[ Bab 6, Ke Egoisan Ali ]
"Jadi kamu tinggal di sini?" tanya Pricilla.
"Hm." lirih Keyla.
"Ku kira kamu tinggal di rumah Ali?" tanya Ferro.
"Ya, tapi aku tidak bisa-maksudku rasanya aneh sekali jika kamu harus tinggal bersama orang-orang yang tidak kamu kenal. Tapi mereka mengenalmu, seperti kalian." kata Keyla menjelaskan.
Saat ini mereka berada di Apartemen Keyla. Menurut Ferro dan Pricilla memang Keyla lebih baik tinggal di sini ketimbang bersama bajingan ulung itu.
Ferro menghela nafas panjang lalu melirik Pricilla. "Kita tidak bohong, kita sahabatmu. Kita, aku kamu dan Pricilla bersahabat sudah lama."
"Ya, walaupun kamu banyak mempunyai sahabat. Tapi kita lah yang paling akrab denganmu." kata Pricilla menambahkan.
"Entahlah, tapi walaupun aku tidak mengingat kalian 'kan kita bisa membuat persahabatan baru mulai sekarang." kata Keyla dengan senyum tipis. Entah kenapa dia sangat yakin bahwa dua orang yang bersamanya itu orang yang baik.
"Huh, baiklah"
"Jika kalian sahabatku, kalian pasti tau kenapa aku bisa menjadi koma setahun setengah yang lalu bukan?" tanya Keyla, ia menatap Pricilla dan Ferro bergantian.
Ferro dan Pricilla berpandangan sesaat lalu menggeleng, namun perkataan yang keluar dari mulut mereka tidak sesuai dengan tindakan mereka.
"Ya, kami tau."
"Apa yang terjadi padaku saat itu?" tanya Keyla antusias.
Ferro menatap Keyla nanar, haruskah ia menceritakan segalanya. Ferro menggelengkan kepalanya, sepertinya tidak. Ia takut dianggap pembohong atau apapun itu jika Keyla memang tidak mengingatnya sendiri.
"Kenapa kalian diam?"
"Kamu kecelakaan mobil waktu itu." kata Pricilla lirih.
"Sungguh?"
"Ya, Pricilla benar. Kamu kecelakaan mobil, saat itu mobil yang kamu kendarai tertabrak kereta api yang membuat mobilmu terpental beberapa meter lalu meledak. Untunglah warga sekitar sudah mengeluarkanmu dari mobil itu sebelum akhirnya mobilmu meledak." kata Ferro. Ia tidak sepenuhnya berbohong kan?
"Begitu ya." lirih Keyla, ia bergidik ngeri mendengar cerita Ferro, bagaimana bisa mobilnya tertabrak kereta api?
"Hei jadi apa kegiatanmu sehari-harinya di sini?" tanya Pricilla mengalihkan pembicaraan.
Keyla mengangkat bahu. "Hanya memandangi jalanan yang macet."
"Bagaimana jika kamu kembali bekerja bersama kami." kata Pricilla antusias.
"Aku tidak yakin Ali akan mengizinkanku." kara Keyla, walaupun bagaimana pun yang Keyla tau Ali adalah suaminya.
"Kamu tidak perlu mendapat izin darinya." kata Ferro sinis, dia sangat membenci pria bernama Ali itu.
"Ya, kamu bisa kembali bekerja bersama kami tanpa izin darinya. Lagipula apa kamu yakin dia jika dia memang suami yang baik untuk mu?" tanya Pricilla
"Apa maksudmu?" tanya Keyla heran.
"Ah ti-tidak kok." kata Pricilla gelagapan.
"Memangnya kalian bekerja apa?" tanya Keyla, ia sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Kami desainer, Pril. Aku men-desain baju, gaun dan semua yang berhubungan dengan kain. Jika Ferro men-desain rumah beserta isinya." jawab Pricilla.
"Waw, itu keren." kata Keyla takjub.
"Lalu apa yang harus aku kerjakan?"
"Hm, sebenarnya dulu kita mengerjakan pekerjaan sebagai desainer itu bersama, aku kamu dan dia." jelas Ferro menunjuk Pricilla.
"Waw aku juga seorang desainer."
