Home / Pernikahan / Amnesia / 7, Ali Mau Menikah Lagi

Share

7, Ali Mau Menikah Lagi

 Bab 7, Ali Mau Menikah Lagi ]

"Besok aku akan menjemputmu ya." kata Pricilla sebelum Keyla turun dari mobil.

Keyla tersenyum. "Oke. Kalian hati-hati di jalan."

Keyla keluar dari mobil dan masuk kedalam lobby Apartemen, memasuki lift untuk naik kekamarnya. Sepertinya ia lebih mudah akrab dengan Ferro dan Pricilla daripada keluarga suaminya sendiri. Mungkin ia dulu lebih dekat dengan dua orang itu ketimbang keluarga suaminya, itu sih masih mungkin. Keyla juga tidak tau, dan sedang mencaritahu.

Keyla memasuki kamar Apartemennya, lelah. Keyla ingin segera istirahat untuk menghilangkan lelahnya.

"Sayang, kamu dari mana saja sih, jam segini baru pulang?" tanya seseorang yang dengan tiba-tiba memeluk Keyla.

Keyla sudah tau, itu pasti Ali. Ya memangnya siapa lagi kalau bukan Ali?

"Mencari aktifitas agar tidak bosan." balas Keyla, ia masih sibuk memilih baju. Karena memang saat ini Keyla berada di kamar tepatnya di depan lemari baju, dengan Ali yang memeluknya dari belakang.

"Ali lepas aku mau mandi." kata Keyla datar.

Ali mendesah pelan. 'Kembali lagi deh datarnya, padahal tadi pagi ia sudah mulai mencair. Es kali mencair.' Batin Ali.

"Aku juga belom mandi loh, mandi bareng yuk." ajak Ali menggoda Keyla.

Keyla memutar bola matanya kesal, walaupun Ali tak bisa melihat hal itu. "Tidak! Terima kasih." balas Keyla, ia melepaskan paksa tangan Ali lalu berjalan ke kamar mandi dan menguncinya. Berjaga-jaga kalau saja Ali nekat masuk.

Ali duduk di ranjang menunggu Keyla keluar dari kamar mandi, malam ini ia berniat menginap di sini. Ali sudah mengabari orang tuanya dan juga anaknya Lea, tapi tidak untuk Jessica.

Keyla keluar kanar mandi dengan baju tidurnya memandang Ali dengan heran. "Sedang apa kamu di situ?"

"Duduk!" jawab Ali singkat.

Keyla mendengus, "Maksudku apa yang kamu lakukan di atas kasurku? Seharusnya kamu pulang. Ini sudah jam sembilan malam."

"Aku akan menginap."

"Apa?? untuk apa??" tanya Keyla kaget.

"Tentu saja untuk tidur." jawab Ali kalem.

"Astaga bukan itu maksudku."

"Lalu apa yang kamu pikirkan hmm, jangan bilang kamu sedang berpikiran yang iya iya?" tanya Ali kembali menggoda Keyla.

Keyla menatap Ali jengkel, bagaimana mungkin ia mempunyai suami yang seperti Ali. "Apa iya-iya?"

"Menurutmu apa?"

"Ck, sudahlah aku capek ingin tidur. Sana minggir." Keyla mengusir Ali dari ranjang, tapi Ali tetap tak bergeming.

"Ya sudah silahkan tidur, untuk apa aku harus pergi."

"Kamu pikir aku mau tidur satu ranjang dengan pria mesum dan aneh sepertimu."

"Hei, aku ini suamimu."

"Ya ya terserah mu lah, aku capek. Jika kamu tidak ingin pergi maka aku saja yamg pergi." kata Keyla beranjak pergi, ia berniat tidur di kamar sebelah.

Ali bangkit dari duduknya dan memeluk Keyla dari belakang. "Tidak boleh, untuk apa aku di sini jika tidak ada kamu." bisik Ali di telinga Keyla.

Keyla merasakan ada sensai aneh saat Ali mengatakan itu di dekat telinganya. "Aku tidak akan berbuat aneh-aneh, janji hanya akan tidur bersamamu."

Keyla berbalik dan matanya bertemu pandang dengan mata Ali, ia melihat kejujuran di sana. Karena sudah lelah dan mengantuk ia pun mengangguk membuat Ali tersenyum senang.

***

"Aduh siapa sih pagi-pagi buta begini sudah menelfon tidak tau waktu."

Keyla menggerutu seraya meraih ponsel yamg ada di meja, tanpa melihat siapa yang menghubunginya ia langsung menggeser layar dan menempelkan ponselnya ke telinga.

"Hallo, ada apa sih pagi-pagi sudah menelfon?" tanya Keyla.

Tidak ada jawaban dari sebrang telfon.

"Hallo, jika kamu menelfon hanya untuk mengganggu tidurku saja lebih baik jangan hubungi aku lagi." kata Keyla kesal.

"Hallo ini siapa ya?" Tanya orang di sebrang sana.

Membuat Keyla mengeryit heran. Aneh dengan jawaban sang penelfon.

"Tentu saja aku Keyla, kamu pikir ini nomer siapa?" Sunggut Keyla kesal.

"Pr-Keyla bukannya ini nomernya Ali ya."

Mendengar itu ia langsung menjauhkan ponsel dari telinga dan melihat ternyata memang bukan ponselnya.

"Aduh maaf, tunggu sebentar aku akan membangunkan Ali." kata Keyla penuh penyesalan.

"Ah tidak perlu, katakan saja jika Jessi menghubunginya."

Tut!!

Telfon di matikan secara sepihak. Membuat Keyla menggerutu kesal.

