Home / Lain / Ambilah Gaji Suamiku! / Mengamankan barang berharga

Share

Mengamankan barang berharga

Author: Fhifhie_Zaa
last update Last Updated: 2023-08-01 10:02:32

Mengamankan barang berharga 

Pagi hari aku bangun sedikit kesiangan akibat semalam aku tak bisa tidur. Segera aku menunaikan ibadahku dan meluncur ke dapur memasak untuk sarapan kami. Usai memasak dan beberes singkat, aku segera memandikan Riko yang sudah bangun. Ia selalu bangun pagi karena selalu aku ajak sholat bersama. 

"Cuma nasi goreng telur, Dek? Gak ada yang lainnya?" 

"Gak ada, Mas. Kita harus berhemat. Makan saja yang ada," ujarku  sambil meletakkan teh hangat di samping suamiku. 

"Ahhh kamu itu gak pandai mengelola uang. Makanya bekerja biar tau gimana susahnya cari uang. Gak cuma protes saja dirumah. Masa uang segitu dibilang kurang. Kamu-nya yang boros berarti." 

"Sekarang semuanya serba naik, Mas. Jadi aku akan benar- benar berhemat dan jangan tanya ikan, ayam ataupun daging lagi. Kecuali kamu beri aku nafkah seperti semula. Sekarang Riko juga sekolah dan belum bayar uang bulanannya." 

"Ngapain juga di sekolahin. Buang- buang biaya segala. Lebih baik kamu ajari dia di rumah. Kalau jatahnya SD baru sekolahin. Aku gak mau tahu harus tersedia makanan kesukaan aku setiap hari. Aku gak bisa makan tanpa adanya aneka protein hewani." 

"Beri aku tambahan uang dan akan aku masakan menu kesukaan kamu." 

Mas Adam memilih pergi dari rumah tanpa menyentuh sarapannya. Seharusnya dia bersyukur aku masih mau membuatkan sarapan untuknya. Ia pikir uang 1 juta cukup untuk semuanya. Untung aku bisa mengakali semuanya. Untuk bumbu dapur aku menanam sendiri di halaman belakang rumah ini menggunakan pot. Ada cabai besar, cabe rawit, bawang merah,bawang putih, kunyit, lengkuas,sereh aku tanam sendiri di belakang. Di depan rumah aku tanami sayur bayam, terong,dan kangkung. Lumayan untuk masak sehari- hari. 

"Ma, Papa kok marah aku sekolah. Memangnya Papa gak mau ya lihat aku pintar?" 

Astagfirullah, aku lupa jika tadi kami berdebat ada Riko di antara kami. Ya Allah, maafkan aku. Seharusnya, Riko, tak mendengar perdebatan tadi. 

"Anak mama,salah paham akan ucapan Papa tadi. Bukan seperti itu maksudnya, Nak. Sudah gak usah dipikirkan lagi. Sekarang Riko sarapan terus kita berangkat sekolah," ucapku sambil tersenyum kepadanya. 

Dengan lahap, Riko menyantap sarapannya dan menghabiskan susu yang telah aku sediakan. Aku juga memakan bagian ku,sebagai tenaga untuk memikirkan apa langkah selanjutnya yang harus aku perbuat. 

Usai mengantarkan , Riko sekolah, aku kembali kerumah guna mencari dimana sertifikat rumahku disimpan oleh, Mas Adam. Untung waktu itu sertifikat ini atas namaku. Semoga aku tak terlambat mengamankan sertifikat rumah ini. 

Setibanya aku dirumah. Segera aku menggeledah seluruh rumah guna mencari dimana sertifikat itu berada. Mengapa aku dengan bodohnya menyerahkan begitu saja sertifikat ini pada,Mas Adam. 

"Ahhh ketemu. Alhamdulillah, aku harus segera mengamankan sertifikat ini," Gumamku dan segera membawanya untuk aku simpan.

[Rere, kamu ada waktu siang ini?]  

[Ada, San, ada apa?]

[Bisa kita bertemu, aku ingin meminta bantuanmu?]

[Baiklah, kamu datang saja ke kantor. Aku tunggu kamu.]

[Oke. Aku segera ke kantor kamu.]

Aku segera berangkat menuju kantor milik sahabatku. Hanya dia yang bisa membantuku saat ini. Dan hanya dia lah tempatku berbagi suka duka ku. Segera aku mengendarai sepeda motorku dan menuju kantor milik, Rere. Ternyata, Rere sudah menungguku di lobby kantornya. Aku segera menghampirinya.