"Iya, tapi itu sebelum kamu memutuskan untuk menikah dengan Ali. Setelah menikah kamu terlalu sibuk dengan suamimu itu sehingga kanu meninggalkan pekerjaan itu pada kami." decak Pricilla ketus.
"Uh, maaf."
"Tidak masalah. Sekarang kamu mau kan bergabung lagi dengan kami, siapa tau kamu bisa mengingat-ingat masa-masa kita dulu."
"Hu'um baiklah, tapi jika gambarnya jelek jangan di ejek yah :-)." kata Keyla.
"Tidak akan, Keyla. Gambarmu adalah yang terbagus di antara kami." kata Ferro.
***
"Sayang, jadi kapan kita akan menikah?" tanya Jessica.
Ali memijat pelipisnya, lalu menatap Jessica.
"Aku harus izin kepada kedua orang tuaku dulu, sayang. Aku tidak bisa melakukan pernikahan tanpa persetujuan mereka." kata Ali, memeluk Jessica dari samping.
Jessica yang tersenyum, seketika senyumnya pudar saat mengingat kedua orang tua Ali menentang hubungan mereka. "Tapi, apa kamu yakin mereka akan memberi kita izin jika kamu memintanya?" tanya Jessica mendongak menatap Ali.
"Harus dong sayang." kata Ali tersenyum. Bahkan ia sendiri saja tidak yakin jika kedua orang tuanya akan merestui hubungan mereka, mengingat kedua orang tuanya yang menentang hubungan mereka sejak awal.
"Sayang, aku harus pergi."
"Ke mana?" tanya Jessica, tidak rela jika Ali harus pergi walaupun untuk sesaat.
"Aku harus memastikan bahwa Keyla baik-baik saja." kata Ali.
Jessica mendengus. Selalu saja Keyla yang menjadi nomor satu. "Yu sudah sana pergi, jangan kembali kalau perlu." kata Jessica kesal.
Ali menghela nafas panjang." Sayang, jangan seperti itu dong. Bagaimanapun dia itu istriku yang aku cintai, sama seperti aku mencintai kamu."
"Kenapa sih selalu Keyla yang jadi Utama?" Sungut Jessica kesal.
"Kamu cemburu?"
"Jelas lah, perempuan mana yang tidak cemburu jika orang yang dicintainya lebih memilih perempuan lain." kata Jessica kesal.
Ali tertegun sesaat, ingatannya kembali pada saat satu setengah tahun lalu. Saat Keyla masih baik-baik saja, Keyla pernah mengatakan hal yang sama seperti Jessica.
"Kok malah ngelamun sih, sayang."
"Ah, tidak kok sayang. Aku harus pergi, besok aku ke sini lagi ya." kata Ali bangkit dari duduknya dan langsung keluar rumah Jessica.
Meninggalkan Jessica yang terdiam di tempat memandang kepergian Ali dengan tatapan kehilangan. Tidak mudah menjadi kedua, orang bilang yang kedua itu akan selalu di utamakan. Nyatanya tidak untuk Jessica, ia yang kedua tapi tetap harus menjadi yang kedua bukan yang utama seperti kata pepatah.
Ali memarkirkan mobilnya di basemen Apartemen yang di tempati Keyla. Ali turun dari mobilnya dan langsung masuk lift untuk naik ke kamar Keyla. Sesampainya di atas, ia langsung masuk. Tetapi ia tidak menemukan keberadaan Keyla di mana pun.
"Sayang kamu di mana?" kata Ali, ia mulai khawatir sekarang.
Ali memgeluarkan iPhone dari saku celananya untuk menghubungi Keyla, begitu tersambung ternyata iPhone Keyla ada di sofa ruang tengah.
"Sial, ke mana dia." gerutu Ali.
Dengan segera berlari keluar kamar dan kembali memasuki lift untuk turun. Sesampainya di lobby, ia bertanya pada salah satu satpam.
"Pak Herman tau di mana istri saya?" tanya Ali langsung tho the poin.
"Nyonya baru saja pergi keluar dengan Pak Ferro dan Bu Pricilla, memang Nyonya tidak memberitahu Anda?" jawab Pak Herman sekaligus bertanya.
