Share

Jalan-Jalan

Penulis: Fhifhie_Zaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 10:09:48

"Asyikkk kita ke Mall lagi. Makasih, Ma. Riko seneng banget," ucap bocah kecil yang ada di gandengen tanganku.

"Apa sih yang gak buat anak ganteng Mama. Asal Riko nurut sama, mama. Mama akan kabulkan keinginan anak ganteng ini," sahutku sambil tersenyum bahagia.

Bahagia hati ini kala melihat Riko tertawa dan ceria. Hampir satu bulan aku tak mengajaknya jalan- jalan seperti ini. Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Berharap pada suami tapi tak mungkin. Dia juga sibuk dengan keluarga dan saudaranya seolah dia belum mempunyai istri dan juga anak. Maafkan mama, Nak. Mama belum bisa membahagiakan kamu lebih dari ini. Tapi mama janji akan selalu membuat kamu tersenyum dan bahagia walau kamu tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang Papa. 

"Ma,aku mau main di Timzon*." 

"Baiklah ayo kita kesana. Mama belikan dahulu kartunya." 

Setelah membeli kartu dan mengisi saldo untuk anakku main, aku membiarkan ia memilih mainan yang ia inginkan. Menemani setiap langkah kaki kecilnya. Hampir satu jam aku menemaninya bermain. Tanpa terasa bocah kecilku ini lapar. 

"Mama, aku lapar. Makan di pizza hu* ya ma." 

"Oke kita kesana. Mama juga lapar. Sudah puas ini mainnya?" 

"Sudah ma." 

Aku langsung mengajak putraku untuk makan ditempat yang dia inginkan. Aku memesan menu kesukaan anakku. Tak menunggu lama pesanan kami telah tersaji di meja kami. Aku dan Riko makan bersama. Riko nampak bahagia sekali hari ini. Usai makan, ku ajak Riko untuk kembali pulang. Karena sore ini aku ada janjian bertemu klien yang akan memesan gaun pengantin padaku. Aku memang bisa merancang gaun pengantin, walaupun aku belajar secara otodidak tetapi Alhamdulillah hasil karyaku semuanya bagus- bagus banyak diminati oleh pelanggan ku. Mau pelanggan lama atau pelanggan baru. Butik ku memang bukan butik khusus pengantin, tetapi jika ada yang memesan aku akan membuatkannya. 

"Kita ke butik mama ya?" tanya Riko padaku kala motor ini melaju ke arah butik.

"Iya, Nak. Gak pa-pa kan kita ke butik dahulu. Soalnya, Mama ada klien yang mau lihat rancangan gaun pernikahan, Nak." 

"Iya, ma. Semoga Mama bisa makin sukses." 

"Amin." 

Kulakukan sepeda motorku ke butik dimana aku bekerja memenuhi kebutuhan putraku. Hanya butik ini sebagai penyambung hidupku setelah sekian lama nafkah yang diberikan, mas Adam selalu kurang. Aku bahan menutupi kekurangan kebutuhan di rumah dengan uang pribadiku. Tapi mulai saat ini aku tidak akan lagi menggunakan uang pribadi ku untuk menutupi semua kebutuhan di rumah. Uang ini hanya untukku dan Riko saja, terserah Mas Adam mau bagaimana. 

Ingin rasanya aku mengakhiri pernikahan ini, tetapi bagaimana dengan anakku. Apakah harus sedini mungkin ia kehilangan ayahnya. Walau aku tahu mas Adam tak begitu dekat dengan Riko. Berharap untuk berubah tapi nyatanya tak kunjung berubah. Malah ia makin menjauh dari putranya sendiri. Andai aku bercerai apakah ia bisa menerima? 

Setibanya aku di butik. Aku segera mengajak masuk putraku ke ruangan pribadiku. Disana juga sudah aku siapkan mainan dan juga ranjang jika ia ingin tidur.  Butik ini adalah rumah keduaku yang amat sangat nyaman. 

Tok ... Tok ... Tok ... 

"Maaf Bu Santi di bawah sudah ada klien, Ibu." 

"Oh mbak Dinda,ya. Baik aku segera turun kebawah. Siapkan minuman juga, ya." 

Segera aku berpamitan pada putraku untuk aku turun sebentar. Ia juga aku pesankan untuk tetap di dalam ruangan ku saja, hingga aku kembali. Dan aku bersyukur ia selalu menurut apa yang akau katakan. Segera aku tinggalkan putraku tak lupa buku yang sudah ada desain gaun terbaru ku. Semoga ini rejekiku dan anakku hari ini. 