"Hai,apa kabar,San?" 

"Kurang baik, Re. Aku ingin meminta bantuanmu." 

"Ya sudah kita ke kantin sambil mengobrol." 

Aku menceritakan semuanya pada Rere. Hingga pada akhirnya aku juga meminta tolong untuk mengamankan sertifikat rumahku padanya. Hanya dia yang aku percaya. Tak mungkin juga aku menyerahkan pada orangtuaku. Aku berada jauh dari orang tuaku. 

"Ya ampun keterlaluan suami kamu dan keluarganya, San. Lebih baik simpan di Bank saja lebih aman. Hanya kamu yang bisa mengambilnya." 

Saran Rere ada benarnya juga. Perhiasanku juga akan lebih aman jika disimpan disana.

"Benar juga kamu, Re. Ya sudah aku bawa ke Bank depan saja kalau begitu." 

"Ya sudah, ayo aku temani." 

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pukul 4 sore,aku menjemput Riko di sekolahannya. Ya,Riko aku masukan sekolah full day. Bukan aku tak mau mendidik putraku, tetapi aku juga butuh waktu untukku bekerja. Tidak ada yang mengetahui bahwa aku membuka usaha. Termasuk suamiku sendiri. Aku hanya berjaga- jaga saja, tetapi ternyata benar firasat ku kala itu. 

"Mama." Teriak Riko saat ia telah keluar dari ruangannya. 

"Anak mama wangi sekali. Bagaimana sekolah hari ini?" 

"Riko belajar melukis, Ma. Ini lukisan, Riko," ucapnya sambil menyerahkan lukisan kepadaku. 

"Waaa ini bagus sekali. Nanti kita tempel di rumah." 

"Boleh, Ma." 

"Boleh dong. Ayo kita pulang." 

Kami akhirnya pulang setelah berpamitan pada guru pembimbing anakku. Kami mengendarai motor dengan pelan, menikmati suasana sore hari di kota  kelahiran, Mas Adam. 

"Ma, Riko, mau ayam goreng?" Pinta anakku. 

Ia hafal dimana penjual ayam goreng berada. Karena jalan menuju rumahku melewati gerai ayam goreng. Segera aku parkiran motor dan memesankan makanan untuk kami berdua. Kami makan bersama. Terlihat anakku begitu senang makan ayam goreng di gerai ini. 

Dahulu aku akan membungkusnya dan kami akan makan bertiga bersama. Tetapi kali ini, lebih baik aku dan anakku saja. Aku masih kesal terhadap, Mas Adam. 

Setibanya kami di rumah ternyata sudah ada mobil Mas Adam. Tumben sekali dia sudah pulang kerumah. Biasanya ia akan pulang malam karena mampir terlebih dahulu kerumah Mama. 

"Assalamu'alaikum," ucapku saat kami masuk kedalam rumah. 

"Wa'alaikumsalam. Kenapa baru sampai rumah kamu? Biasanya jemput, Riko gak lama." 

"Tadi ngobrol dulu sama guru pembimbingnya, Riko." 

"Kenapa kamu gak kemas- kemas sih. 'Kan sudah aku katakan kita akan tinggal dirumah, Mama dan rumah ini akan aku jual."  

Aku meminta anakku untuk masuk kedalam kamarnya dan berganti pakaian. Walau ia masih kecil tetapi ia sudah bisa berganti pakaiannya sendiri maupun mandi sendiri. 

"Bukankah aku sudah bilang kalau aku gak mau pindah kerumah Mama. Aku juga tak setuju rumah ini dijual sampai kapanpun. Jika, Mas, mau pindah,silahkan pindah sendiri jangan suruh aku maupun Riko juga ikut pindah." 

"Santi ! Kamu sudah berani membantahku? Kamu mau jadi istri durhaka?" Bentak Mas Adam. 

Astagfirullah, mengapa jadi seperti ini. Aku hanya mengelus dada ini. Memangnya dipikir aku gak tau akal bulus kalian semuanya. 

"Kalau aku ikut dengan kamu, apa kamu bisa menjamin hidupku nyaman seperti di rumah ini? Apa kamu juga akan memberikan aku nafkah tambahan yang aku minta? Apakah hasil jual rumah ini akan utuh masuk ke rekening aku untuk biaya sekolah, Riko tanpa kamu potong?" 

