, aku menemukan kamu sedang mengandung anak Caden. Jadi, aku pun menyusun rencana ini. Kemudian, aku juga sekalian memanfaatkan Rayden. Kalau sekarang, bisa jadi aku nggak akan memanfaatkan anak-anak lagi.”Usai berbicara, Samuel melihat Naomi sembari tersenyum. “Mungkin kamu nggak percaya. Hanya saja, sekarang aku benar-benar sangat menyukai anak.”Kening Naomi berkerut. “Kamu menyembunyikan putriku, nggak menyerahkannya kepada kami. Bukannya kamu sudah memanfaatkan anak?”Samuel menggeleng.
Samuel berkata dengan sangat tenang, “Tenang saja, dia sangat aman. Sekarang aku akan bawa kamu untuk ketemu dia.”Usai berbicara, Samuel menunduk, lalu menuangkan teh.Ada sebuah kompor kecil diletakkan di tengah perahu. Di atasnya ada sebuah teko yang sedang memasak teh. Ada juga sedikit makanan di atasnya.Samuel menuangkan secangkir teh hangat kepada Naomi, lalu memberikannya obat.“Kalau kamu mabuk laut, kamu bisa makan 1 butir. Perjalanan kita masih ada beberapa jam lagi.”Naomi tidak mengonsumsi obat. Saat dia menunduk untuk melihat obat itu, dia menyadari pakaian di tubuhnya sudah diganti!Kedua mata Naomi terbelalak lebar. Baru saja dia hendak bertanya, Samuel berkata, “Jangan berpikir kebanyakan. Aku nggak menyentuhmu. Tadi sebelum naik perahu, aku minta bantuan seorang wanita tua untuk ganti pakaianmu.”Naomi mengerutkan keningnya. “Untuk apa kamu ganti pakaianku?”Nada bicara Samuel sangat tenang. “Biar bisa terhindar dari kejaran Caden. Teknik pengobatanmu sangat bagus. Ak
Samuel tertawa. “Aku sudah bilang tadi, Baby nggak ada hubungannya sama kamu. Aku bawa Naomi pergi juga demi Baby, nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku juga nggak berencana menggunakan Naomi dan Baby untuk mengancammu.”“Mengenai dendam di antara kita, kamu juga nggak usah buru-buru. Setelah aku membawa Naomi ke sisi Baby, aku masih akan kembali untuk mencarimu. Pada saat itu, tanpa perlu ditanya, aku juga akan beri tahu semuanya kepadamu. Caden, tunggu aku.”Usai berbicara, Samuel langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponsel. Jendela mobil diturunkan. Ponsel dibuang ke luar mobil. Ponsel Naomi digilas ban mobil hingga remuk.Samuel kembali menaikkan jendela mobil, lalu lanjut mengendarai mobil. Sepertinya dia kepikiran sesuatu, keningnya pun berkerut. Sepertinya ada api yang membara di dalam tatapan Samuel. Api itu seolah-olah bisa melenyapkan segalanya! Hanya saja, Samuel berusaha memadamkan api di dalam hatinya.“Huft ….” Samuel menghela napas
Satu detik kemudian, ponsel Caden berdering. “Kak Caden, sudah terjadi masalah! Kak Naomi ditahan oleh Samuel!”Hati Caden langsung tegang. “Apa katamu?”“Tadi saat Kak Naomi turun dari lantai atas, Samuel langsung menahan Kak Naomi. Ada senjata di tangannya. Kami khawatir dengan keselamatan Kak Naomi. Jadi, kami nggak berani bertindak gegabah. Dia mengendarai mobil membawa Kak Naomi pergi. Kami lagi mengejarnya!”Jantung Caden berdetak kencang. Ekspresinya berubah. “Kirim titik posisi kalian kepada Steven!”Setelah panggilan diakhiri, Caden segera menghubungi Naomi.Ponsel Naomi masih bisa dihubungi. Hanya saja, tidak ada yang menjawab.Caden sungguh merasa panik. Dia menyuruh Steven untuk segera mengendarai mobil ke sana sembari lanjut menghubungi Naomi.Saat ini, Caden menerima panggilan dari Andrew. Dia segera mengangkatnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kamu bilang Samuel di rumah? Kenapa dia bisa ada di sisi Naomi?”Andrew membalas, “Kami sudah dipermainkan Samuel. Tadi