"Selamat sore, mbak Dinda. Maaf menunggu lama," ucapku sambil menjabat tangannya.

"Ahh, gak pa- pa, mbak. Kami juga belum lama kok." 

"Oh iya langsung saja mbak. Ini semua contoh desain gaun pengantin terbaru saya. Silahkan dilihat dahulu semoga ada yang memikat hati, mbak Dinda." 

"Karya- karya milik mbak Santi bagus- bagus semuanya. Aku kagum loh. Gak kalah sama desainer top lah."

"Jangan terlalu memuji saya mbak. Apalah saya yang masih remahan seperti ini,"  ucapku merendah sambil tersenyum. 

Bangga 'kan, aku? Jelas aku bangga, ini diluar ekspektasi ku selama ini. Bahkan kuliahku dahulu tak ada sangkut pautnya tentang dunia yang sedang aku geluti ini. Ya, ini adalah hobi ku sejak dahulu. Memang cita- citaku menjadi seorang desainer. Tetapi, Ibu dan Ayah tidak menyetujuinya, akhirnya aku memutuskan kuliah di bidang manajemen bisnis. 

Setelah mbak Dinda memilih gaun untuk pernikahannya aku segera memberitahukan pada karyawan ku. Aku menjelaskan detail gaun yang di pesan tadi. Mbak Dinda memesan 3 buah baju untuknya dan suaminya. Bahan kain juga aku sendiri yang mengecek ketersediaannya. Aku memakai kain kualitas nomor 1 premium. Aku tak ingin mengecewakan pelanggan ku. Apalagi ini untuk pesta pernikahan. Aku akan membuatnya sebagus mungkin. Setelah memberi instruksi pada karyawan ku, aku meminta segera dibuat hari ini juga. 

"Aku ke atas dahulu. Nanti aku akan kemari lagi. Tolong kerjakan sebaik mungkin. Jangan pernah mengecewakan pelanggan." 

"Baik, Bu. Kami akan kerjakan semaksimal kami. Semoga Ibu Santi makin berjaya. Apalagi ini pesanan pernikahan untuk anak salah satu pemilik stasiun televisi ternama," ucap salah satu karyawan ku.

"Alhamdulillah. Makanya kita harus kerjakan semaksimal mungkin. Jangan Sampai mengecewakan. Ini menyangkut nama baik butik ini juga. Kalau butik ini sukses tentu kalian juga akan mendapatkan bonus juga dari saya," sahutku secara spontan. Ya beginilah aku. 

"Makin betah kerja dengan, Bu Santi." 

"Yuk kerjakan. Semangat.. semangat ... Semangat," ucapku memberi semangat para pegawai ku. 

Aku segera naik ke lantai atas untuk mengecek, Riko. Aku sudah lama meninggalkannya di sana sendirian. Ada rasa bersalah terhadapnya. Tapi mau bagaimana lagi, kalau aku tak bekerja nasib entah bagaimana. 

"Assalamu'alaikum," ucapku sambil membuka pintu ruangan ku. 

Aku terpana melihat putra kecilku ternya tengah tertidur di ranjangnya. Segera ku hampiri dan membetulkan selimutnya. Mengecup kening, Riko sekilas. 

"Maafkan mama, Nak. Mama lakukan untuk kamu. Do'akan mama terus ya. Sehat- sehat selalu anakku," gumamku sambil terus melihat wajah putraku yang terlelap begitu tenang. 

Mungkin ia kelelahan apalagi aku tinggal lama barusan. Hampir 3 jam aku meninggalkannya tadi. Segera aku merapikan mainan putraku ini. Tak lupa aku juga menyempatkan diri ini untuk mandi dan beribadah, memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa. Usai menjalankan ibadah, aku meneruskan pekerjaanku sambil menunggu, Riko bangun dari tidurnya. Tak lupa aku juga sudah memesankan makanan untuknya. 

"Ma. Mama sudah ada disini?" 

"Iya, sayang. Maafkan mama yang sudah meninggalkan kamu terlalu lama tadi." 

"Gak pa-pa ma. Mama kan bekerja untuk, Riko." 