Terlihat Mas Adam tak dapat menjawab pertanyaan ku. Jelas dia tak sanggup memenuhi keinginanku. Sedangkan seluruh keluarganya ingin menikmati uang penjualan rumah ini, terutama Mbak Danik yang sudah mengelu- elukan membeli rumah dikawasan elit. Aku tahu berapa harga rumah di perumahan tersebut. 

"Ini juga rumahku,Santi. Aku juga membeli rumah ini. Mana bisa uang semuanya jatuh ditangan kamu. Jadi wanita jangan serakah. Lagi pula dirumah Mama semua kebutuhan tercukupi. Kamu dan Riko gak harus melulu makan sayur- sayuran seperti dirumah ini. Riko juga bisa meneruskan sekolahnya." 

Aku tertawa mendengar ucapan Mas Adam barusan, "Mas lupa atau bagaimana sih, hampir 90 persen rumah ini aku yang membeli menggunakan uang tabunganku. Jadi, kalau rumah ini dijual otomatis uang menjadi milikku. Mas lupa harga rumah ini berapa dan,Mas memberikan aku uang berapa. Mau aku ingatkan harga rumah ini waktu itu. Aku masih menyimpan kwitansinya." 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Amaly
lanjutkan membaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Pagi-pagi Bikin Emosi

    Pagi bikin emosi Tok ... Tok ... Tok ... "Adam." "Adam buka pintunya!" Gedoran demi gedoran sangat mengganggu aktivitasku pagi ini. Ini masih pukul 5.30 pagi. Aku mematikan kompor dan segera membuka pintu depan yang digedor secara tak manusiawi. Ceklek ... "Ada apa sih, Mbak. Datang itu yang sopan sedikit. Mengganggu tau. Ini juga masih pagi."  "Halah gitu doang. Mana Adam, suruh temui aku." "Memangnya ada apa, Mbak? Mas Adam masih tidur jam segini. Mbak kepagian datang kemari." Kebiasaan mbak Luna jika datang ke rumahku ia langsung masuk ke dalam padahal belum aku persilahkan masuk. Kami memang tinggal satu desa, hanya beda RT saja. Mbak Luna tinggal di RT 10, dan aku tinggal di RT 15. Jadi ia leluasa ke rumahku sesuka hatinya. Sedangkan rumah Ibu Mertuaku tak jauh dari rumah Mbak Luna. 

    Last Updated : 2023-08-01
  • Ambilah Gaji Suamiku!   POV Adam

    Entah mengapa, Santi malah marah saat aku berikan uang bulanan jatahnya. Memang aku pangkas uangnya, toh selama ini juga sayur- mayur ia petik di kebun belakang atau depan rumah. Bumbu dapur juga ia menanamnya sendiri ia juga jarang membeli. Lagian Johan juga meminta tambahan uang buat membeli sepeda motor baru. Jadi wajar kalau aku mau membantunya. Tiba- tiba mbak Danik juga meminta aku untuk membantunya membeli rumah baru di perumahan elit di kota harganya pun fantastis. Angsuran mobilku saja belum lunas, ditambah angsuran rumah milik mbak Luna juga  belum lunas. Gaji ku memang banyak 10 juta perbulan belum lagi kalau ada bonus. Gaji ku lebih banyak aku serahkan pada keluargaku. Karena bagiku mereka adalah saudaraku sampai kapanpun. Tentu aku tak bisa menolak permintaan mbak Danik. Ia juga telah berjasa dalam hidupku. Tapi bagaimana caranya agar aku bisa memenuhi permintaan mbak Danik. Pusing ? Tentu aku pusing tujuh keliling. Apa yang harus aku lakuk

    Last Updated : 2023-08-01
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Jalan-Jalan

    "Asyikkk kita ke Mall lagi. Makasih, Ma. Riko seneng banget," ucap bocah kecil yang ada di gandengen tanganku."Apa sih yang gak buat anak ganteng Mama. Asal Riko nurut sama, mama. Mama akan kabulkan keinginan anak ganteng ini," sahutku sambil tersenyum bahagia.Bahagia hati ini kala melihat Riko tertawa dan ceria. Hampir satu bulan aku tak mengajaknya jalan- jalan seperti ini. Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Berharap pada suami tapi tak mungkin. Dia juga sibuk dengan keluarga dan saudaranya seolah dia belum mempunyai istri dan juga anak. Maafkan mama, Nak. Mama belum bisa membahagiakan kamu lebih dari ini. Tapi mama janji akan selalu membuat kamu tersenyum dan bahagia walau kamu tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Papa. "Ma,aku mau main di Timzon*." "Baiklah ayo kita kesana. Mama belikan dahulu kartunya." Setelah membeli kartu dan mengisi saldo untuk anakku main, aku membiark