Ali menggelengkan kepalanya, "tidak. Terima kasih pak." kata Ali, berlari memasuki mobilnya.
"Ke mana mereka pergi." gumam Ali.
"Ck, kuharap Ferro dan Pricilla tidak berbicara yang tidak-tidak tentangku." lirihnya. Ali belum sanggup jika harus kehilangan Keyla lagi. Tidak, tidak akan pernah sanggup.
***
"Ini rumah siapa?" tanya Keyla saat mereka memasuki sebuah rumah sederhana berlantai dua.
"Ini rumah kita, maksudku ini hasil desainmu yang kita buat untuk pertama kalinya." kata Pricilla.
"Waw, benarkan? Ini sungguh keren." kata Keyla, matanya menatap kesekeliling rumah itu.
"Sore Bu Pricilla, Pak Ferro dan Bu Keyla. Bu, ini cacatan bahan yang harus di beli untuk pembangunan rumah pak, Ridwan." ucap seseorang lelaki.
"Ya sudah nanti Alif yang akan membeli bahan itu." kata Pricilla asal.
"Kok aku sih, Bu. Anwar saja noh nganggur. Aku kan harus menyelesaikan renovasi rumah Pak Harry, Bu." kata lelaki bernama Alif, ia berada tak jauh dari Pricilla.
Memang rumah itu bukan rumah tempat tinggal Pricilla, Ferro maupun Keyla. Tapi rumah untuk mereka bekerja, dan para karyawannya berkumpul. Atau kata kerennya sebut saja itu kantor.
Pricilla menatap sebal kearah Alif, Alif malah berjalan mendekat kearah Keyla berdiri.
"Hallo Bu Keyla apa kabar? Bagaimana rasanya setelah bangun dari tidur panjang Bu?" tanya Alif pada Keyla.
Keyla hanya memandang bingung kearah Alif, ia menatap Ferro dan Pricilla bergantian.
"Tidak usah sok akrab deh Lif, Keyla juga tidak akan ingat kamu." kata Pricilla terkekeh di akhir kalimatnya.
"-__- jadi Bu Keyla benar-benar lupa ingatan ya? padahal saya sudah sangat senang melihat Ibu di sini, itu artinya kami akan mendapat makan gratis hehe." kata Alif cengar cengir di akhir kalimatnya.
Alif memang karyawan yang paling akrab dengan ketiga bos nya itu. Karena ia adalah karyawan pertama mereka. Yang membantu mereka dari awal karir, Keyla, Pricilla dan Ferro.
"Oh ya, baru ingat. Pak Harry minta Pak Ferro untuk bertemu, ia berencana ingin membuat rumah untuk adiknya yang baru menikah, siapa ya nama adiknya Pak Harry itu kalau tidak salah Nona Verra." kata Alif panjang lebar.
Keyla saja melongo mendengar itu. "Kamu harus mulai terbiasa Pril, Alif adalah karyawan yang paling cerewet dan selalu menghafal nama-nama orang yang tidak penting."
Keyla hanya tersenyum, sepertinya jika ia ikut bergabung di sini akan lebih menyenangkan ketimbang di rumah hanya diam menatap jalanan kota A yang macet.
"Sudah-sudah kembali bekerja sana." kata Ferro.
"Sepertinya di sini menyenangkan." kata Keyla dengan senyum tipisnya.
"Pak, minta ongkos dong." kata Alif menyodorkan tangannya pada Ferro.
"Lah bukanya tadi pagi sudah ya." kata Pricilla.
Alif mendengus. "Itu sudah dipakai untuk beli makan para pekerja renovasi rumah Pak Harry Bu."
Ferro mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikannya pada Alif, kalau tidak di jamin lelaki itu tidak akan pergi dari hadapannya.
"Dasar karyawan kurang ajar." decak Pricilla, namun Alif malah menjulurkan lidahnya mengejek.
TBC.
Sorry for typo!!