Aku tersenyum dan segera memeluknya erat. Menghujamnya dengan kecupan di kepalanya. Anakku ini pemikirannya begitu dewasa sekali. Seharusnya di usianya memikirkan bermain dan belajar, tetapi putraku berbeda. Mungkin karena efek dari mama dan papanya. Keluarga yang tak sehat. Apalagi aku kadang kelepasan bertengkar dengan mas Adam. 

"Mama kenapa menangis?" 

"Ahh, Mama nangis ya. Masa sih?" gurauku dan segera menghapus butiran bening yang mengalir. 

"Ini mata mama merah," sahutnya sambil membelai lembut pipiku. 

"Hmm cuma kelilipan. Ya sudah Riko mandi terus makan. Ini sudah malam. Mama siapin air hangat sebentar, ya." 

Aku segera berlalu masuk kedalam kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk putraku. Ini sudah malam, tak mungkin aku membiarkannya mandi dengan air dingin. Usai menyiapkannya aku segera memanggilnya untuk segera mandi. Tak lupa aku juga menyiapkan baju untuknya ganti nantinya. 

Apa yang harus aku lakukan? Terus bertahan dan membuat anakku menjadi korban ? Atau berpisah agar aku dan anakku bahagia. Yang ada di pikiranku hanya satu. Kebahagiaan putraku.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Amaly
anak adlh sumber kebahagiaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ambilah Gaji Suamiku!   perkataan Menyakitkan

    Perkataan MenyakitkanUsai makan malam bersama Riko. Aku memutuskan untuk segera pulang. Ini sudah malam. Kasihan putraku kedinginan di jalan. Sebelum pulang aku melihat pekerjaan baju pengantin pesanan ku tadi. Ternyata sudah selesai pemotongan. Aku mengeceknya sebentar, memastikan tidak ada salah. Ini kain mahal dan berkualitas premium. "Hati- hati, ya. Jangan sampai salah." "Baik, Bu Santi," ucap salah satu karyawanku.Aku sendiri mempekerjakan 6 karyawan khusus bagian depan dan melayani pembeli. 3 lagi khusus bagian membantu menjahit pesanan baju. Mereka akan memotong dan aku yang akan mengerjakan jahitannya. Esok akan aku mulai jahit setelah mengantarkan Riko sekolah. "Baiklah.aku pulang dulu. Besok aku cek kembali." Setelah berpamitan pada seluruh karyawan ku, aku langsung pulang ke rumah. Entah apa yang akan terjadi lagi setibanya aku dirumah nanti. Kumasukkan motorku kedalam garasi dan segera mengajak masuk Riko. Menggandeng tangan kecilnya. "Assalamu'alaikum," Salam aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mendapatkan Bantuan Rere

    Bantuan Rere "Siap bos. Mama siap- siap dulu ya, Riko tunggu disini saja." Aku segera keluar dari kamar putraku dan segera masuk kedalam kamarku. Mengganti pakaian dan merias sedikit wajahku. Mengambil tas dan kunci motor yang semalam aku meletakkan di meja rias. Netra ku tak sengaja melihat map biru ada di atas ranjang ku, segera aku mengambilnya dan membacanya sekilas. Mataku membulat kala apa isi dalam map tersebut. "Tak akan aku biarkan rencana kamu berjalan mulus, Mas." Gumamku sambil meletakkan kembali map itu. Segera aku menghampiri putraku dan mengajaknya keluar pagi ini. Ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah, harusnya ia berangkat pukul 8 nanti. Tetapi aku sudah malas berada di rumah. Lebih baik keluar rumah pagi ini. Kulakukan sepeda motorku keluar komplek perumahanku, Riko begitu semangat untuk makan bubur ayam dekat sekolahannya, rasanya memang enak dan mantab. Aku saja selalu ketagihan jika makan disana. Setelah sampai, aku segera memesan 2 porsi bubur ayam