    Last Updated : 2023-08-01
  • Ambilah Gaji Suamiku!   perkataan Menyakitkan

    Perkataan MenyakitkanUsai makan malam bersama Riko. Aku memutuskan untuk segera pulang. Ini sudah malam. Kasihan putraku kedinginan di jalan. Sebelum pulang aku melihat pekerjaan baju pengantin pesanan ku tadi. Ternyata sudah selesai pemotongan. Aku mengeceknya sebentar, memastikan tidak ada salah. Ini kain mahal dan berkualitas premium. "Hati- hati, ya. Jangan sampai salah." "Baik, Bu Santi," ucap salah satu karyawanku.Aku sendiri mempekerjakan 6 karyawan khusus bagian depan dan melayani pembeli. 3 lagi khusus bagian membantu menjahit pesanan baju. Mereka akan memotong dan aku yang akan mengerjakan jahitannya. Esok akan aku mulai jahit setelah mengantarkan Riko sekolah. "Baiklah.aku pulang dulu. Besok aku cek kembali." Setelah berpamitan pada seluruh karyawan ku, aku langsung pulang ke rumah. Entah apa yang akan terjadi lagi setibanya aku dirumah nanti. Kumasukkan motorku kedalam garasi dan segera mengajak masuk Riko. Menggandeng tangan kecilnya. "Assalamu'alaikum," Salam aku

    Last Updated : 2023-08-02
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mendapatkan Bantuan Rere

    Bantuan Rere "Siap bos. Mama siap- siap dulu ya, Riko tunggu disini saja." Aku segera keluar dari kamar putraku dan segera masuk kedalam kamarku. Mengganti pakaian dan merias sedikit wajahku. Mengambil tas dan kunci motor yang semalam aku meletakkan di meja rias. Netra ku tak sengaja melihat map biru ada di atas ranjang ku, segera aku mengambilnya dan membacanya sekilas. Mataku membulat kala apa isi dalam map tersebut. "Tak akan aku biarkan rencana kamu berjalan mulus, Mas." Gumamku sambil meletakkan kembali map itu. Segera aku menghampiri putraku dan mengajaknya keluar pagi ini. Ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah, harusnya ia berangkat pukul 8 nanti. Tetapi aku sudah malas berada di rumah. Lebih baik keluar rumah pagi ini. Kulakukan sepeda motorku keluar komplek perumahanku, Riko begitu semangat untuk makan bubur ayam dekat sekolahannya, rasanya memang enak dan mantab. Aku saja selalu ketagihan jika makan disana. Setelah sampai, aku segera memesan 2 porsi bubur ayam

    Last Updated : 2023-08-03
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Berkebun Bersama

    Tak terasa waktu terus berlalu, gaun pesanan milik mbak Dian juga telah selesai. Merek puas sekali akan pekerjaanku. Aku bahagia dan bersyukur tak mengecewakan mbak Dian dan calon suaminya. Aku bahkan diundang ke acara pernikahannya yang digelar di sebuah hotel berbintang. Ada rasa bimbang antara hadir dan tidak hadir. Jika aku hadir bagaimana dengan, Riko. Acaranya saja malam hari, mana mungkin aku meninggalkan Riko sendirian dirumah. Ku hempaskan tubuh ini di atas kasur yang begitu empuk dan nyaman. Mata ini terpejam tanpa aku sadari. Adzan subuh sayup- sayup mulai berkumandang segera aku bangun dan segera membersihkan diri ini lalu segera melakukan kewajiban ku menunaikan dua rakaat. Hari ini hari libur, aku ingin bersantai sejenak di rumah sebelum besok kembali beraktivitas. Aku awali pagi ini dengan melakukan aktivitas bersih- bersih rumah dan tentunya memasak. Sudah lama aku tak membuatkan menu kesukaan, Riko. Mumpung mas Adam pergi entah kemana. Sudah hampir satu minggu ini i