Bab 7, Ali Mau Menikah Lagi ]"Besok aku akan menjemputmu ya." kata Pricilla sebelum Keyla turun dari mobil.Keyla tersenyum. "Oke. Kalian hati-hati di jalan."Keyla keluar dari mobil dan masuk kedalam lobby Apartemen, memasuki lift untuk naik kekamarnya. Sepertinya ia lebih mudah akrab dengan Ferro dan Pricilla daripada keluarga suaminya sendiri. Mungkin ia dulu lebih dekat dengan dua orang itu ketimbang keluarga suaminya, itu sih masih mungkin. Keyla juga tidak tau, dan sedang mencaritahu.Keyla memasuki kamar Apartemennya, lelah. Keyla ingin segera istirahat untuk menghilangkan lelahnya."Sayang, kamu dari mana saja sih, jam segini baru pulang?" tanya seseorang yang dengan tiba-tiba memeluk Keyla.Keyla sudah tau, itu pasti Ali. Ya memangnya siapa lagi kalau bukan Ali?"Mencari aktifitas agar tidak bos
[ Bab 8, Ali Memang Bajingan ] Malam itu, setelah pergi dari rumah Ali, Keyla tidak sengaja bertemu salah satu anggota keluarganya. Bukan keluarga suaminya, tapi keluarganya yang sesungguhnya. Dan setelah berbincang akhirnya Keyla mengambil keputusan untuk tinggal bersama keluarganya agar Ali tidak dapat menemukannya. Dan kini seminggu Keyla tinggal bersama orang tuanya, dari mulai malam itu. Selama seminggu Keyla berada di rumah orang tuanya, dia tidak ke mana-mana, hanya berkeliling rumah atau lebih tepatnya Mansion di temani beberapa pelayan agar tidak kesasar. Keyla mempunyai dua saudara lelaki, satu kakak dan satunya adiknya. Adiknya bernama Rio masih kuliah semester 4, jadi setiap hari ia akan pergi dan pulang di sore harinya. Sementara kakaknya bernama Juna selalu bekerja walaupun kadang hanya di ruangannya. Keyla masih tidak menyangka jikalau kakaknya yang bersi
[ Bab 9, Surat Cerai Dari Keyla ]"Biodata Lengkap Keyla." ucap Kevin di depan iPhone-nya, membuat Ali mengernyit heran."Mungkin yang anda maksud Keyla Latuconsina." balas suara mba-mba di iPhone Kevin atau mba google"Keyla Latuconsina mah artis favorit aku. Umurnya juga baru 19 tahun." gerutu Kevin kesal."Nama lengkap Keyla siapa Ali?" tanya Kevin menoleh kearah Ali.Ali menatap Kevin aneh. "Mau apa kamu tanya nama lengkap Keyla?" Ali balik bertanya.Kevin mendecakkan lidahnya. "Mau di bantuin tidak sih?""Iya-iya, Keyla Achazia." Jawab Ali, walaupun sebenarnya ia masih bingung dengan apa tujuan Kevin berbicara dengan mba-mba google."Biodata lengkap Keyla Achazia." ucap Kevin di depan iPhone-nya. Lagi."Mungkin yang anda maksud Keyla Achazia Murtaugh." ucap mbak-mbak googl
[ Bab 10, Keyla Kembali Ke Kampus ]"Iya, kak ... hm aku tau ... ya aku ingat kakak, yang lupa ingatan itu dia bukan aku!"Tut....Seorang gadis duduk sendirian di kantin dengan menggerutu sebal. Baru saja ia menerima telfon dari sang kakak, Karina, mengatakan jika adik iparnya mulai kuliah hari ini dan ia di suruh untuk mengawasinya.Gadis itu sangat sebal karena sang kakak yang sangat cerewet, adik ipar kakaknya yang akan kuliah di tempat ia kuliah memang sedang Amnesia tapi bukan berarti dia juga tidak ingat rupa adik ipar kakaknya. Dulu juga ia adalah teman dari adik ipar kakaknya itu walaupun tidak akrab.Gadis itu mendongak mendengar suara gaduh di depannya, dia melihat seorang lelaki yang menarik tangan seorang gadis duduk di bangku depan gadis itu."Bisa tidak sih, tidak main tarik-tarik sembarangan." kata gadis itu marah."