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Berkebun Bersama

    Tak terasa waktu terus berlalu, gaun pesanan milik mbak Dian juga telah selesai. Merek puas sekali akan pekerjaanku. Aku bahagia dan bersyukur tak mengecewakan mbak Dian dan calon suaminya. Aku bahkan diundang ke acara pernikahannya yang digelar di sebuah hotel berbintang. Ada rasa bimbang antara hadir dan tidak hadir. Jika aku hadir bagaimana dengan, Riko. Acaranya saja malam hari, mana mungkin aku meninggalkan Riko sendirian dirumah. Ku hempaskan tubuh ini di atas kasur yang begitu empuk dan nyaman. Mata ini terpejam tanpa aku sadari. Adzan subuh sayup- sayup mulai berkumandang segera aku bangun dan segera membersihkan diri ini lalu segera melakukan kewajiban ku menunaikan dua rakaat. Hari ini hari libur, aku ingin bersantai sejenak di rumah sebelum besok kembali beraktivitas. Aku awali pagi ini dengan melakukan aktivitas bersih- bersih rumah dan tentunya memasak. Sudah lama aku tak membuatkan menu kesukaan, Riko. Mumpung mas Adam pergi entah kemana. Sudah hampir satu minggu ini i

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Perdebatan

    Perdebatan Malam ini aku habiskan waktuku bersama, Riko. Menemaninya menonton televisi sekaligus bercanda ria. Hidup kami sungguh nyaman dan damai tanpa adanya mas Adam. Aku seorang ibu sekaligus seorang ayah untuk anakku. Aku harus bisa memberikan kasih sayang lebih untuk putraku. "Ma, Mama kok gak beli mobil kaya Papa. 'Kan Mama bisa beli mobil sendiri. Butik milik Mama juga ramai." "Hmmm mobil? Memangnya Riko mau punya mobil?" tanyaku pada Riko."Mau, Ma. Teman- teman Riko pada diantar naik mobil. Katanya Riko gak pantes sekolah disana karena Riko hanya di antar jemput naik sepeda motor." Deg… Hati ini tentu terkejut akan pengakuan putraku ini. Bagaimana bisa anak kecil mengatakan hal seperti itu. "Astagfirullah. Kenapa begitu? Mau naik sepeda motor atau mobil sama saja. Itu sekolah umum. Lagi pula mama bayar sekolahnya loh. Do'akan mama lancar terus usahanya dan dapat beli mobil sesuai keinginan Riko," ujarku dengan lembut. Mencoba memberikan pengertian pada anak seusia Riko

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mengusir Keluarga Suami

    Benar dugaanku, semua belum dibereskan. Bahan pakaian kotor telah menggunung di tempat cucian. Padahal di rumah ini ada mesin cuci. Pakaian tinggal dimasukan ke mesin sudah beres 'kan. Ibu dan anak sama saja meresahkan. "Santi kamu sudah pulang. Itu pakaian jangan lupa di cuci. Pakaian kotor sudah satu minggu, bau." "Kenapa gak kamu cuci sendiri. Bukankah ada mesin cuci mas. Aku capek mau istirahat," jawabku sambil berlalu meninggalkan mas Adam yang masih bengong di tempatnya. Seharusnya pagi ini aku ke butik, namun urung karena ingin melihat apa yang dilakukan keluarga suamiku. "Santi! Kamu istri macam apa seperti itu. Adam menikah lagi baru tahu rasa kamu!" cibir Ibu mertuaku"Oh.. silahkan ma. Silahkan jika mas Adam akan menikah lagi. Tapi sebelum itu, ceraikan aku terlebih dahulu," jawabku dengan semangat."Stop! Apa- apaan sih kamu, San. Kita gak akan berpisah," elak mas Adam. "Mama juga, jangan memperkeruh suasana deh. Aku masih mencintai Santi. Sampai kapanpun aku tak akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mengembalikan Uang DP

    Sumpah serapah bahkan hinaan dan kata- kata yang tak pantas keluar dari mulut Mama mertuaku, bahkan Mbak Dani dan juga Johan ikut berkata- kata mengimbangi, Mama mertua. Hanya Mas Adam yang tak pergi dari rumah ini, ia masih berada di dalam rumah. "Apalagi, Mas. Kenapa gak ikut keluarga kamu pergi dari rumahku." "San,aku itu suami kamu. Apa pantas kamu berbicara seperti itu? Ingat,San surgamu ada padaku. Bukan pada orangtuamu lagi. Kamu sudah menjadi istriku. Kamu harus patuh pada perintahku." "Perintah yang bagaimana dahulu, Mas. Perintah yang membuatku sengsara dan menyesalinya seumur hidupku? Aku tak sudi melakukannya, Mas!" "Kamu keras kepala,Santi. Aku menyesal menikahi kamu!" "Sama. Aku juga menyesal bersuamikan kamu, Mas! Aku sangat menyesal." Hardik ku tak mau kalah dengan, Mas Adam. Mas Adam keluar dengan membanting pintu rumah ini. Seketika aku terlonjak kaget. Astagfirullah... Ya Allah ... Maafkan hamba mu ini yang telah berdosa. Berkali- kali aku beristigfar memohon