    Last Updated : 2023-08-05
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Perdebatan

    Perdebatan Malam ini aku habiskan waktuku bersama, Riko. Menemaninya menonton televisi sekaligus bercanda ria. Hidup kami sungguh nyaman dan damai tanpa adanya mas Adam. Aku seorang ibu sekaligus seorang ayah untuk anakku. Aku harus bisa memberikan kasih sayang lebih untuk putraku. "Ma, Mama kok gak beli mobil kaya Papa. 'Kan Mama bisa beli mobil sendiri. Butik milik Mama juga ramai." "Hmmm mobil? Memangnya Riko mau punya mobil?" tanyaku pada Riko."Mau, Ma. Teman- teman Riko pada diantar naik mobil. Katanya Riko gak pantes sekolah disana karena Riko hanya di antar jemput naik sepeda motor." Deg… Hati ini tentu terkejut akan pengakuan putraku ini. Bagaimana bisa anak kecil mengatakan hal seperti itu. "Astagfirullah. Kenapa begitu? Mau naik sepeda motor atau mobil sama saja. Itu sekolah umum. Lagi pula mama bayar sekolahnya loh. Do'akan mama lancar terus usahanya dan dapat beli mobil sesuai keinginan Riko," ujarku dengan lembut. Mencoba memberikan pengertian pada anak seusia Riko

    Last Updated : 2023-08-06
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mengusir Keluarga Suami

    Benar dugaanku, semua belum dibereskan. Bahan pakaian kotor telah menggunung di tempat cucian. Padahal di rumah ini ada mesin cuci. Pakaian tinggal dimasukan ke mesin sudah beres 'kan. Ibu dan anak sama saja meresahkan. "Santi kamu sudah pulang. Itu pakaian jangan lupa di cuci. Pakaian kotor sudah satu minggu, bau." "Kenapa gak kamu cuci sendiri. Bukankah ada mesin cuci mas. Aku capek mau istirahat," jawabku sambil berlalu meninggalkan mas Adam yang masih bengong di tempatnya. Seharusnya pagi ini aku ke butik, namun urung karena ingin melihat apa yang dilakukan keluarga suamiku. "Santi! Kamu istri macam apa seperti itu. Adam menikah lagi baru tahu rasa kamu!" cibir Ibu mertuaku"Oh.. silahkan ma. Silahkan jika mas Adam akan menikah lagi. Tapi sebelum itu, ceraikan aku terlebih dahulu," jawabku dengan semangat."Stop! Apa- apaan sih kamu, San. Kita gak akan berpisah," elak mas Adam. "Mama juga, jangan memperkeruh suasana deh. Aku masih mencintai Santi. Sampai kapanpun aku tak akan

    Last Updated : 2023-08-30

Latest chapter

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 41

    Kehidupanku saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahagia? Jelas... Jelas aku bahagia dan bersyukur. Apalagi memiliki anak- anak yang begitu perhatian dan saling menjaga satu sama lain. Riko bertanggung jawab atas kedua adik- adiknya. Hanya saja aku sedih dan gelisah saat ini. Sekian tahun lamanya ternyata putraku belum bisa menghapus rasa itu dari dalam dirinya. Entah apa yang harus aku lakukan lagi. Pertemuanku dengan Mas Adam membuat hati ini menjadi dilema dan serba salah. Riko yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu terus menerus menolak bertemu dengan Mas Adam. Setiap kali aku membahasnya ia akan tetap menolaknya mentah- mentah. Aku sudah bertekad akan mendekatkan Riko dengan Mas Adam. Bagaimanapun ia masih memiliki hubungan darah dengannya. Jika mantan istri itu ada tetapi tak ada yang namanya mantan anak. Mas Faiz berjanji akan terus membantuku. Aku tak ingin di cap negatif dalam mendidik Riko. Riko lulusan pesantren dan lulusan perguruan

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 40

    Santi merasa ada yang memanggil. Ia segera menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya. Mengatur nafasnya dan berusaha bersikap santai dan biasa melupakan ketegangan malam itu. "Loh Mas Adam sama siapa?" "Aku mengantar Johan dan istrinya. Katanya ingin berbelanja, itu mereka ada di butik kamu. Kebetulan aku sedang cari tempat makan malah ketemu kamu disini." "Oh,,, kebetulan kami habis makan disini bareng anak- anak." "Mana suami dan anak- anak kamu. Apa ada Riko,San?" "Hmmm suamiku baru di toilet dan anak-anak sudah menuju butik katanya mau ambil barang." "Riko? Berarti ia ada di butik kamu?" "Riko...." "Ma... Aku sudah selesai, ayo kebawah. Ayah biar nyusulin kita aja." Seketika Adam menoleh dan melihat putranya berada tepat di belakangnya. Rasa haru dan bahagia terpancar dari wajah Adam. Sekian lama mencari kini ia bertemu dengan putranya kembali. "Riko..