[ Bab 11, Kehadiran Lea dan Ali ] [ Normal.] Keyla Achazia Murtaugh, perempuan cantik berumur 23tahun. Putri dari satu-satunya Presiden yang ada di Negara A, yaitu Presiden Xion Lee Murtaugh. Walaupun ia adalah seorang putri dari seorang Presiden, tapi ia tidak mau di kenal sebagai seorang putri Presiden. Selama ini dia selalu menyembunyikan jati dirinya dari publik, bahkan saat ia mengalami Amnesia pun ia tidak mau di kenal sebagai seorang putri Presiden oleh publik. Keyla itu sangat cerdas, di saat umurnya 15thun ia sudah lulus SMA, dan saat ia memasuki sebuah universitas, ia memutuskan untuk tinggal di Apartemen. Awalnya tidak ada yang setuju dengan usulnya, tapi dia terus memohon agar ia di izinkan tinggal di Apartemen. Keluarganya yang menyayanginya pun akhirnya mengizinkan Keyla tinggal di Apartemen. Keyla sangatlah senang saat di izinkan tinggal di apartemen seorang diri
[ Bab 12, Di Jemput Ali ][ Keyla Achazia ]"Kenapa kamu tidak menandatangani surat itu?" tanyaku pada Ali yang kini sedang menyetir.Ali menoleh sekilas padaku. "Kenapa?" ditanya malah balik tanya -_-."Kenapa? Kenapa kamu tidak menandatangani surat itu?" tanyaku sekali lagi."Karena aku tidak ingin kita bercerai." katanya santai."Kenapa?" tanyaku."Apanya yang kenapa.?""Kenapa kamu tidak ingin bercerai denganku?" Sungguh, aku geram dengan sikap Ali."Karena aku mencintaimu."Aku tergelak di tempat dudukku. "Haha mencintaiku kamu bilang? Aku tidak salah dengar kan? Bagaimana kamu bisa mengatakan jika kamu mencintaiku tapi kamu ingin menikahi gadis lain?""Maafkan aku, sungguh aku mencintaimu walaupun jujur aku juga masi
[ Bab 13, Uangku Tidak akan Habis. ][ Aliando Scoot Clifford ]Hari ini aku senang karena aku dapat mengantarkan Keyla ke kampusnya, ya walaupun awalnya ia tidak mau. Tapi dengan sedikit paksaan Kakaknya Juna, akhirnya dia mau juga.Walaupun dia masih tetap ketus padaku aku tidak perduli, aku akan terus berusaha agar ia kembali mencintaiku lagi seperti dulu. Aku juga berjanji padanya jika aku akan mencintainya sepenuhnya dan akan melupakam perasaanku pada Jessi.Aku yakin jika perlahan-lahan perasaanku pada Jessi akan hilang dan bisa mencintai Keyla sepenuhnya.Jam 13.30 aku bergegas untuk menjemputnya dari kampus, tadi aku sudah mengatakan pada supirnya jika aku yang akan menjemput Keyla. Setengah jam kemudian aku sampai di kampus Keyla, aku turun dari mobilku dan mencari Keyla.Ternyata Keyla berada tidak jauh dari aku memarkirkan mobil, dengan cepat
[ Bab 14, Keyla Deg-Deg'an Kalau Dekat Reno. ][ Normal ]Hari ini seperti hari hari biasanya Keyla pergi ke kampus dengan diantar Ali. Walaupun Keyla tidak mau, tapi tetap saja Ali memaksa agar Keyla ke kampus dengan Ali.Keyla menatap kesal kearah Ali yang sudah bersandar pada mobilnya menunggu Keyla. Berbeda dengan Ali, ia langsung tersenyum begitu tau Keyla sudah keluar dari rumah."Sedang apa kamu di sini?" tanya Keyla kesal.Ali malah tersenyum simpul melihat Keyla yang kesal terhadap nya. "Tentu saja untuk mengantar istriku." ucap Ali masih dengan senyum."Aku sudah bilang aku bisa pergi sendiri jadi kau tidak perlu repot repot datang untuk mengantar ku." katanya seraya melihat kedua tangannya di depan dada."Jika aku bisa kenapa tidak." kata Ali dan membuka pintu mobil untuk Keyla. "Silahkan masuk Tuan Putri." lanjut Ali dengan gaya membungkuk