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Rumah Di Jual

    Rumah Di JualSore ini sepulang kerja,aku mampir dahulu ke toko kue langganan Santi. Membelikannya kue kesukaannya. Aku juga membelikan kue untuk Riko. Semoga ia juga menyukai kue pilihanku. Aku memang tak tahu apa kesukaannya. Semoga ini bisa mengambil hati Riko dan Santi. Mobil kulajukan menuju rumah dimana aku selama ini tinggal bersama Santi. Aku masih mencintai Santi. Makanya aku menolak jika harus berpisah dengannya. Ia wanita cantik, sholehah, dan juga pintar. Aku bahkan memintanya berhenti bekerja karena jabatannya lebih tinggi daripada aku. Aku malu, masa istriku lebih tinggi jabatannya dan juga gajinya. Berkat bantuan Santi pula aku bisa naik jabatan dengan mudah. Ia selalu membantuku dalam pekerjaan. Bahkan ia tak tahu jika aku sudah naik jabatan lagi dan gaji ku lebih besar dari sebelumnya. Seluruh gaji ku, semuanya untuk memenuhi permintaan saudara dan juga Ibuku. Bahkan sekolah Riko aku tak tahu bagaimana caranya Santi membayarnya. Paling juga dari uang bulanan yang aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Membeli mobil Baru

    Mobil Baru Entah ini salah atau tidak tindakan yang aku lakukan ini. Tetapi aku sudah tak sanggup jika harus terus menerus tertekan dalam pernikahanku. Walau rumah itu belum seutuhnya terjual, tapi setidaknya uang milik, Mas Adam telah aku kembalikan. Bahkan sudah aku lebihkan sedikit, kurang bagaimana coba aku sebagai istri. Seharusnya ia tak mendapatkan apa- apa atas rumah ini, tetapi demi kebaikan bersama mendingan aku kembalikan saja. Harga rumah ini juga tergolong mahal karena letaknya sangat strategis, banyak juga yang mengincarnya. Aku waktu itu sangat beruntung dapat membeli dengan harga yang murah. Apalagi rumah itu juga sudah aku renovasi sedemikian rupa hingga menambah nilai jual. "Kamu yakin,San mau bercerai sama Adam?" Tanya Rere. "Iya, Re. Aku yakin. Biarlah, Mas Adam kembali pada keluarganya. Biarlah gaji suamiku sepenuhnya untuk keluarganya. Aku sudah angkat tangan tak sanggup lagi." "Kamu yang sabar,Santi. Biar besok,Rere yang mengantar kamu ke pengadilan. Aku jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04

Bab terbaru

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 41

    Kehidupanku saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahagia? Jelas... Jelas aku bahagia dan bersyukur. Apalagi memiliki anak- anak yang begitu perhatian dan saling menjaga satu sama lain. Riko bertanggung jawab atas kedua adik- adiknya. Hanya saja aku sedih dan gelisah saat ini. Sekian tahun lamanya ternyata putraku belum bisa menghapus rasa itu dari dalam dirinya. Entah apa yang harus aku lakukan lagi. Pertemuanku dengan Mas Adam membuat hati ini menjadi dilema dan serba salah. Riko yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu terus menerus menolak bertemu dengan Mas Adam. Setiap kali aku membahasnya ia akan tetap menolaknya mentah- mentah. Aku sudah bertekad akan mendekatkan Riko dengan Mas Adam. Bagaimanapun ia masih memiliki hubungan darah dengannya. Jika mantan istri itu ada tetapi tak ada yang namanya mantan anak. Mas Faiz berjanji akan terus membantuku. Aku tak ingin di cap negatif dalam mendidik Riko. Riko lulusan pesantren dan lulusan perguruan

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 40

    Santi merasa ada yang memanggil. Ia segera menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya. Mengatur nafasnya dan berusaha bersikap santai dan biasa melupakan ketegangan malam itu. "Loh Mas Adam sama siapa?" "Aku mengantar Johan dan istrinya. Katanya ingin berbelanja, itu mereka ada di butik kamu. Kebetulan aku sedang cari tempat makan malah ketemu kamu disini." "Oh,,, kebetulan kami habis makan disini bareng anak- anak." "Mana suami dan anak- anak kamu. Apa ada Riko,San?" "Hmmm suamiku baru di toilet dan anak-anak sudah menuju butik katanya mau ambil barang." "Riko? Berarti ia ada di butik kamu?" "Riko...." "Ma... Aku sudah selesai, ayo kebawah. Ayah biar nyusulin kita aja." Seketika Adam menoleh dan melihat putranya berada tepat di belakangnya. Rasa haru dan bahagia terpancar dari wajah Adam. Sekian lama mencari kini ia bertemu dengan putranya kembali. "Riko..