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 39

    Adam segera memarkirkan mobilnya kebetulan halaman rumah Ibunya cukup luas. Bahkan 4 mobil pun cukup di halaman depan rumahnya. Dengan pelan tapi pasti Adam memasuki rumahnya. Tampaklah anak kecil yang masih bermain di ruang tamunya rambut ikalnya dengan pipi yang gembul, belum lagi gigi di bagian depan yang membuatnya mengemaskan. 'Kenapa ada anak kecil dirumah ini? Anak siapa ini?' Gumam Adam sambil terus memperhatikan tingkah lucu anak di depannya. "Mas.. ayo masuk. Didalam ada anak- anak Mbak Danik. Maaf Mas, Alika ini suka sekali bikin berantakan." "Ini anak kamu, Wi. Kapan kamu datang?" "Iya, Mas. Ini Alika anakku dan Mas Johan. Kami datang tadi pagi. Sekitar jam depalanan. Oh Oya itu Mama dan Mas Johan ada diruang makan bersama kedua anak Mbak Danik." "Baiklah. Aku ke kamar dahulu sebelum menemui mereka." Adam segera berlalu. Sebelum benar- benar berlalu ia sempat mencium pipi gembul Alika. Ia sungguh terpesona

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 38

    "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Tari dan Mbak Danik bersamaan. Bu Tari segera melangkahkan keluar guna melihat siapa tamu yang berkunjung pagi ini. "Johan... Widi. Ayo masuk, kok gak bilang dahulu kalau mau pulang." "Kejutan untuk Mama. Sudah lama kami gak pulang kemari." Kata Widi istri dari Johan."Widi, anak ini..." "Iya, Ma. Ini anakku dan Mas Johan." "Mama punya cucu perempuan. Danik... Danik kemari, lihat lah ini. Mama punya cucu perempuan,Danik. Terimakasih Ya Allah, akhir ya aku punya cucu perempuan juga." "Johan, Widi apa kabar kalian." "Kabar baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana?" "Seperti yang kamu lihat. Mbak baik dan sehat." "Alhamdulillah kalai begitu, Mbak. Oh iya, Mas Adam kemana? Masa sepagi ini udah berangkat ke kedai?" "Ada baru menemui Santi dan Riko. Kebetulan kan mereka ada di Jakarta." Jawab Bu Tari dengan semangat. "Alhamdulilla

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Part 37

    Pov Santi Aku tak menyangka di usiaku yang tak lagi muda ini Allah masih memberikan aku karunia-Nya. Sungguh- sungguh karunia yang begitu indah bagiku. Sengaja aku tak memberitahu langsung suamiku, anak- anak dan keluarga besar ku maupun keluarga suamiku. Aku ingin membuat kejutan untuk semaunya nanti waktu perayaan anniversary Butik dan Bridal ku yang di Jakarta. Beruntungnya aku di Butikku ada Siska yang sangat aku percaya, ia mau tak mau juga membantuku menyembunyikan kehamilanku untuk sementara waktu. Jika Mas Faiz mengetahuinya pasti ia akan melarang ku untuk melakukan apapun. Sejujurnya aku sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Faiz. Ia sangat peduli dan perhatian penuh denganku. Apalagi jika tahu aku hamil lagi, ia memang menginginkan punya banyak anak. Untung saja kehamilanku kali ini tak membuatku harus sekalu ada didalam kamar sepanjang hari. Kehamilanku kali ini masih bisa membuatku beraktifitas seperti biasanya. "Bu Sant