"Ada apa sih sayang, pagi-pagi sudah kesal begitu."

"Itu tadi ada telfon di ponselmu, namanya Jessi. Tidak sopan sekali menutup telfon sembarangan."

Ali menegang untuk sesaat. "Apa yang ia katakan padamu."

"Tidak ada, hanya katakan saja padamu jika ia menelfon."

"Hanya itu?" tanya Ali memastikan.

"Memangnya apa?" Keyla balik bertanya.

"Ah, tidak. Hari ini kamu akan ke mana sayang?" tanya Ali mengalihkan pembicaraan.

Keyla memandang Ali yang sempat menegang dengan tatapan bingung. Lalu menjawab pertanyaan Ali bahwa ia akan jalan-jalan bersama Pricilla.

***

"Jadi semalam Ali menginap di rumahmu, lalu kalian tidur satu ranjang? Apa yang ia lakukan padamu?" tanya Pricilla panjang lebar.

"Iya, kenapa? Bukankah Ali suamiku? Memangnya apa yang akan kami lakukan?" Prily bertanya balik kepada Pricilla.

Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju butik Pricilla, butik mereka lebih tepatnya.

"Ah tidak kok." jawab Pricilla tergagap.

"Jadi ini butik mu?" tanya Keyla saat mereka sampai di sebuah butik yang ada di salah satu Mall.

"Iya ini salah satunya. Ini punya kita bukan aku saja." jawab Pricilla.

"Salah satu, memang ada berapa?"

"Empat, satu khusus anak-anak, satu khusus Ibu dan Bapak, satu khusus pakian remaja dan satu lagi ya ini. Khusus gaun pengantin." jelas Pricilla.

"Wah ini sungguh keren. Kamu yang mendesain semua baju baju ini? apa kita bisa pergi ke butik tempat anak-anak."

"Hehe, iya. Ayo kita ke sana."

***

"Jadi ada apa kamu membawa ia kemari dan menyuruh kita berkumpul seperti ini?" tanya Marvin. Ayah Ali.

Memang saat ini, Ali membawa Jessica dan menyuruh kedua orang tua serta adik dan kakaknya (Arbani dan Kaia) untuk berkumpul di dalam satu ruangan, ia ingin memberitahukan rencana pernikahannya.

Ali memandang Jessica yg nampak gelisah lalu bergantian memandang kedua orang tua serta kakak dan adiknya yg menatap Jessica tidak suka.

"Aku dan Jessica akan menikah secepatnya." kata Ali kemudian setelah lama ia diam.

"Apa??" pekik mereka berempat. Membuat Jessica semakin menunduk takut.

"Kamu gila!" seru Kaia, kakak Ali.

"Kakak sudah gila." kata Arbani memandang Ali dan Jessica bergantian.

"Gila, bagaimana kamu akan menikah! Sedangkan istrimu saja baru saja kembali dari komanya!" kata Elissa, Ibu Ali geram dengan tingkah anak tengahnya ini.

Sementara Marvin, ayah Ali. Memandang datar kearah Ali dan juga Jessica. "Kami tidak akan pernah setuju dengan hubungan kalian, apalagi sampai akan menikah."

"Dengan atau tanpa persetujuan kalian, kami akan tetap menikah." kata Ali lantang.

"Ali, bagaimana dengan Keyla?" tanya Kaia.

"Ia tetap akan menjadi istriku."

"Aku tidak mau punya kakak ipar seperti dia, dia itu ular berbisa kak." kata Arbani menunjuk Jessica yang sedari tadi hanya menunduk, takut.

"Jaga ucapan mu Bani." geram Ali, ia tidak suka jika ada orang yang menjelekkan Jessica, salah satu orang yang ia cintai.

"Apa Keyla setuju dengan semua ini?" Elissa.

"Aku tidak memberitahunya."

"Bodoh dia itu istrimu dan seharusnya dia adalah orang pertama yang kamu mintai izin sebelum kami." Sunggut Arbani kesal.

Ali menatap Arbani tidak suka, "aku tidak perlu minta izin padanya."

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat dan mendengar semua ucapan mereka. Ia memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Ia pun mundur beberapa langkah, berbalik hendak keluar dari rumah itu.

Dia adalah Keyla, ia datang ke rumah ini ingin memberikan baju yang ia ambil dari toko untuk Lea tadi di toko Pricilla atau toko mereka berdua. Tapi sampai di rumah itu, ia malah mendengar hal yang seharusnya tidak ia dengar.

"Mama ... " ucap Lea dari tangga lantai dua. Membuat semua orang yang ada di ruangan tengah itu menengok dan melihat ada Keyla di sana.

Mereka semua langsung menegang, apalagi Ali. Dia langsung bangkit dan mendekat kearah Keyla, namun Keyla sudah berlari keluar rumah dengan derai air mata.

Walaupun ia belum percaya seratus persen jika Ali itu suaminya, tapi entah kenapa hatinya sangat sakit saat mengingat Ali mengucapkan bahwa ia tidak butuh persetujuannya untuk menikah lagi.

Dia memang sudah mulai menerima Ali, walaupun itu sulit tapi setidaknya ia sudah berusaha. Tapi jika seperti ini untuk apa ia menerima Ali yang akan menjadi milik orang lain.

Keyla mulai berfikir apakah dulu ia kecelakaan karena hal yang sama seperti ini juga? Kalau ia maka ia tidak ingin ingat masa lalunya, buat apa jika ia mengingatnya yang hanya akan membuatnya sakit hati.

TBC

Sorry for typo!!

Thanks for reading!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status