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 39

    Adam segera memarkirkan mobilnya kebetulan halaman rumah Ibunya cukup luas. Bahkan 4 mobil pun cukup di halaman depan rumahnya. Dengan pelan tapi pasti Adam memasuki rumahnya. Tampaklah anak kecil yang masih bermain di ruang tamunya rambut ikalnya dengan pipi yang gembul, belum lagi gigi di bagian depan yang membuatnya mengemaskan. 'Kenapa ada anak kecil dirumah ini? Anak siapa ini?' Gumam Adam sambil terus memperhatikan tingkah lucu anak di depannya. "Mas.. ayo masuk. Didalam ada anak- anak Mbak Danik. Maaf Mas, Alika ini suka sekali bikin berantakan." "Ini anak kamu, Wi. Kapan kamu datang?" "Iya, Mas. Ini Alika anakku dan Mas Johan. Kami datang tadi pagi. Sekitar jam depalanan. Oh Oya itu Mama dan Mas Johan ada diruang makan bersama kedua anak Mbak Danik." "Baiklah. Aku ke kamar dahulu sebelum menemui mereka." Adam segera berlalu. Sebelum benar- benar berlalu ia sempat mencium pipi gembul Alika. Ia sungguh terpesona

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 38

    "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Tari dan Mbak Danik bersamaan. Bu Tari segera melangkahkan keluar guna melihat siapa tamu yang berkunjung pagi ini. "Johan... Widi. Ayo masuk, kok gak bilang dahulu kalau mau pulang." "Kejutan untuk Mama. Sudah lama kami gak pulang kemari." Kata Widi istri dari Johan."Widi, anak ini..." "Iya, Ma. Ini anakku dan Mas Johan." "Mama punya cucu perempuan. Danik... Danik kemari, lihat lah ini. Mama punya cucu perempuan,Danik. Terimakasih Ya Allah, akhir ya aku punya cucu perempuan juga." "Johan, Widi apa kabar kalian." "Kabar baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana?" "Seperti yang kamu lihat. Mbak baik dan sehat." "Alhamdulillah kalai begitu, Mbak. Oh iya, Mas Adam kemana? Masa sepagi ini udah berangkat ke kedai?" "Ada baru menemui Santi dan Riko. Kebetulan kan mereka ada di Jakarta." Jawab Bu Tari dengan semangat. "Alhamdulilla

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Part 37

    Pov Santi Aku tak menyangka di usiaku yang tak lagi muda ini Allah masih memberikan aku karunia-Nya. Sungguh- sungguh karunia yang begitu indah bagiku. Sengaja aku tak memberitahu langsung suamiku, anak- anak dan keluarga besar ku maupun keluarga suamiku. Aku ingin membuat kejutan untuk semaunya nanti waktu perayaan anniversary Butik dan Bridal ku yang di Jakarta. Beruntungnya aku di Butikku ada Siska yang sangat aku percaya, ia mau tak mau juga membantuku menyembunyikan kehamilanku untuk sementara waktu. Jika Mas Faiz mengetahuinya pasti ia akan melarang ku untuk melakukan apapun. Sejujurnya aku sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Faiz. Ia sangat peduli dan perhatian penuh denganku. Apalagi jika tahu aku hamil lagi, ia memang menginginkan punya banyak anak. Untung saja kehamilanku kali ini tak membuatku harus sekalu ada didalam kamar sepanjang hari. Kehamilanku kali ini masih bisa membuatku beraktifitas seperti biasanya. "Bu Sant