Steven bertanya, “Ke mana perginya orang tua Lucky setelah Lucky pergi?”“Nggak tahu. Seharusnya mereka pergi menikmati hidup dengan uang hasil menjual anak mereka. Heh!”“Apa kalian tahu kabar mereka?”“Nggak tahu. Siapa juga yang peduli dengan hidup matinya mereka? Kita sudah lama nggak pernah saling berhubungan. Lucky juga nggak pernah berhubungan dengan mereka.”Steven bertanya lagi, “Kapan Lucky datang mencari kalian?”Damian membalas, “Beberapa tahun lalu. Waktu itu, kami sedang bercocok tanam. Tiba-tiba dia berdiri di hadapan kami. Kami saja nggak mengenalinya. Setelah dia memperkenalkan diri mengatakan dirinya itu Lucky, kami sungguh merasa kaget! Istriku langsung memeluknya sambil menangis.”Istrinya Damian tersenyum canggung. “Waktu itu aku terlalu emosional. Aku nggak menyangka akan bertemu Lucky lagi.”Steven bertanya, “Untuk apa dia mencari kalian?”“Kata Lucky, waktu itu kami sudah membantunya. Dia masih mengingat utang budi itu. Jadi, dia datang untuk balas budi. Dia ber
“Siapa sangka mereka akan setuju! Tadinya kami menduga, seharusnya kekasihnya Bu Wanda sudah memberi mereka uang yang sangat banyak. Itulah alasannya mereka bersedia menjual Lucky!”“Kami semua sangat meremehkan perbuatan orang tua Lucky. Hanya saja, disisi lain, kami juga bergembira atas kebebasan Lucky. Bu Wanda itu orang baik. Setelah Lucky hidup bersamanya, dia pasti nggak akan dipukul lagi. Dia akan melewati hidupnya dengan gembira.”“Tapi malah terjadi sesuatu saat Bu Wanda hendak membawa Lucky pergi! Entah bagaimana ceritanya, Lucky kelihatan sangat emosional waktu itu. Dia bagai orang gila saja, bahkan menggigit tangan kekasih Bu Wanda hingga terluka. Biasanya ketika dipukul orang tuanya, Lucky nggak emosi, juga nggak menangis. Waktu itu, dia malah tiba-tiba kehilangan kendali.”Steven dengan terpaksa menyela, “Apa yang terjadi hari itu? Kenapa Lucky bisa kehilangan kendalinya?”Damian juga merasa bingung. “Nggak terjadi sesuatu yang istimewa. Seingatku, waktu itu Bu Wanda dan
Damian mengatakan orang tua Lucky ditertawakan banyak orang lantaran tidak bisa memiliki anak. Waktu itu, orang tua Lucky sudah menikah selama 3 tahun, tetapi masih belum dianugerahkan momongan.Para penduduk desa yang tidak akur dengan mereka terus mentertawakan mereka. Ada yang diam-diam bergosip mereka berdua pasti melakukan kesalahan besar di kehidupan lampau, itulah sebabnya garis keturunan mereka terputus di kehidupan sekarang.Temperamen ayahnya Lucky tidaklah bagus. Dia merasa semua itu salah istrinya. Jadi, dia pun sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Kemudian, mereka berdua pergi. Para penduduk desa mengatakan bahwa mereka pergi ke kota untuk berobat. Beberapa tahun kemudian, mereka pun kembali lagi. Kali ini, mereka pulang dengan Lucky di sisi mereka.Selama beberapa saat itu, pasangan suami istri itu merasa sangat arogan. Mereka terus memamerkan Lucky ke orang-orang! Mereka bukan hanya melahirkan anak laki-laki, anak mereka juga memiliki wajah tampan. Semakin mi