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 36

    Tak terasa hari perayaan anniversary butik Santi diadakan. Santi dan keluarganya menggunakan baju dengan warna yang senada. Baju itu telah Santi rancang dan buat sendiri spesial untuk malam ini. Putranya juga terlihat gagah dan semakin tampan mempesona. "MasyaAllah anak Mama makin ganteng aja." "Iya dong Ma, siapa dulu ayahnya. Ayah Faiz." Gurau Riko sambil tersenyum dan terus menempel dengan Faiz. Sikap Riko terhadap Faiz memang berbeda, sedari kecil ia sangat manja dengan Faiz. Andai sejak dahulu aku bertemu dengan Faiz, mungkin kebahagiaan ini jauh lebih sempurna. Tak ada kesakitan atau kepahitan hidup ini yang begitu membekas di hati. Apakah Riko telah melupakan Papa kandungnya? Entahlah aku hanya berharap Riko tetap mengingat siapa Papa kandungnya dan berharap suatu saat nanti ia akan berbakti kepadanya juga. Aku tak ingin dianggap Ibu yang mencoba menghilangkan ingatan Riko tentang Papa kandungnya. Walau sejujurnya Mas Adam tak pernah sedikit

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 35

    "Pa... Papa baru sadar akan kehilangan sosok Mama dan aku. Papa baru menyesalinya sekarang saat Mama sudah bahagia. Papa Adam memang Papaku, tapi rasa sakit hati ini masih membekas dan selalu kuingat. Bagaiman perlakuan Papa terhadapku dan Mama. Papa lebih sering menyakiti Mama, membuatnya menangis dan bersedih. Papa berharap bertemu denganku dan Mama sekarang. Berharap ingin bertanggungjawab atas diri ini... Aku gak akan biarkan Papa bertemu Mama lagi. Aku memilih dimarahin Mama daripada membiarkan Papa bertemu Mama dan merusak kebahagiaan Mama. Cukup Ayah Faiz yang menjadi ayahku. Hanya dia ayahku." Geram Riko yang kebetulan ia habis bertemu kliennya dan menikmati es durian di kedai milik Adam. Riko segera bangkit dari duduknya tak lupa ia mengenakan kembali kaca mata hitamnya. Segera ia melangkahkan kakinya keluar dari Kedai Durian milik Adam. Ia hanya meminta sekretarisnya yang membayar ke kasir dan ia memilih menunggu di mobil. "Seandainya aku tahu

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 34

    Pukul 2 dinihari Santi dan Faiz sudah bangun dari istirahatnya. Santi dan Faiz selalu menjalankan sholat tahajud bersama didalam kamarnya. Selalu ada perlengkapan sholat didal.kamar mereka. Ada riwayat yang menganjurkan suami atau istri untuk membangunkan pasangannya dan melakukan shalat malam bersama. “Barang siapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR Ibnu Majah, al-Nasa`i, al-Baihaqi, dan al-Hakim). Usai menjalankan sholat bersama dan memohon kepada Sang Pencipta. Santi maupun Faiz mengaji bersama. Sudah menjadi kebiasaan keduanya usai menunaikan sholat tahajud. "Kenapa berhenti, Dek." Tanya Faiz yang tengah menyimak bacaan Al-Qur'an istrinya. "Astagfirullah, Mas. Aku lupa kalau pagi ini aku akan menyiapkan sarapan untuk Santri- Santri

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 33

    Waktu terus berputar, hari, bulan dan tahun terus bergulir. 15 tahun sudah Santi mengarungi bahtera rumah tangga bersama Faiz suami keduanya. Segala rintangan dan ujian telah ia lewati bersama. Santi dan Faiz telah dikarunia 2 orang anak perempuan yang kini keduanya juga mengemban ilmu di pondok pesantren milik kakeknya. Santi sendiri juga memilih tinggal di Jogja. Bahkan Santi juga telah membuka cabang butiknya di Jogja. Sedangkan butik utama ia percayakan sepenuhnya pada Rere. Walau Faiz adalah seorang anak Kiyai tetapi kedua orangtuanya tak mempermasalahkan pekerjaan Faiz diluar sana. Usaha Faiz yang berkembang pesat berdampak pula dengan perkembangan Pondok Pesantren milik Ayahnya. Faiz dan Santi sama- sama membangun dan memperluas Pondok Pesantren milik Kiyai Ahmad. Faiz juga kerap mengajar Santri- Santri yang berada di Pondok tentang usaha dan bisnis sebagai selingan para Santri belajar. Shakila Adiba Atmarini adalah perempuan pertama Santi dan Faiz sedangkan ya

DMCA.com Protection Status