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 36

    Tak terasa hari perayaan anniversary butik Santi diadakan. Santi dan keluarganya menggunakan baju dengan warna yang senada. Baju itu telah Santi rancang dan buat sendiri spesial untuk malam ini. Putranya juga terlihat gagah dan semakin tampan mempesona. "MasyaAllah anak Mama makin ganteng aja." "Iya dong Ma, siapa dulu ayahnya. Ayah Faiz." Gurau Riko sambil tersenyum dan terus menempel dengan Faiz. Sikap Riko terhadap Faiz memang berbeda, sedari kecil ia sangat manja dengan Faiz. Andai sejak dahulu aku bertemu dengan Faiz, mungkin kebahagiaan ini jauh lebih sempurna. Tak ada kesakitan atau kepahitan hidup ini yang begitu membekas di hati. Apakah Riko telah melupakan Papa kandungnya? Entahlah aku hanya berharap Riko tetap mengingat siapa Papa kandungnya dan berharap suatu saat nanti ia akan berbakti kepadanya juga. Aku tak ingin dianggap Ibu yang mencoba menghilangkan ingatan Riko tentang Papa kandungnya. Walau sejujurnya Mas Adam tak pernah sedikit

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 35

    "Pa... Papa baru sadar akan kehilangan sosok Mama dan aku. Papa baru menyesalinya sekarang saat Mama sudah bahagia. Papa Adam memang Papaku, tapi rasa sakit hati ini masih membekas dan selalu kuingat. Bagaiman perlakuan Papa terhadapku dan Mama. Papa lebih sering menyakiti Mama, membuatnya menangis dan bersedih. Papa berharap bertemu denganku dan Mama sekarang. Berharap ingin bertanggungjawab atas diri ini... Aku gak akan biarkan Papa bertemu Mama lagi. Aku memilih dimarahin Mama daripada membiarkan Papa bertemu Mama dan merusak kebahagiaan Mama. Cukup Ayah Faiz yang menjadi ayahku. Hanya dia ayahku." Geram Riko yang kebetulan ia habis bertemu kliennya dan menikmati es durian di kedai milik Adam. Riko segera bangkit dari duduknya tak lupa ia mengenakan kembali kaca mata hitamnya. Segera ia melangkahkan kakinya keluar dari Kedai Durian milik Adam. Ia hanya meminta sekretarisnya yang membayar ke kasir dan ia memilih menunggu di mobil. "Seandainya aku tahu

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 34

    Pukul 2 dinihari Santi dan Faiz sudah bangun dari istirahatnya. Santi dan Faiz selalu menjalankan sholat tahajud bersama didalam kamarnya. Selalu ada perlengkapan sholat didal.kamar mereka. Ada riwayat yang menganjurkan suami atau istri untuk membangunkan pasangannya dan melakukan shalat malam bersama. “Barang siapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR Ibnu Majah, al-Nasa`i, al-Baihaqi, dan al-Hakim). Usai menjalankan sholat bersama dan memohon kepada Sang Pencipta. Santi maupun Faiz mengaji bersama. Sudah menjadi kebiasaan keduanya usai menunaikan sholat tahajud. "Kenapa berhenti, Dek." Tanya Faiz yang tengah menyimak bacaan Al-Qur'an istrinya. "Astagfirullah, Mas. Aku lupa kalau pagi ini aku akan menyiapkan sarapan untuk Santri- Santri

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 33

    Waktu terus berputar, hari, bulan dan tahun terus bergulir. 15 tahun sudah Santi mengarungi bahtera rumah tangga bersama Faiz suami keduanya. Segala rintangan dan ujian telah ia lewati bersama. Santi dan Faiz telah dikarunia 2 orang anak perempuan yang kini keduanya juga mengemban ilmu di pondok pesantren milik kakeknya. Santi sendiri juga memilih tinggal di Jogja. Bahkan Santi juga telah membuka cabang butiknya di Jogja. Sedangkan butik utama ia percayakan sepenuhnya pada Rere. Walau Faiz adalah seorang anak Kiyai tetapi kedua orangtuanya tak mempermasalahkan pekerjaan Faiz diluar sana. Usaha Faiz yang berkembang pesat berdampak pula dengan perkembangan Pondok Pesantren milik Ayahnya. Faiz dan Santi sama- sama membangun dan memperluas Pondok Pesantren milik Kiyai Ahmad. Faiz juga kerap mengajar Santri- Santri yang berada di Pondok tentang usaha dan bisnis sebagai selingan para Santri belajar. Shakila Adiba Atmarini adalah perempuan pertama Santi dan Faiz sedangkan ya

DMCA.com Protection Status